Sekolah Kehidupan Bebaskan Cikutra dari Sampah

Sekolah Kehidupan Bebaskan Cikutra dari Sampah

Tags: ITB4People, Community Services, Pengabdian Masyarakat, SDGs4

Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan jumlah penduduk 2,5 juta jiwa. Besarnya populasi itu diikuti dengan volume sampah yang besar pula. Pemerintah Provinsi Jawa Barat merilis jumlah sampah yang dihasilkan Kota Bandung mencapai 1.500 ton tiap harinya.

Namun, masifnya sampah tidak dibarengi dengan kesadaran pemilahan sampah. Hal itu menyebabkan volume sampah yang sangat tinggi menumpuk di sejumlah tempat pembuangan akhir (TPA). Penum­pukan sampah tersebut bahkan pernah menyebabkan bencana. Pada 2015, dua desa di sekitar TPA Leuwigajah tertimbun longsoran sampah dan menimbulkan korban jiwa. Sebanyak 147 warga mening­gal dunia.

Sebelumnya, pada 2014, seorang warga Bulgaria yang tinggal di Ban­dung sempat mengunggah tulisan di blog pribadinya dengan judul Bandung, The City of Pigs. Tulisan itu menjadi viral dan dibaca hingga ribuan kali. lnti dari tulisan tersebut ialah keprihatinan sang penulis ter­hadap kondisi Kota Bandung yang sudah terlalu banyak sampah, tidak hanya di tempat publik.

Sampah-sampah tersebut bahkan tidak jarang yang dibuang di sungai. Di Jawa Barat, Sungai Citarum ditetapkan sebagai sungai yang pa­ling tercemar di dunia pada 2017. Sungai Citarum juga membentang panjang di Kota Bandung. Kondisi riilnya memang keruh dan banyak sampah mengapung. 

Sampah yang berada di sungai akan mengalir hingga hilir dan ber­akhir di samudra luas. Di tingkat internasional, berdasarkan data dari Jambeck (2015), Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia pengirim sampah plastik kelaut. 

Pada 2018, Pemerintah Kota Bandung merespons permasalahan sampah di wilayah mereka dengan menggulirkan Progam Kang Pisman, akronim dari Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan. Program ini mengajak masyarakat untuk aktif dalam pe­ngelolaan sampah dengan mengu­rangi jumlah sampah, khususnya sampah plastik.

Selanjutnya, sampah yang ada dipisahkan berdasarkan jenisnya sehingga mudah diproses dan ti­dak menimbulkan bau. Terakhir, pemanfaatan sampah yang telah dipilah, baik sampah organik maupun anorganik.

Dua tahun berjalan, masih banyak masyarakat yang belum menge­tahui program ini. Sementara itu, masyarakat yang telah mengetahui program Kang Pisman pun belum bisa memanfaatkan sampah yang telah dipisah. Oleh karena itu, dirasakan perlu adanya program dan keterlibatan dari perguruan tinggi untuk membantu masyarakat dalam mengurangi, memisahkan, dan memanfaatkan sampah yang mereka hasilkan.

Salah satu lokasi tempat program pembinaan pengolahan sampah ialah RW 06, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung. Lokasi tersebut dipilih ka­rena pada saat itu, warga setempat masih awam dengan urgensi penge­lolaan limbah organik sehari-hari. Sikap tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu kurangnya pe­ngetahuan mengenai pentingnya dan bagaimana cara mengolah limbah domestik, juga kurangnya sarana pengelolaan limbah terkait. Akibatnya, limbah domestik tidak terolah dan menjadi sumber pence­maran lingkungan.

Kegiatan yang dilakukan bertu­juan memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam bidang lingkung­an melalui sinergi kegiatan yang baik antara sumber daya iptek dan pemanfaatannya secara khusus bagi salah satu komunitas masyarakat di Kota Bandung. Adapun kontri­busi masyarakat dalam program pengabdian ini ialah memilah dan mengolah limbah padat domestik yang berasal dari rumah tangga mereka sendiri. Hasil pengolahan limbah padat domestik berupa pu­puk kompos dapat dimanfaatkan kembali oleh mereka, baik untuk kegiatan tanam-menanam maupun diperjualbelikan.

Sekolah
 
Program sinergi tersebut diberi nama Sekolah Kehidupan RW 06 dengan struktur kepengurusan seperti sekolah pada umumnya. Ketua RW dilibatkan sebagai pengawas keberjalanan program dan ada warga setempat yang dilibatkan sebagai kepala sekolah. Setiap RT mengirimkan satu kader yang bertugas menjadi ketua kelas bagi RT masing-masing, dengan siswanya ialah kader-kader pilihan sebanyak 2-3 orang.

Program pembinaan di lokasi ini sekarang sudah berjalan hampir 2 tahun. Dalam penerapannya, dilakukan kerja sama antara SITH ITB, STTB, katapang-kita.id, dan Yayasan Generasi Semangat Selalu Ikhlas, yang merupakan salah saru kolaborator dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung. 

Pada tahun penama, yakni 2020, telah dilakukan beberapa program, meliputi:

1. Peluncuran program, pengenal­an, dan pemilahan limbah padat rumah tangga
Pada kegiatan ini dilakukan peluncuran Program Sekolah Kehidupan RW 06 Cikutra serta sosiali­sasi macam-macam sampah dan memilah limbah padat rumah tangga. Peluncuran program dan sosialisasi ini dilakukan oleh penulis berkolaborasi dengan Tini Martini Tapran dari Yayasan Generasi Semangat Selalu Ikhlas dan juga sebagai koordinator program katapang-kita.id di Sekolah Kehidupan, RW 06, Cikutra, Kota Bandung.

2. Pelatihan pembuatan eco en­zyme, MOL (mikroorganisme lokal), pembuatan bibit/starter kompos takakura di Kampung Takakura
Pada kegiatan ini, masyarakat diajak untuk berpartisipasi langsung untuk membuat eco enzyme, MOL, dan bibit kompos Takakura. Pem­buatan bibit dilakukan di Kampung Takakura yang telah berpengalam­an dalam pembuatan komposter Takakura. Bibit kompos yang telah dibuat kemudian dibawa ke RW 06 Cikutra umuk dimasukkan ke kom­poster kader masing-masing.

3. Pembuatan komposter Takakura
Masyarakat diajak untuk mem­buat prototipe komposter Takakura. Komposter ini dapat digunakan untuk membuat kompos dengan memanfaatkan limbah domestik dan bibit kompos yang telah dibuat sebelumnya.

4. Monitoring komposter 
Pada kegiatan ini dilakukan monitoring proses pengomposan dari tiap-tiap prototipe kompos­ter Takakura milik kader. Progres kemajuan dan kendala disampaikan setiap kader, lalu dicari solusi dari tiap kendala.

Pada 2020, program berfokus untuk mencetak kader yang da­pat memisahkan dan mengolah sampah serta memanfaatkan hasil olahannya. Kader-kader yang telah memenuhi standar yang ditentukan akan menjadi fasilitator pada tahun berikutnya.

Pada 2021, berlangsung program lanjutan, yaitu pemisahan dan peng­olahan sampah domestik masyara­kat dengan metode pengomposan, eco enzyme, dan MOL, pemanfaatan hasil pengolahan sampah untuk urban farming di lingkungan RW 06 Cikutra, serta penataan dan penghiasan lingkungan RW 06 Ci­kutra dengan urban farming.

Program berfokus pada perluas­an manfaat program sebelumnya dengan partisipasi aktif kader yang telah dicetak. Peserta pada program sebelumnya telah dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk membuat kompos, eco enzyme, dan MOL. Kader-kader ini mengikuti kegiatan training of trainer (ToT), berupa kegiatan pelatihan untuk menjadi fasilitator bagi peserta yang baru. Dengan begitu, akan muncul kader-kader baru dengan fasilitator yang berasal dari warga RW 06 Cikutra.

Harapan jangka panjangnya ialah kader-kader yang telah dicetak dapat menjadi fasilitator di tempat lain tanpa pengawasan dari Tim SITH maupun GSSI. Setelah ToT, di­lakukan uji coba pengajaran kepada peserta baru dengan dibimbing dan diawasi oleh Tim SITH dan GSSI. Hasil dari ToT ialah kemunculan kader-kader yang siap menjadi fasilitator.

Pendekatan untuk menyelesaikan masalah sampah domestik masya­rakat di RW 06 Cikutra tidak jauh berbeda dengan tahun sebelum­nya. Inovasi yang dilakukan ialah pembuatan kompos dengan me­tode ember tumpuk. Hasil evaluasi tahun sebelumnya menunjukkan warga RW 06 Cikutra kurang dapat mengontrol proses pengomposan dengan metode Takakura sehingga diperlukan inovasi proses pengom­posan lain.

Dari sisi praktik, metode ember tumpuk lebih mudah dilakukan dan lebih murah dari segi biaya. Dengan begitu, diharapkan dapat menjangkau lebih banyak orang. Adapun untuk pembuatan eco enzyme dan MOL tidak ditemui ma­salah signifikan dan sudah dapat dimanfaatkan.

Hasil pengolahan sampah digu­nakan untuk pupuk tanaman, baik tanaman hias maupun tanaman pa­ngan. Peserta diajak untuk membuat urban farming di lingkungannya sehingga dapat meningkatkan ke­tahanan pangan warga.

Hasil evaluasi pada tahun sebelumnya ialah urban farming yang belum tertata baik. Oleh karena itu, pada tahun ini kami akan me­lakukan penataan tanaman agar lebih mudah dirawat dan didapat hasil yang baik. Selain itu, untuk meningkatkan estetika akan dilaku­kan pembuatan mural di dinding warga. Berbagai subprogram yang direncanakan bertujuan membuat Cikutra menjadi kampung yang ramah lingkungan sehingga kelak dapat diajukan sebagai kampung wisata seperti Kampung Cibunut yang telah disahkan sebagai kam­pung wisata dengan ciri khas pengo­lahan sampah terpusat dan mural. (M-2)

1158

views