Solusi IoT untuk Budi Daya Ikan

PEMBUDI daya ikan patin menemukan jawaban atas masalah kualitas air dan pemantauannya melalui teknologi internet of things (IoT) yang dikembangkan ilmuwan ITB, Prof. Trio Adiono, Ph.D. dalam program pengabdian masyarakat “Peningkatan Ekonomi Budidaya Ikan Patin” di Koto Panjang, Provinsi Riau.

“Ikan sangat sensitif terhadap kadar keasaman dan suhu air. Kesalahan atau ketidaktelitian dapat mengakibatkan ikan tidak mau makan. Artinya produktivitas dari tambak ini juga akan menurun,” kata Prof. Trio Adiono dalam acara webinar Karsa Loka yang digelar LPPM ITB, Jumat (25/2/2022).

Karsa Loka merupakan kegiatan bulanan LPPM-ITB dalam berbagi best-practice penerapan sains, teknologi, dan seni untuk masyarakat. Pada Karsa Loka perdana pada 2022 ini, peserta menjangkau juga para pembudi daya ikan umumnya, selain akademisi dan para penggerak desa (untuk webinar lengkap, klik: https://www.youtube.com/watch?v=oQWEwFH3LV8&feature=youtu.be).

Sebagian besar pertanyaan pada diskusi juga mengarah pada penerapan IoT untuk jenis ikan selain patin, seperti peserta dari Kab. Subang yang membudidayakan ikan jenis bandeng dan penanya yang membudidayakan berbagai jenis ikan lain.  “Penerapan teknologi ini memang bisa dikembangkan untuk berbagai budi daya ikan. Yang perlu dikenali adalah parameter-parameter spesifik dari tiap jenis ikan yang dibudidayakan,” kata Prof. Trio.

Mitra dalam program pengabdian masyarakat ITB, Dr. Eni Sumiarni dari Fakultas Peternakan Universitas Riau (Unri) dan pembudi daya ikan, Suhaemi mengakui, pemantauan kualitas air menjadi salah satu kunci peningkatan produktivitas. “Produksi yang tinggi dan dengan kualitas air yang bagus ini akan mempercepat produksi perikanan. Jadi, diharapkan yang tadinya masa budi daya ikan patin itu 4-6 bulan, mungkin 3 bulan sudah bisa panen,” kata Dr. Eni.

Prof. Trio yang tergabung dalam Kelompok Keahlian Elektronika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB ini kemudian mendesain perangkat Smart Water Meter. “Sistem ini dapat melakukan kualitas pengukuran air selama 24 jam yang dibekali dengan berbagai macam sensor, serta teknologi internet of things sehingga pengukuran dapat diamati dari jarak jauh dan sumber dayanya pun menggunakan solar cell. Ini sangat cocok untuk budi daya ikan di kolam, budi daya ikan pada keramba jaring apung, pengolahan air bersih, dan bahkan di industri kimia,” paparnya.

Manfaat teknologi yang diciptakan ilmuwan ITB ini memudahkan proses pengecekan kualitas air. “Kami cukup menggunakan smartphone, kemudian dapat memantau kualitas air dari mana saja. Kami juga terhubung dengan internet atau sekarang ini disebut teknologi cloud, disediakan infografik perubahan kualitas air setiap waktu sehingga responsnya bisa dilakukan sangat cepat. Dengan demikian, bisa dipastikan kualitas air selalu ada di kondisi terbaik dan bisa meningkatkan produksi budi daya ikan,” lanjutnya.

Fitur dari produk yang dikembangkan dapat mengukur kadar keasaman/pH, dapat suhu air maupun lingkungan, kelembapan. Sistem juga dilengkapi sensor untuk mengukur kekeruhan air dan sensor kadar oksigen terlarut.

“Kami juga menyediakan dashboard di komputer maupun smartphone sehingga mudah untuk mengamati hal ini. Kalau detail teknisnya, ada kadar keasaman, rentang suhu, galat, resolusi yang kami paparkan sesuai dengan sensor yang kami gunakan, suhu air, kadar oksigen terlarut. Ketika development kami juga melakukan proses kalibrasi dan pengukuran, kemudian casing-nya bisa juga tahan air,” jelasnya.

Produktivitas dan efisiensi

Pakar perikanan dari Unri, Dr. Eni menyatakan, selama ini kendala pencemaran lingkungan, termasuk dari sisa pakan memperburuk kualitas air sehingga sering kali terjadi kematian massal ikan. Sementara, pengujian berbagai parameter kualitas air dan lingkungan membutuhkan waktu dan dana cukup besar.

“Terjadi efisiensi penggunaan dalam monitoring kualitas air ini sangat bagus. Dengan satu alat bisa berbagai parameter kunci budi daya. Artinya di  situ ada untuk suhu, pH, oksigen terlarut, TSS. Bisa dimonitoring kapan pun dan di mana pun,” katanya.

Pembudi daya ikan patin, Suhaimi memaparkan bahwa desanya sudah dikenal menjadi daerah penghasil patin.  “Tiada rumah tanpa kolam ikan. Kami berusaha terintegrasi dari hulu ke hilir mulai dari pembenihan, pembesaran, pembuatan pakan, pengolahan,” paparnya.

Persoalan kualitas air juga diakui Suhaimi sangat menentukan dalam usaha pembenihan dan pembesaran. “Kami setiap hari harus memantau kualitas air untuk mengambil keputusan. Keterbatasan selama ini adalah peralatan. Kami harus memeriksanya secara manual setiap hari 3-4 kali sehari, tetapi alhamdulillah dengan peralatan ini sekarang kami merasa terbantu sekali dan sangat efektif serta efisien,” ujarnya.

“Di mana pun kami dapat memantau kualitas air kolam, kualitas air tandon yang akan dipakai untuk wadah budi daya secara cepat, tepat, dan kapan pun di mana pun. Hebatnya, walaupun sedang berada di Pekanbaru atau Jakarta, saya bisa mengambil keputusan melalui handphone dengan aplikasinya yang dapat mengintruksikan bahwa kualitas air sudah layak dipakai atau tidak.”

Di desa berjuluk Desa Wisata Kampung Patin tersebut, dalam satu hari produksinya mencapai 15 ton ikan patin.  Dari ikan patin sudah diolah menjadi berbagai macam, seperti bakso ikan patin, nugget ikan patin, bakso goreng ikan, dan abon. Sebagian besar ikan dikeringkan, diasap, dan dipasarkan dalam bentuk selai.

“Peralatan ini saya kira merupakan jawaban daripada persoalan-persoalan kami. Insyaallah kami akan mencoba memanfaatkan peralatan ini sebaik-baiknya. Terima kasih kepada ITB, Prof. Trio, Bu Eni. Sampai sekarang kami terus berkomunikasi dengan tim bagaimana perkembangan sepanjang hari,” ujarnya.

Pemanfaatan IoT untuk budi daya ikan ini diakui Dr. Eni bisa menjadi jawaban bagi pengembangan produk lain. Dr. Eni memaparkan, kawasan Rupat Utara sangat berpotensi untuk tambak udang paname. Selain itu, ikan-ikan ekonomis penting seperti ikan arwana yang pembudidayanya ada di Kabupaten Kuantan Singingi ini juga luar biasa.

“Langkah pemanfaatan IT dengan kondisi sekarang ini sangat bermanfaat dan mudah-mudahan ITB dengan teknologinya dan kami dalam bidang perikanan sangat terbantu. Terima kasih kepada ITB dan Pak Trio, mudah-mudahan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang tujuannya meningkatkan ekonomi masyarakat akan dapat kita lakukan secara sinergi dan berkelanjutan,” paparnya.***

1070

views