Teknologi Air Limbah di Kawasan Water-Sensitive

Penerapan Teknologi Sanitasi

Masyarakat di Desa Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat memiliki risiko sanitasi cukup tinggi. Banyak masyarakat yang membuang air limbah langsung ke sungai tanpa pengolahan dan masyarakat memanfaatkan air sungai yang tercemar untuk kegiatan domestik sehari-hari (Gambar 1). Selain itu, daerah tersebut seringkali mengalami permasalahan dalam aspek sensitifitas terhadap air, dimana terjadi genangan akibat banjir, pasang surut air, dan sulitnya kebutuhan air bersih. Penerapan dari teknologi sanitasi ini bertujuan untuk mendukung pemerintah dan masyarakat Desa Tambelan Sampit dalam menangani akses sanitasi dengan menerapkan teknologi pengolahan air limbah domestik yang terjangkau dan mampu mengolah air limbah domestik sesuai standar dengan mempertimbangkan tipologi rumah dan kondisi water-sensitive sehingga dapat meningkatkan kondisi perairan di sekitar permukiman.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlangsung di bawah LPPM ITB. Kegiatan ini melibatkan tiga dosen FTSL (Ahmad Soleh Setiyawan, Prayatni Soewondo, dan Prasanti Widyaasih Sarli), tiga orang mahasiswa dari Program Studi S3 Teknik Lingkungan (Niko Halomoan), Program Studi Magister Pengelolaan Infrastruktur Air Bersih dan Sanitasi (Amy Angelia), dan Program Studi S1 Rekayasa Infrastruktur Lingkungan (Adillah Nur Azmina Rahmah) Institut Teknologi Bandung. Kegiatan yang berlangsung di Bulan Februari-November 2024 ini, antara lain: (1) melakukan survei dan observasi kondisi sanitasi di lokasi kegiatan, termasuk di dalamnya pemilihan lokasi untuk aplikasi teknologi pengolahan air limbah, (2) sosialisasi terkait rencana kegiatan kepada penduduk sekitar serta memperkenalkan teknologi pengolahan air limbah, (3) pembangunan pengolahan air limbah di lokasi kegiatan, dan (4) monitoring terhadap kegiatan yang telah dilakukan.

Teknologi yang dirancang adalah modifikasi Tripikon-S yang disesuaikan dengan tipologi permukiman dan sensitifitas terhadap air (Gambar 2). Untuk meningkatkan kinerjanya, Tripikon-S tersebut dilengkapi dengan media bakteri, media filter, dan isolasi bakteri. Teknologi Tripikon-S ini sudah melalui pengembangan di laboratorium Teknik Lingkungan ITB dengan beberapa jenis media pertumbuhan bakteri dan variasi beban organik. Hasil pengolahan ditargetkan untuk menyisihkan kontaminan utama dari air limbah domestik sesuai dengan baku mutu air limbah domestik (Permen LHK Nomor 68 Tahun 2016). Teknologi pengolahan air limbah domestik yang diaplikasikan merupakan teknologi sederhana, menggunakan material lokal dengan mempertimbangkan kemampuan SDM dan finansial masyarakat. Masyarakat lokal dilibatkan dalam pembangunannya sehingga diharapkan hasil kegiatan ini dapat menjadi percontohan dan memberikan manfaat yang lebih luas untuk daerah lainnya di sekitar Desa Tembilan Sampit (Gambar 3). Keterlibatan masyarakat menjadi salah satu aspek keberhasilan dalam kegiatan ini karena masyarakat akan menjadi ujung tombak dalam pembangunan dan pengelolaan infrastruktur (termasuk operasional dan pemeliharaan).

Gambar 1. Kondisi rumah dan lingkungan perairan di Desa Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat dengan masyarakat memiliki risiko sanitasi cukup tinggi

Gambar 2. Modifikasi Tripikon-S dilengkapi dengan media bakteri, media filter, dan isolasi bakteri yang disesuaikan dengan tipologi permukiman dan sensitifitas terhadap air di RT 01, RW 01, Desa Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak. Pembangunan dan pemasangan unit Tripikon-S ini dilaksanakan bersama dengan warga setempat.

Gambar 3. Masyarakat lokal dilibatkan dalam pembangunan sehingga masyarakat dapat membuat unit pengolahan secara mandiri. Keterlibatan masyarakat menjadi salah satu aspek keberhasilan dalam kegiatan ini. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat menjadi percontohan dan memberikan manfaat yang lebih luas untuk daerah lainnya di sekitar Desa Tembilan Sampit.

Gambar 4. Survei dan diskusi dengan masyarakat, Ketua RW, dan Lurah Tambelan Sampit terkait kondisi sanitasi, penentuan lokasi pemasangan unit Tripikon-S, dan pengembangan sanitasi di Desa Tambilan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak.

Lokasi pemasangan unit Tripikok-S ini terletak di dua buah rumah warga sebagai lokasi percontohan yang berada di RT 01, RW 01, Desa Tambelan Sampit, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak dengan masing-masing anggota keluarga sebanyak 3 orang dan 5 orang (Gambar 4). Hasil perancangan ini merupakan buah pemikiran dan rekayasa dari tim yang didukung dengan bantuan masyarakat. Perancangan yang disusun ini tentunya mengedepankan kesesuaian teknologi dengan kondisi lingkungan, tipologi rumah dan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat lokal dilakukan agar masyarakat dapat membuat unit pengolahan secara mandiri. Selain itu, dilakukan sosialisasi dan peningkatan wawasan masyarakat mengenai pentingnya sanitasi yang baik serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sehingga masyarakat memahami pentingnya menjaga kebersihan dan menerapkan langkah-langkah sanitasi dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa poster pembelajaran dan promosi PHBS dibuat dan dipasang di tempat pertemuan warga yang terletak di RW 02 dengan kapasitas sekitar 30 orang. Unit pengolahan yang terpasang diharapkan dapat direplikasi oleh warga di lokasi-lokasi sekitarnya, serta masyarakat dan pemangku kepentingan memiliki pengetahuan yang mendukung peningkatan sanitasi dan prilaku hidup bersih dan sehat di lokasi studi.

Setelah pemasangan unit pengolahan Tripikon-S, kami akan melakukan monitoring kinerja dari unit Tripikon-S di lapangan dengan melakukan analisis hasil pengolahan secara periodik selama dua sampai tiga bulan yang akan datang. Hasil evaluasi ini, nantinya diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan Teknologi Tripikon-S kedepan. Selain aspek teknis, kami juga melakukan evaluasi dari aspek non-teknis yaitu penerimaan masyarakat dan pengelolaan yang dilakuan oleh masyarakat, termasuk prilaku hidup sehat dan bersih. Unit Tripikon-S ini diharapkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan masyarakat mampu mengoperasikan dan memeliharanya sehingga infrastruktur yang dibangun dapat berkelanjutan. Kami akan mengundang masyarakat di sekitar area percontohan untuk memberikan informasi lebih lanjut terkait pembuatan, operasional, dan pemeliharaan unit Tripikon-S, termasuk waktu penyedotan lumpur tinja secara terjadwal. Selain itu, kami akan berdiskusi dengan masyarakat untuk menampung masukan-masukan dari masyarakat pasca pembangunan unit pengolahan Tripikon-S tersebut.

 

Tantangan yang dihadapi dalam penerapan teknologi Tripikon-S di kawasan sensitif terhadap air adalah penentuan kapasitas unit pengolahan. Kapasitas ditentukan sesuai dengan jumlah anggota rumah tangga yang menggunakan unit pengolahan agar proses pengolahan berjalan secara optimal. Ketersediaan lahan dan tipologi rumah berada di atas air sehingga pemasangan unit pengolahan memerlukan informasi yang tepat di lapangan dan mempertimbangkan pengaruhi arus dan gelombang air, serta muka air saat terjadi pasang atau banjir. Pertumbuhan bakteri pada media pertumbuhan memerlukan cukup waktu sehingga bakteri dapat tumbuh pada media dengan jumlah yang mencukupi. Media pertumbuhan bakteri memiliki ketahanan terhadap kondisi lingkungan dan afinitas terhadap bakteri sehingga dipilih media yang memilki umur pakai cukup panjang dan mampu ditumbuhi bakteri dengan baik. Akses dalam penyedotan lumpur tinja dari unit pengolahan seringkali tidak menjadi perhatian dan belum tersedia akses untuk transfer lumpur tinja ke instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT).

 

Keberhasilan Sanitasi

 

Sanitasi di kawasan spesifik, khususnya di kawasan yang sensitif terhadap air, sangat memprihatinkan dan seringkali luput dari perhatian pemerintah atau pemangku kepentingan. Masyarakat membuang air limbah domestik secara langsung tanpa pengolahan ke lingkungan perairan sekitar tempat tinggal. Sementara itu, kondisi perekonomian masyarakat yang rendah menyebabkan masyarakat tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih sehingga masyarakat menggunakan air sungai yang sudah tercemar untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini menjadi sangat penting karena kawasan water-sensitive memiliki kerentanan terhadap banjir dan pasang surut air sungai yang dapat mempengaruhi kinerja dan ketahanan infrastruktur sanitasi. Peningkatan kondisi sanitasi di kawasan water-sensitive memerlukan pendekatan baik secara teknis maupun non teknis karena kondisi lingkungan yang tidak biasa.

 

Keberhasilan pembangunan dari infrastruktur sanitasi di kawasan sensitif air perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Teknologi pengolahan air limbah domestik disesuaikan dengan tipologi rumah dan muka air saat terjadi pasang surut dan banjir.
  2. Struktur penahan dan penutup harus dapat menopang unit pengolahan akibat gelombang dan arus air, serta mencegah masuknya air dari luar ke dalam unit pengolahan. 
  3. Teknologi pengolahan didesain untuk dapat memenuhi baku mutu lingkungan yang ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan perairan di sekitar permukiman.
  4. Teknologi pengolahan dirancang dengan memperhatikan kondisi ekonomi dan budaya masyarakat sehingga infrastruktur yang dibangun dapat tepat sasaran.
  5. Teknologi yang diaplikasikan dibuat secara sederhana dengan menggunakan material yang mudah didapatkan, serta memperhatikan kemudahan dalam operasional dan pemeliharaan.
  6. Pembangunan sebaiknya melibatkan masyarakat sejak awal hingga infrastruktur terbangun sehingga diharapkan masyarakat dapat mereplikasi dan memiliki keterikatan untuk merawat dan mendukung infrastruktur tersebut menjadi infrastruktur yang berkelanjutan.
  7. Rencana dan konsep yang telah disusun perlu disosialisasikan serta menampung masukan dari masyarakat. Selain itu, perlu pemberdayaan masyarakat terkait sanitasi yang baik sehingga upaya peningkatan taraf kesehatan dan proteksi lingkungan berjalan secara menerus.
  8. Diperlukan perhatian yang serius dan kerjasama antara masyarakat, pengurus daerah, dan pemerintah dalam memperbaiki kondisi sanitasi dan menjadikan sanitasi sebagai prioritas.

 

Kegiatan ini merupakan bentuk kontribusi dari Institut Teknologi Bandung sebagai pengabdian kepada masyarakat dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dampak secara khusus yang diharapkan dari Kegiatan ini antara lain:

  1. Terpenuhinya sebagian kebutuhan dasar terkait akses sanitasi yang baik dan sehat di sekitar Desa Tambilan Sampit, seperti fasilitas pengolahan air limbah domestik yang layak dan aman.
  2. Sanitasi yang baik dapat mencegah penyebaran penyakit menular, seperti diare, kolera, dan penyakit lainnya yang disebabkan oleh kontaminasi air dan makanan.
  3. Angka kematian akibat penyakit yang terkait dengan sanitasi buruk dapat berkurang.
  4. Sanitasi layak dapat mengurangi risiko infeksi dan penyakit yang dapat mempengaruhi produktivitas dan kebahagiaan.
  5. Sanitasi yang baik membantu mencegah pencemaran air sungai dan tanah oleh air limbah domestik sehingga berkontribusi pada pelestarian lingkungan alami, menjaga ekosistem air bersih, dan mengurangi dampak negatif terhadap flora dan fauna.
  6. Sanitasi yang aman menyebabkan masyarakat menjadi lebih sehat dan produktif sehingga memicu pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena anggota masyarakat memiliki lebih banyak waktu untuk bekerja dan belajar, dan biaya perawatan kesehatan dapat berkurang.
  7. Anak-anak yang memiliki akses ke fasilitas sanitasi yang baik lebih cenderung hadir di sekolah dan fokus pada pendidikan mereka daripada mereka yang harus menghadapi masalah kesehatan yang terkait dengan sanitasi buruk.
  8. Penyediaan sanitasi layak dengan jumlah yang mencukupi dapat mengurangi isu kesetaraan gender, dimana perempuan yang sering dianggap lebih rentan terhadap risiko kesehatan terkait sanitasi buruk dapat memiliki akses ke fasilitas sanitasi sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan mereka secara keseluruhan.

35

views