Teknologi Cerdas dan Pembangunan Berorientasi Masyarakat untuk IKN

Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo

Dr. Eng. Ir. Yuli Setyo Indartono

Deny Willy Junaidy, Ph.D.

 

Era baru dalam perencanaan, pembangunan, dan pemindahan ibu kota negara telah dimulai sejak terbentuknya Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN). Proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) ini merupakan langkah penting dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju serta mencapai target pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam usaha mencapai tujuan tersebut, IKN dirancang dengan mengikuti delapan prinsip yang inovatif. Pertama, desainnya akan selaras dengan karakteristik alam sekitarnya. Kedua, tetap memegang teguh prinsip Bhinneka Tunggal Ika, menghargai keragaman budaya yang ada. Ketiga, IKN akan menjadi pusat yang terhubung dengan baik, mudah diakses, dan beraktivitas dinamis.

Keempat, upaya besar akan dilakukan untuk mengurangi emisi karbon dalam proses pembangunan dan operasional IKN. Kelima, konsep sirkuler dan ketahanan akan menjadi fokus memastikan bahwa lingkungan IKN dapat menghadapi tantangan masa depan dengan baik.

Keenam, keselamatan dan keterjangkauan akan menjadi prioritas utama sehingga semua warga merasa aman dan dapat mengakses fasilitas kota dengan mudah. Ketujuh, teknologi akan digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan efisiensi dalam kehidupan sehari-hari di IKN. Terakhir, proyek ini akan memberikan peluang ekonomi yang luas bagi seluruh masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Ibu Kota Nusantara direncanakan untuk menjadi “saraf” pemerintahan Indonesia dan dibangun sebagai pusat inovasi hijau. Implementasi keahlian rekayasa dan teknologi akan menjadi kunci utama dalam menjalankan misi IKN sebagai titik sentral bagi perkembangan kluster ekonomi dan kluster pendukungnya.

Seiring dengan visi untuk menjadi universitas yang locally relevant, ITB, melalui kepakaran dan keunggulannya di bidang rekayasa teknologi, energi, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta humaniora, ikut berkontribusi dalam upaya pembangunan IKN dan memperkuat sinergi lintas departemen dalam Otorita IKN.

Pengabdian masyarakat ITB di IKN difokuskan pada lima dari delapan kluster KPI IKN yang disiapkan setelah dialog intensif dengan pemerintah desa setempat, beberapa departemen OIKN, dan para ahli. Lima kluster ini meliputi perencanaan yang selaras dengan karakteristik alam, pendekatan sirkuler dan ketangguhan, keamanan dan aksesibilitas yang terjangkau, peningkatan kenyamanan dan efisiensi melalui pemanfaatan teknologi, serta peluang ekonomi yang merata untuk semua.

Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) ITB dengan Otorita Ibu Kota Negara oleh Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph. D. dan Kepala Otorita IKN, Ir. Bambang Susantono, Ph.D. dilakukan pada Oktober 2022. ITB menjadi perguruan tinggi pertama yang menjalin MoU dengan Otorita IKN. Pelaksanaan tindak lanjut dari MoU ini dikoordinasikan oleh Sekretaris Institut, Prof. Dr. Ing. Ir. Widjaja Martokusumo, dengan melibatkan sejumlah unit-unit strategis di lingkungan ITB. 

Ruang lingkup yang disepakati dalam penandatanganan MoU di antaranya kerja sama dalam digitalisasi pembangunan dan pengelolaan IKN dan di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Selain itu, pengimplementasian teknologi yang inovatif dan bermanfaat bagi kedua belah pihak secara proporsional dan efektif terhadap transformasi dan digitalisasi pembangunan dan pengelolaan IKN, pengembangan SDM melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pengembangan dan peningkatan potensi SDA melalui penyelenggaraan penelitian dan pengkajian, serta perencanaan dan pembangunan yang tepat, terarah, terpadu, dan berkelanjutan.

ITB telah membentuk tim untuk melaksanakan program pengabdian masyarakat dan melibatkan mahasiswa Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di IKN. Tim melibatkan enam fakultas/sekolah, yaitu Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH), Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), Sekolah Teknik Elektro dan informatika (STEI), dan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD).

Tim ITB untuk IKN dipimpin oleh Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah melakukan rangkaian kunjungan ke IKN di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur pada Maret 2023. Selain melihat langsung pembangunan IKN, tim menyusun kegiatan yang dapat ITB kontribusikan bagi IKN, terutama dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dari Otorita IKN, selain Kepala Otorita IKN, Bambang Susantono Ph.D., turut mendampingi pula Deputi Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat, H. Alimuddin M.Si. dan Direktur Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN Dr. Susianah M.Si.

Tim ITB juga menyasar lima desa penyangga yang akan menjadi lokasi pengabdian masyarakat, yaitu Desa Bumi Harapan, Desa Sukaraja, Desa Bukit Raya, dan Kelurahan Pemaluan yang semuanya berada di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Wilayah tersebut termasuk Kawasan Ibu Kota Nusantara (KIKN) dan wilayah Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP).  Sementara, satu desa lagi, yaitu Desa Purwa Jaya berada di Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Akses Air Bersih hingga Kemandirian Pangan

Tim ITB melalui LPPM saat ini tengah menjalankan 14 program pengabdian masyarakat di IKN dengan tiga sasaran utama, yaitu ketahanan pangan melalui pengolahan sumber daya hayati, energi melalui teknologi pengolahan air bersih, dan pengembangan pariwisata lahan bekas tambang.  Dana mandiri pengabdian masyarakat ITB yang telah diimplementasikan di wilayah IKN mencapai Rp1 miliar dalam bidang ketahanan energi, ketahanan pangan, serta sosial humaniora.

Para dosen dan mahasiswa ITB berperan membangun penyediaan sumber air bersih dengan energi hijau, pengolahan sampah anorganik, penyediaan ketahanan pangan dengan produktivitas hortikultura, budi daya ikan, urban farming dan teknologi smart-farming. Selain itu, revitalisasi lahan bekas tambang, pemetaan infrastruktur energi dan konektivitas antardesa, hingga pembangunan manusia sebagai insan kota cerdas melalui pembangunan karakter kebangsaaan dan kemampuan komunikasi berbahasa asing.

Kontribusi tahap inisiasi ITB melalui 14 kegiatan telah diimplentasi mulai Juli hingga November 2023. Perancangan kegiatan dilakukan melalui berbagai forum diskusi bersama mitra-mitra ITB telah dimulai sejak tahun 2022. Fokus utama kegiatan yang dilakukan ITB adalah di bidang pemanfaatan teknologi hijau. Hal ini selaras dengan visi yang diemban oleh IKN. ITB juga turut menggandeng Satgas Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang (PLTBA) Kutai Kartanegara, Forum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (F-TJSP) Kutai Kartanegara, Perhapi (Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) Kalimantan Timur, Yayasan LAPI ITB, dan Universitas Kutai Kartanegara.

Beberapa kegiatan juga sudah berjalan dan intensif dilakukan pada Juli 2023 di desa penyangga IKN, yaitu di Desa Bumi Harapan, Desa Sukaraja melalui program peningkatan produktivitas hortikultura menggunakan model permakultur dan Desa Bukit Raya sebagai desa penyangga IKN yaitu penguatan manajemen usaha kelompok masyarakat sebagai lokomotif pengembangan urban farming di wilayah IKN.

Tim ITB melakukan pemetaan dukungan infrastruktur dasar, energi dan konektivitas antardesa dan perdesaan terhadap keberadaan IKN, mekanisme pengendalian pembangunan di IKN dan sekitarnya, dan identifikasi potensi ekonomi desa menuju ketahanan pangan. Pada fokus peningkatan kapasitas warga dilakukan program pelatihan bahasa Inggris untuk masyarakat dan program penguatan nilai-nilai kebangsaan bagi masyarakat di sekitar IKN, serta menyiapkan masyarakat adaptif terhadap perubahan berdasarkan nilai-nilai kebangsaan.

Pada akses air bersih, dilaksanakan program teknologi hijau fotovoltaik untuk listrik pompa sumur bor sumber air bersih, serta penyediaan sumber air bersih di Desa Bumi Harapan dan Desa Bukit Raya. Untuk meningkatkan kemandirian pangan, tim ITB menjalankan program peningkatan produktivitas hortikultura menggunakan model permakultur, penguatan manajemen usaha kelompok masyarakat sebagai lokomotif pengembangan urban farming, peningkatan kinerja budidaya tanaman berbasis lahan dengan metode raised bed, semi sungkup, serta hidroponik dengan aplikasi smart-farming, pelatihan budi daya dan penerapan teknologi perikanan air tawar dan air asin  untuk petani tambak budi daya udang tiger dan budi daya bandeng. Terakhir, tim ITB melakukan intervensi teknolgi terkait penanganan lahan bekas tambang dan pengolahan sampah anorganik.

Selain itu, dilaksanakan juga capacity building untuk membangun karakter tangguh masyarakat menghadapi perubahan yang terjadi di daerahnya. Kedua program ini dipicu oleh gagasan Deputi Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN, H. Alimuddin M.Si. yang merupakan putra asli daerah. Ia menyebut, kebutuhan mendasar peningkatan kapasitas masyarakat agar tidak sekadar menjadi penonton dalam pembangunan IKN.

ITB juga membangun Taman Sayur Sepaku di Desa Bukit Raya, Sepaku. Program tersebut merupakan salah satu upaya dalam ketahanan pangan masyarakat. Tanaman sayur di sini dilakukan dengan pola hidroponik. Warga juga dilatih dalam hal pembibitan tanaman hias dan buah.

Tim ITB juga sudah merencanakan kegiatan pengabdian masyarakat oleh mahasiswa di IKN pada 2023-2024. Kegiatan ini bersinergi dengan kegiatan dosen dan peneliti ITB serta mitra eksternal. Ada tiga tujuan dalam kegiatan pengabdian masyarakat oleh mahasiswa ini. Pertama, penguatan kapasitas masyarakat untuk mendukung pemenuhan kebutuhan di wilayah IKN. Kedua, kajian pengembangan kebun raya (botanical garden) dan terakhir pengembangan konten digital untuk pengembangan ekowisata khas IKN, termasuk di dalamnya pengembangan konten-konten digital mengenai budaya masyarakat serta flora dan fauna lokal.

Upaya yang telah dilakukan oleh ITB melalui tim kerja menunjukkan komitmen perguruan tinggi untuk mendukung rencana pembangunan IKN. Sebuah kesempatan baik bagi ITB untuk bisa bekerja sama dan berkarya nyata bagi IKN, dimana ITB dapat memperkenalkan dan berbagi pengetahuan dan pengalaman sekaligus belajar langsung dari kondisi nyata di lapangan. ITB melihat bahwa tantangan yang ada di IKN mungkin sekali akan melibatkan Fakultas/Sekolah yang ada di ITB. Dari serangkaian kegiatan yang telah dan tengah dilakukan, ITB dengan segala kapasitasnya akan selalu siap memberikan masukan dan bantuan kepada OIKN untuk berkolaborasi/berkontribusi bagi IKN.

Inovasi kegiatan yang dilakukan ITB tidak akan berhenti di 14 program ini saja. Program yang dijalankan akan berkelanjutan dan terus berkembang, dengan melibatkan sivitas akademikia, yakni dosen dan mahasiswanya. ITB akan terus meningkatkan kiprahnya di masyarakat sebagai salah satu kampus unggulan melalui kontribusi nyata di IKN.*

Sempat Tidak Percaya Ada Dosen ITB Terjun di Pelosok

Aktivitas pengabdian kepada masyarakat ITB di Ibu Kota Negara (IKN) diapresiasi oleh Kepala Otorita IKN Ir. Bambang Susantono Ph.D. ITB sebagai perguruan tinggi pertama yang telah secara langsung menjalankan programnya. Memasuki area pengabdian di desa penyangga IKN bukan tanpa tantangan, dengan kondisi sosial, ekonomi dan terutama eksposur teknologi yang sangat bervariasi.

Seperti tercetus dari putra daerah di Sepaku yang termasuk kawasan inti IKN, dan menjadi pejabat di Otorita IKN, H. Alimuddin M.Si. Deputi Sosial, Budaya dan Pemberdayaan Otorita IKN ini menyoroti daerah Sepaku yang sangat tertinggal kemudian diperkenalkan dengan konsep smart dan green city. Pembangunan infrastruktur besar-besaran bisa menimbulkan keterkejutan dan ketidaksiapan dalam masyarakat.

Misalnya, lanjut H. Alimuddin M.Si., sebagai wilayah yang memiliki konsep smart city masyarakat perlu disiapkan agar tidak hanya menjadi penonton. Secara praktis, salah satunya masyarakatnya harus memiliki kemampuan berbahasa Inggris. Dari keadaan itu, muncul program breaking barriers to communication dalam upaya peningkatan kapasitas masyarakat. Program yang diterapkan kemudian adalah peningkatan kemampuan masyarakat dalam berbahasa Inggris dan pembentukan karakter.

Tantangan lain dirasakan tim ilmuwan ITB yang melakukan eksploitasi pengeboran untuk air bersih di dua desa penyangga wilayah inti IKN, Desa Bumi Harapan dan Bukit Raya. Beberapa kendala menerpa, mulai dari kehilangan alat-alat pengeboran, juga ketersediaan sumber daya manusia untuk melakukan pengeboran. Para pekerja atau teknisi pengeboran harus dibawa dari luar pulau. Pihak desa juga tidak dapat menyediakan penginapan untuk teknisi di balai desa. Selain itu, mereka tidak bisa memenuhi loss listrik untuk sebulan penuh masa pengeboran dalam (deep drilling) untuk akuifer air tanah pada kedalaman 100 m. Padahal, untuk melakukannya membutuhkan daya listrik 30 kVA.

Dr. rer. nat. Widodo yang menjadi pelaksana program memutuskan untuk menyewa genset dan menghubungi lewat telepon beberapa tempat penyewaan genset. Secara tak sengaja, tim terhubung dengan salah satu perusahaan penyewa genset di Balikpapan. Awalnya, pihak perusahaan penyewa sempat menaruh curiga. Mungkin karena menelepon pada hari libur dan setelah lewat jam operasi, hingga menyangka sebagai modus penipuan. Ketika menjelaskan bahwa kebutuhan ini untuk keperluan dosen ITB yang sedang melaksanakan pengabdian di IKN, penerima telepon malah makin tidak percaya. Tidak mungkin, katanya ada dosen ITB masuk di pelosok daerah seperti itu.

Setelah teryakinkan bahwa yang akan menyewa merupakan dosen ITB termasuk dengan mengirimkan surat tugas resmi, semua kesulitan tersebut berbalik menjadi cerita indah. Di tengah kebuntuan kendala penyediaan listrik yang bisa menelan biaya seratusan juta rupiah lebih akhirnya bisa teratasi. Pemilik perusahaan PT Borneo Power Services, Ir. Edy Herlambang, yang dihubungi oleh dosen ITB, bahkan menawarkan untuk meminjamkan genset tanpa biaya sewa.

Ternyata, Ir. Edy Herlambang merupakan orangtua dari mahasiswa ITB. Kedua anaknya masuk kuliah jurusan FTI dan FTMD ITB. Ia merasa berterima kasih kepada ITB yang telah mendidik anak-anaknya dan melihat pengabdian masyarakat ITB hingga ke pelosok tersebut akan berdampak positif untuk daerah 3T sekaligus berkomitmen membantu kegiatan pengabdian masyarakat ITB di wilayahnya.

Untuk penyediaan listrik bagi pompa ke depannya, tim mendorong penggunaan teknologi terapan lain, yaitu panel surya yang lebih ramah lingkungan. Pengabdian di pelosok memang memberi tantangan yang kemudian melahirkan solusi dan local champions untuk keberlangsungan program.***

547

views