Stargazing Bersama Menteri KKP di Sabu Raijua

Ada yang istimewa dalam perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke 79 tahun ini di Kabupaten Sabu Raijua, upacara diselenggarakan dengan inspektur upacara Mentri Kelautan dan Perikanan, Dr. Sakti Wahyu Trenggono. Mentri Trenggono memilih Sabu Raijua, tentu mempunyai alasan tersendiri, selain memang tahun 2024 ini Presiden Joko Widodo menginstruksikan 9 mentri untuk memimpin upacara peringatan HUT RI di daerah 3T, tapi ada beberapa alasan lain yang mendorong beliau untuk memilih Kabupaten Sabu Raijua daripada daerah 3T lain.

Pertama, Kabupaten Sabu Raijua merupakan bagian dari wilayah konservasi perairan terbesar di Indonesia, yaitu Laut Sawu dan pulau-pulau di sekitarnya. Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan yang dilindungi, dikelola, dengan sistem zonasi untuk mewujudkan sumberdaya ikan dan lingkungan secara berkelanjutan. Perluasan wilayah konservasi laut memang merupakan salah satu dari lima kebijakan ekonomi biru yang merupakan agenda prioritas Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).  Kedua, Kabupaten Sabu Raijua memiliki dua pulau kecil terluar yang tercantum di dalam Kepres no 6 tahun 2017 tentang pulau-pulau kecil terluar, yaitu pulau Sabu dan pulau Dana. Pulau-pulau kecil terluar merupakan daerah terpencil yang berbatasan langsung dengan negara lain atau laut bebas sehingga lebih sulit pengawasannya dan rawan terjadi berbagai masalah perbatasan. Pembinaan dan pengawasan pulau-pulau kecil juga merupakan salah satu dari lima kebijakan ekonomi biru KKP. Ketiga, Pulau Sabu memiliki keunggulan potensi geologi, astronomi, bahari, budaya dan energi terbarukan yang belum dikembangkan. Keempat, KKP memiliki program LAUTRA (Laut untuk Kesejahteraan) yang bekerja sama dengan Bank Dunia. Tentang program LAUTRA dapat dilihat lebih rinci di dalam website KKP: https://kkp.go.id/news/news-detail/insan-terang-lautra-jurus-kkp-kembangkan-kawasan-konservasi65c1a72306dcd.html ataupun siaran pers di website Bank Dunia https://www.worldbank.org/in/news/press-release/2023/03/23/healthy-oceans-healthy-communities-new-project-will-boost-coastal-resilience-and-strengthen-blue-economy-in-indonesia. Salah satu sasaran program LAUTRA adalah laut Sawu.

Potensi-potensi itu dan kaitan dengan agenda prioritas KKP itulah kiranya yang mendorong Mentri Trengono untuk memilih kabupaten Sabu Raijua untuk dikunjungi dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 79. Kesempatan itu tentu saja dimanfaatkan untuk melihat langsung keadaan, potensi-potensi dan permasalahan yang ada disana.

Potensi Sabu Raijua

Potensi geologi di Kabupten Sabu Raijua berupa situs-situs geologi khas yang tidak dimiliki daerah lain, seperti lembah warna warni Kelabba Madja, rongga bawah tanah Goa Mabala, Bukit Salju dan lain lain. Dengan kekhasan geologi seperti itu Pulau Sabu berpotensi untuk dikembangkan untuk menjadi Geopark di masa depan.

Potensi astronomi dikenali dari minimnya polusi cahaya dan iklimnya yang kering sehingga fraksi langit malam cerahnya tertinggi di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian Prof. Taufiq Hidayat dkk pada tahun 2012 ketika beliau bersama tim mencari lokasi untuk observatorium besar Indonesia di masa depan. Kondisi gelap dan kering ini merupakan kondisi yang menguntungkan untuk pengamatan benda langit, baik untuk tujuan saintifik maupun wisata. Pada hari-hari gelap bulan di sekitar masa bulan baru, galaksi Bimasakti akan dapat terlihat dengan jelas, kecuali di musim hujan. Dari potensi itu dapat dikembangkan astrowisata, yaitu wisata yang memanfaatkan fenomena langit sebagai atraksi utamanya.

Jika demikian, mengapa gunung Timau di Kabupaten Kupang yang akhirnya terpilih sebagai lokasi observatorium besar Indonesia masa depan ? Alasannya adalah karena gunung di pulau Sabu tidak terlalu tinggi, hanya berkisar 300 m di atas permukaan laut, dan akses udara menuju pulau Sabu masih sulit, hanya pesawat kecil yang dapat mendarat.

Potensi Bahari tentu merupakan sesuatu yang lazim ada di suatu pulau kecil yang dikelilingi laut luas. Akan tetapi Kabupaten Sabu Raijua memiliki beberapa kelebihan dibanding daerah berpantai pada umumnya, antara lain

  1. Laut Sawu merupakan wilayah migrasi beberapa jenis mamalia laut, sehingga dari pulau Sabu dapat dikembangkan wisata memantau migrasi mamalia laut.
  2. Kualitas garam yang diproduksi dari air laut sekitarnya merupakan yang tertinggi di Indonesia. Hal ini karena air laut di sekitar pulau Sabu sangat bersih.
  3. Terdapat pantai-pantai yang indah dan landai, seperti pantai Napae, Hawu Mehara,  Menanga, Cemara Nyiuwudu dan lain-lain atau yang bertebing seperti Rae Mea dan Langa‘ae.
  4. Fraksi hari cerah yang tertinggi merupakan hal yang menguntungkan untuk diselenggarakannya berbagai macam wisata bahari.

Pulau Sabu dan Raijua memiliki budaya yang khas dengan tarian, motif tenunan, ritual agama lokal, gulat Sabu dan lain-lain. Potensi budaya ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk dapat menjadi atraksi bagi wisatawan. Olah raga gulat Peluru Hawu, tarian tradisional Padoa dan lain-lain berpotensi dikembangkan untuk menjadi tontonan yang menarik.

Kebergantungan Sabu Raijua terhadap bahan bakar bensin dan solar dari luar sangat tinggi. Akan tetapi, posisinya yang terpencil membuat biaya angkutan relatif mahal dan frekuensi pengirimannya jarang. Oleh karena itu SPBU jarang buka, karena sering terjadi kekosongan BBM. Ketika BBM datang, mobil dan motor sudah mengantri dan tanpa tunggu lama BBM kosong kembali. Saat kendaraan membutuhkan tambahan BBM, biaya yang lebih besar harus dikeluarkan karena membeli BBM botolan yang dijual oleh rakyat.

Sebenarnya potensi produksi energi terbarukan Kabupaten Sabu Raijua sangat besar. Penyinaran Matahari yang panjang bagus untuk membuat pembangkit listrik tenaga Surya yang efisien. Kecepatan angin yang cukup tinggi berpotensi untuk dikonversikan menjadi listrik melalui pembangkit listrik tenaga bayu.  Arus laut yang kuat di sekitar selat Raijua berpotensi menghasilkan listrik bila dibangun fasilitas pembangkit listrik arus laut. Potensi energi itu belum banyak dimanfaatkan, sehingga kebergantungan pada BBM luar sangat besar, termasuk untuk listrik PLN.

Peran Institut Teknologi Bandung

Suatu aplikasi bernama Desanesha telah diluncurkan oleh Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM), Institut Teknologi Bandung (ITB), untuk menghubungkan para kepala desa di seluruh Indonesia dengan para dosen di ITB. Melalui aplikasi itulah para kepala desa dapat menyampaikan permasalahan dan kebutuhannya. Para dosen ITB dapat mengetahui berbagai permasalahan yang solusinya dibutuhkan oleh desa-desa di Indonesia. Kebutuhan desa-desa di pulau Sabu juga diketahui antara lain dari aplikasi ini.

Menyadari potensi-potensi dan kebutuhan masyarakat di Pulau Sabu, Institut Teknologi Bandung (ITB), yang memiliki progam Pengabdian kepada Masyarakat prioritas di daerah-daerah 3T, mulai melaksanakan program pengabdian di pulau Sabu sejak 2022. ITB telah berkiprah membantu masyarakat Sabu dalam beberapa kegiatan, misalnya pelatihan pemandu astrowisata (2022), pencarian sumber air tanah (2023), pemanduan pengamatan gerhana Matahari untuk masyarakat dan wisatawan (2023), pelatihan astrowisata starbath (2024) dan lain-lain. Masih banyak kebutuhan disana yang belum dapat dibantu karena keterbatasan tenaga dan dana.

KKP dan ITB memiliki beberapa tujuan yang sama dalam membangun pulau-pulau kecil daerah 3T di tepian Indonesia, sementara masing-masing memiliki keterbatasan sumber daya. Oleh karena itu koordinasi dan kerjasama diantara keduanya akan sangat bermanfaat untuk mengurangi potensi tumpang tindih dan membuat kualitas pencapaian tujuan lebih tinggi. Dalam rangka itulah beberapa dosen dan mahasiswa ITB turut serta dalam kunjungan Mentri Trenggono ke Kabupaten Sabu Raijua pada bulan Agustus 2024 ini.

Kegiatan Mentri KKP

Selain akan memimpin upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 79, perjalanan Mentri Trenggono pada tanggal 16 Agustus 2024 juga diisi dengan kunjungan kerja untuk berdialog dengan masyarakat dan melihat langsung potensi Kabupaten Sabu Raijua.  Antara lain beliau meninjau salah satu lokasi produksi garam rakyat di pantai Kolouju, desa Menia. Potensi pengembangan garam rakyat di Kabupaten Sabu Raijua lebih dari 1000 hektar sedangkan yang sudah terealisasi berproduksi baru sekitar 10% dari potensi tersebut, sehingga masih besar ruang gerak untuk pengembangannya.

Mentri Trenggono juga berkesempatan meninjau lokasi pertanian rumput laut. Disana, beliau menyerahkan bantuan satu ton bibit rumput laut kepada petani rumput laut dan menjanjikan pembuatan pusat kultur jaringan untuk memproduksi bibit unggul.

Kegiatan lain yang dilakukan adalah mengunjungi pulau Raijua, pulau kedua terbesar di Kabupaten Sabu Raijua. Disana juga dilakukan peninjauan tambak garam dan potensi-potensi lainnya, seperti potensi pariwisata. Sekembali dari pulau Raijua, tatkala hari sudah mulai gelap, dilakukan dialog dengan masyarakat nelayan di aula Kabupaten Sabu Raijua, Seba. Terakhir, beliau meninjau kegiatan astrowisata di Pantai Napae hingga tengah malam. Disana telah disediakan fasilitas kegiatan starbath dan stargazing, dengan dipandu oleh dosen dan asisten dari KK Astronomi ITB.

Kegiatan Astrowisata

Dalam kegiatan astrowisata, di bawah cahaya bulan gibous, Mentri Trenggono berkesempatan meneropong planet bercincin, Saturnus, melalui teleskop berdiameter obyektif 10 cm. Kemudian, melalui apps Stellarium yang dipasang di telepon genggam beliau mencoba mengenali benda langit dengan dipandu oleh dosen dan asisten Astronomi ITB. Hanya dengan mengarahkan telepon genggam ke arah benda langit yang ingin diketahui, layar telepon genggam dapat menampilkan peta dan nama obyek yang dibidik. Beliau juga terkesan dengan kualitas hasil pemotretan Bulan, gugus bintang dan Nebula melalui teleskop - kamera all in one, Seestar, meskipun alatnya nampak kecil, diletakkan diatas meja, namun dapat menghasilkan foto yang nebula yang indah dan tajam. Seestar ini sudah dilengkapi dengan teleskop kecil, kamera, kontrol komputer dan peta bintang, sehingga dapat mencari benda langit yang dituju, mengarahkan teleskop, memfokuskan dan memotret melalui telepon pintar atau komputer tablet.  

Sayang, galaksi Bimasakti tidak dapat terlihat dengan jelas karena langit tanggal 16 Agustus 2024 didominasi oleh cahaya Bulan, namun bintang-bintanag terang dan planet Saturnus dapat terlihat dengan cukup jelas. Memang, melihat dan memotret galaksi Bimasakti sebaiknya dilakukan saat Bulan di bawah horizon, misalnya saat fase Bulan Baru. Akan tetapi, setidaknya Mentri dapat melihat potensi astrowisata di pulau Sabu yang dapat menjadi salah satu penggerak ekonomi rakyat disana. 

Apakah kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang ada di pulau Sabu mampu menyelenggarakan kegiatan astrowisata untuk wisatawan? Bukankah dibutuhkan pengetahuan astronomi? Tidak selalu kegiatan astrowisata dibutuhkan pengetahuan astronomi. Misalnya kegiatan starbathing untuk menikmati keindahan langit tidak membutuhkan banyak pengetahuan astronomi, cukup menyediakan fasilitas. Kalaupun wisatawan membutuhkan pengetahuan astronomi untuk starbathing beberapa apps peta bintang, seperti Stellarium, Loss of the Night dan lain-lain dapat digunakan di telepon pintar masing-masing. Pemilik tempat dan pokdarwis dapat menyediakan dan menyewakan perlengkapan astrowisata starbath.

Beberapa dosen dan asisten program studi Astronomi ITB telah memberikan pelatihan penyelenggaraan starbath pada tanggal 1 dan 2 Mei 2024 di dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Sabu Raijua, di pantai Napae dan di pantai Rae Mea. Peserta pelatihan tersebut adalah Kelompok Sadar Wisata dari desa Loborai, desa Raemadia dan kelurahan Mebba. Hasil pelatihan itu bahkan sudah dipraktikkan kepada wisatawan yang sesungguhnya.

Dalam kegiatan starbathing wisatawan tidak mencari pengetahuan astronomi, tapi hanya menikmati suasana malam yang indah. Pokdarwis bisa mendapatkan penghasilan dari menyewakan fasilitas yang dibutuhkan, menjaga lingkungan agar wisatawan tidak terganggu cahaya dari penduduk sekitar dan dapat berjualan makanan dan minuman yang akan dinikmati wisatawan sambil menikmati keindahan langit. Berbeda dengan kegiatan stargazing yang biasanya merupakan kegiatan untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang benda-benda astronomi, starbathing hanya menikmati keindahan langit saja. Di luar waktu kegiatan astrowisata, pokdarwis juga berperan dalam memelihara lingkungan agar langit tetap gelap tidak dipengaruhi oleh polusi cahaya.

Kegiatan astrowisata lain yang juga menarik untuk wisatawan adalah astrofotografi. Tentu saja astrofotografi ini membutuhkan langit yang cerah dan gelap, bebas dari polusi cahaya untuk dapat menangkap galaksi Bima Sakti, gugus Bintang dan nebula-nebula yang indah namun cahayanya lemah. Jika dahulu foto-foto galaksi yang indah hanya bisa didapat dengan teleskop atau kamera profesional, sekarang telepon pintar sudah memiliki kemampuan fotografi profesional. Dengan sedikit tutorial dari astronom profesional, di sela-sela kegiatan starbath atau stargazing wisatawan dapat membuat foto-foto benda langit dengan kameranya sendiri.

Untuk masa depan, akan lebih baik jika dibangun sebuah observatorium publik dengan teleskop yang agak besar untuk keperluan wisata maupun penelitian. Lokasi yang baik untuk pendirian observatorium itu adalah di puncak Lede Pemulu atau Lede Perihi.

Mentri KKP meninjau tambak garam di Kolouju, Menia, Pulau Sabu

Menteri Trenggono mencoba astrophotography dengan alat Seestar dalam kesempatan stargazing di pantai Napae

Bersantai menikmati keindahan langit dalam kegiatan starbathing

Planetary Nebula M27 dipotret dengan Seestar 16 Agustus 2024

Bulan gibous dipotret dengan Seestar 16 Agustus 2024

Setelah upacara HUT kemerdekaan RI ke 79, di Kabupaten Sabu Raijua

57

views