Solusi Mobilitas bagi Penyandang Disabilitas

Solusi Mobilitas bagi Penyandang Disabilitas

Tags: ITB4People, Community Services, Pengabdian Masyarakat, SDGs9

Di Indonesia kursi roda yang tersedia ialah kursi roda konvensional. Namun, kursi roda ini memiliki kelemahan untuk perjalanan jarak jauh karena menguras tenaga dan membutuhkan bantuan orang lain untuk membantu pergerakannya.

Alat bantu mobilitas lainnya bagi penyan­dang disabilitas sulit ditemukan di Indone­sia. Hal ini disebabkan alat bantu tersebut belum diproduksi secara massal.

Dengan alat bantu mobilitas dari luar negeri, terdapat biaya kirim yang akan di­tambahkan dengan total biaya pembuatan alat bantu mobilitas ini. Hal ini menjadikan harga yangjauh lebih mah al jika dibanding­kan dengan harga kursi roda konvensional.

Kondisi tersebut mendorong peneliti ITB dari Kelompok Keilmuan Fisika Instru­mentasi dan Kompmasi unmk melakukan penelitian merancang alat bantu mobilitas yang aman dan terjangkau. Alat bantu ini dinamakan kuroli, yang merupakan singkatan dari kursi roda listrik.

Penelitian ini bekerja sama dengan beng­kel kursi roda FPDB (Forum Peduli Difabel Bantul) di Yogyakarta. Kemitraan ini di­lakukan agar tetjadi transfer teknologi dari peneliti ITB kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Nantinya diharapkan UMKM dapat memproduksi alat bantu mobilitas dan memasarkannya secara digital.

Tim peneliti terdiri dari penulis (Dr. Nina Siti Aminah) beserta tiga mahasiswanya (M Iqbal Mauludi, S.Si., Iqbal Aidina, dan Wulan Silvani) membuat purwarupa alat bantu mobilitas berupa wheelchair add-on skala laboratorium dengan pendekatan Fuzzy (gambar 1). Alat bantu mobilitas ini dapat ditambahkan pada kursi roda konvensional sehingga tidak diperlukan kursi roda yang baru (gambar 2).

Desain rangka alat mengikuti produk yang terdapat di pasar internasional. Purwarupa akan berbentuk otopet, rangka beroda dan bersetang yang ditambahkan dua lengan untuk menarik kursi roda konvensional. Pada kedua lengan akan dilengkapi pengait dan pengatur derajat kemiringan yang bisa disesuaikan agar cocok dengan semua jenis kursi roda konvensional.
 
Dengan menggunakan daya dari baterai, alat ini dapat digunakan hingga 5 km selama baterai terisi. Baterai dapat diisi ulang dengan mudah.

Baterai menghasilkan tegangan 12 V dan 5 V yang telah diturunkan menggunakan regulator tegangan. Tegangan 12 V digunakan sebagai sumber daya untuk motor dan modul driver H-Bridge 1298N, sedangkan tegangan 5 V digunakan sebagai sumber daya untuk modul driver H-bridge 1298N, 2 buah sensor, dan sumber daya Arduino.

Arduino yang digunakan telah terisi prog­ram yang mengatur pergerakan sistem. Program memproses data dari kedua buah sensor dan mengirimkan hasilnya pada modul driver motor untuk mengontrol ke­lajuan motor. Semua komponen elektronik diletakkan pada wadah tertutup dan disim­pan di bagian depan rangka.
 
Dua buah sensor yang digunakan, yaitu sensor ultrasonik untuk mendeteksi adanya hambatan dan optocoupler unruk mengukur kelajuannya. Jika sensor ultrasonik mende­teksi keberadaan hambatan pada jarak yang terlalu dekat, dan jika lajunya tinggi, laju akan diturunkan secara otomatis.
 
Penurunan kelajuan dilakukan dengan laju perubahan yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada jarak hambatan yang dideteksi serta kelajuannya saat itu. Sistem pengereman otomatis ini dilakukan dengan pendekatan Fuzzy.

Aturan Fuzzy

Terdapat 12 aturan Fuzzy yang disimpan di dalam Arduino. Aturan Fuzzy dibuat untuk mengatur hubungan antara setiap input, yaitu jarak hambatan (JARAK) dan kelajuan (LAJU) dengan output, yaitu tingkat pengereman (BRAKE). JARAK sebagai input dibagi menjadi tiga kategori, yaitu DEKAT, SEDANG, dan JAUH.

Sementara itu, masukan LAJU dibagi menjadi empat kategori, yaitu LAMBAT, SEDANG, CUKUP CEPAT, dan CEPAT. Output BRAKE dibagi menjadi empat kategori, yaitu HALUS, LEMBUT, NORMAL, dan KERAS. Hal dilaku­kan untuk membuat alat ini lebih aman un­tuk dikendarai oleh penyandang disabilitas.

Fitur lain yang terdapat pada alat bantu mobilitas ini ialah monitoring kapasitas daya baterai. Menggunakan INA219 modul ini dapat mengukur arus dan tegangan se­hingga tidak sulit memperoleh data daya dari baterai. Dengan mengetahui sisa daya dapat diestimasi waktu penggunaan dan jarak tempuh. Kapasitas daya baterai ini ditampilkan pada display LCD 2x16 untuk dapat dilihat pengguna alat bantu mobilitas.

Penggunaan alat bantu mobilitas pada kur­si roda konvensional merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas. Dengan bantuan alat bantu mobilitas ini, penyandang disabilitas diharapkan bisa melakukan aktivitas yang dapat berdampak baik bagi ke hidupan sosial, ekonomi juga kesehatan mereka.

Alat bantu mobilitas ini diharapkan dapat memberi dorongan agar penyandang di­sabilitas bisa mandiri dan produktif. Seperti kita ketahui mobilitas merupakan kendala terbesar bagi penyandang disabilitas. Pa­dahal, penyandang disabilitas dapat tetap beraktivitas dengan bantuan peralatan yang memadai. (M-1) 

1190

views