Sedekah Air Melalui Energi Bersih

Pulau Weh merupakan salah satu dari pulau terluar Indonesia. Berbatasan langsung dengan Samudera Hindia mengakibatkan cuaca dan iklim pulau sangat dipengaruhi oleh tingkah laku laut. Bagian timur menghadap Selat Malaka turut memberikan andil dalam keanekaragaman hayati laut yang melimpah di Pulau Weh karena diapit oleh dua laut. Keindahan panorama yang dikombinasikan dengan keanekaragaman hayati laut menjadikan Pulau Weh sebagai destinasi wisata favorit bagi turis domestik maupun internasional.

Selain sebagai salah satu pulau terluar, Pulau Weh terkenal karena letak geografisnya yang berada di ujung bagian barat Indonesia. Hal inilah yang menjadikan Kota Sabang (bagian dari Pulau Weh) menjadi ikon yang sering digunakan dalam lirik lagu, sajak, dan perumpamaan yang bertema ke-nusantaraan. Kota sabang juga turut memberi andil promosi wisata bagi pulau yang berada di Provinsi Banda Aceh tersebut. Menjadi bagian dari provinsi yang berjuluk ‘Serambi Mekkah’, norma hukum masyarakat Pulau Weh terikat dalam khazanah syariat islam sesuai Surat Keputusan Perdana Menteri RI Nomor 1/Missi/1959 tidak terkecuali untuk penyelenggaraan perekonomian, termasuk pariwisata. Dalam rangka memantapkan industri pariwisata di Kota Sabang, Walikota Sabang menerbitkan Qanun Kota Sabang No 9 Tahun 2019 yang mendukung pariwisata bahari berbasis masyarakat dengan nilai-nilai halal.

Tidaklah mengherankan jika wisata bahari ditonjolkan dalam pengembangan pariwisata di Pulau Weh. Hal ini karena secara geografis, laut dari Samudera Hindia masuk ke dalam celah Selat Malaka melalui Pulau Weh. Bentuk Pulau Weh yang membentuk cerukan pada bagian tengahnya berfungsi sebagai perangkap nutrien dari dua lautan sedangkan daratan yang mengelilinginya berfungsi sebagai penahan gelombang. Kondisi tersebut mendukung teori Stephen Smith yang menyatakan bahwa nutrien di laut menjadi faktor penting dalam pembentukan ekosistem perairan dangkal di antaranya adalah ekosistem terumbu karang dan mangrove. Keanekaragaman hayati terumbu karang inilah yang menambah daya tarik wisata di Pulau Weh selain ikon 0 kilometer-nya.

Keunikan lain dari pengembangan pariwisata di Pulau Weh ini adalah sosial budaya setempat yang begitu kental dengan nuansa Islami. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh hukum di Provinsi Aceh yang secara khusus menambahkan corak syariat Islam dalam membangun kehidupan sosial masyarakatnya. Berdasarkan sejarah, Aceh merupakan daerah pertama masuknya peradaban Islam di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Maka tidaklah mengherankan banyak ulama-ulama besar di abad awal peradaban Islam masuk ke Aceh dan kemudian mendirikan Kerajaan bercorak Islam yang kejayaannya masih dikenal hingga saat ini. Ulama-ulama ini jugalah yang ikut menginisiasi adanya penyebaran Islam di Nusantara.

Konsep wisata halal adalah salah satu upaya pengembangan nilai-nilai konsep Islami untuk meningkatkan kualitas wisata dengan sentuhan nilai-nilai islami tanpa menyinggung ideologi kepercayaan lain. Konsep ini juga memiliki tujuan agar eksistensi sejarah Islam di Aceh dapat terus lestari. Akan tetapi, ditengah-tengah euforia potensi wisata halal di Pulau Weh, perlu diperhatikan juga bahwa terdapat ancaman yang harus diperhitungkan dan dimitigasi.

Karena pulau Weh merupakan pulau kecil yang terpisah cukup jauh dari daratan utama, maka Pulau Weh seperti pulau kecil lainnya yang rentan terhadap isu air bersih. Kerentanan air bersih ini disebabkan karena potensi penyimpanan air tanah yang sangat bergantung pada luasan area, kedalaman tanah, dan juga kemampuan tanaman khususnya pohon dalam mempertahankan air dalam tanah. Kekomplekan permasalahan umumnya berbeda di antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, begitu juga dengan Pulau Weh. Menurut pengakuan warga setempat, air tanah di Pulau Weh umumnya mengandung ‘karang’. ‘Karang’ akan muncul pada air tanah yang dimatangkan secara konvensional dan didiamkan dalam waktu kurang dari sehari. Sejauh ini belum ada penelitian terkait zat ‘karang’ tersebut, namun masyarakat was was untuk mengonsumsi air yang didapat secara langsung dari tanah. Oleh karena itu Program Pengabdian kepada Masyarakat dengan Skema Bottom-Up ITB 2023 berupaya untuk mengatasi permasalahan air bersih siap minum yang dapat dimanfaatkan oleh tidak hanya warga setempat tapi juga oleh wisatawan yang datang ke pulau Weh.

Tim Program Pengabdian kepada Masyarakat melakukan instalasi alat Reverse Osmosis (RO) dan panel surya di Masjid Babussalam Kota Sabang. Kegiatan pemasangan dilakukan pada 27-29 Mei 2023. Instalasi mesin RO berhasil dilaksanakan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan dan berfungsi dengan baik. Kegiatan berjalan sesuai perencanaan yaitu bahwa hasil studi literasi sesuai dengan fakta di lapangan dan teknologi yang diusulkan sudah tepat dengan permasalahan aktual.

Gambar 1. Instalasi Mesin RO dan Solar Cell yang dipasang di Masjid Agung Babussalam Sabang

Lebih lanjut, gagasan pengabdian masyarakat dengan pemasangan mesin RO untuk penyediaan air minum di Masjid Babussalam sebagai representasi dari simbol wisata halal mendapat dukungan dari otoritas yang berwenang. Ketua takmir Masjid Babussalam, Anwar Usman, memberikan pernyataan bahwa konsep penyediaan air bersih untuk umum melalui proses filtrasi mesin RO merupakan gagasan baru di Sabang bahkan tidak ditemui di Masjid Raya Baiturrahman Aceh.  Pada 8 Agustus 2023 dilakukan penandatangan Berita Acara Serah Terima (BAST) mesin RO dan perangkatnya secara resmi oleh ketua tim Pengabdian kepada Masyrakat Buttom ITB 2023 Dr. Qoriah, MA., Pj. Walikota Sabang Drs. Reza Pahlevi, M.Si., Luthfi Muhammad Jamil SE. selaku Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Sabang, dan Ketua DKM Masjid Agung Babussalam. Pihak pemerintah sangat mengapresiasi inovasi yang dilakukan oleh tim pengabdian masyarakat pada permasalahan wisata di Kota Sabang, sampai-sampai memberikan surat ucapan terima kasih secara resmi dari PJ. Walikota Sabang. Tidak berhenti pada kegiatan di atas saja, tim pengabdian Kepada Masyarakat ITB juga mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan Dinas Pariwisata, komunitas UMKM, tim Media massa, dan perwakilan masyarakat sekitar, untuk memetakan secara spasial potensi wisata halal di berbagai tempat wisata di pulau Weh dan upaya peningkatan kualitasnya ke depan.

Gambar 2 Foto Bersama Setelah Penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) Mesin RO dan Solar Cell: Ketua Tim, Pj. Walikota Sabang, Perwakilan Kepala Dinas terkait, dan Ketua DKM Masjid Raya Babussalam Sabang

Gambar 3 Dokumen Resmi Berita Acara Serah Terima (BAST) Mesin RO & Solar Cell dan Ucapan Terima Kasih dari PJ. Wali Kota Sabang

Diharapkan dengan adanya konsep penyediaan air minum di lingkungan masjid mampu memberikan kesan unik bagi wisatawan yang ingin menikmati wisata halal di Pulau Weh, khususnya Kota Sabang. Disamping itu, air minum juga dapat dimanfaatkan oleh jamaah masjid yang akan melangsungkan ibadah. Kedudukan Masjid Babussalam sebagai masjid agung di Kota Sabang membawa dampak terhadap jumlah kunjungan. Terletak di pusat kota dengan fasilitas yang mumpuni memberikan dampak positif terhadap fungsi masjid yang lebih modern.

Dengan kegiatan Pengabdian Masyarakat ITB Skema Bottom-up 2023 ini diharapkan masyarakat dan wisatawan dapat teredukasi mengenai konsep wisata halal yang cenderung memperhatikan nilai-nilai wisata secara umum. Melalui penggunaan teknologi PLTS dan mesin RO dalam kegiatan ini membuktikan bahwa konsep Hijau mampu diimplementasikan dalam sistem pariwisata halal. Selanjutnya dibutuhkan peran aktif masyarakat dan dukungan dari otoritas pemerintah setempat dalam meningkatkan daya tarik wisata halal di Pulau Weh.

Tulisan Pendukung

Pemilihan Masjid Babussalam Kota Sabang sebagai lokus pengabdian masyarakat didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, Masjid Babussalam merupakan fasilitas publik yang terletak di jantung Kota Sabang sehingga mudah diakses oleh masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Kota Sabang di Pulau Weh. Disamping itu, konstruksi bangunan masjid yang tinggi memberikan dampak optimum terhadap absorbsi energi matahari. Pertimbangan lainnya ialah karena saat ini Kota Sabang sedang dikembangkan menjadi destinasi favorit wisata halal di Provinsi Aceh bahkan nasional. Oleh karena itu, posisi masjid menjadi penting karena merupakan aspek penting dalam mendukung terselenggaranya wisata halal. Tidak hanya itu, fasilitas air minum ini juga dapat dimanfaatkan oleh jamaah Masjid Babussalam yang juga merupakan masyarakat lokal.

Desain Teknologi Tepat Guna

Mengacu pada laman Global Solar Atlas, kawasan Sabang di pulau Weh, mampu memberikan kontribusi 4,83 kWh/m2 berdasarkan nilai Global Horizontal Irradiation. Data tersebut dapat dijadikan sebagai gagasan pemanfaatan konversi energi panas matahari menjadi energi listrik. Oleh karena itu,  pembangunan instalasi pembangkit listrik tenaga surya menjadi ide logis yang ramah lingkungan dalam menjalankan mesin Reverse Osmosis (RO) untuk pengolahan air bersih. Pemilihan teknologi RO didasari oleh kebutuhan akan air minum bersih di masyarakat Pulau Weh yang selama ini dibayangi isu zat ‘karang’ dalam kandungan air tanah. Proses filtrasi mesin RO melewati enam tahap penyaringan sehingga air yang dihasilkan menjadi bersih dan layak minum. Penggunaan Teknologi RO saat ini banyak digunakan di tempat umum seperti rumah sakit, hotel, taman, dan lainnya.

Perawatan Teknologi

Instalasi PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) sebagai sumber energi bersih membutuhkan perawatan yang hati-hati. Hal ini dikarenakan panel surya umumnya berbahan kaca pada lapisan luarnya, sehingga perlu diletakan jauh dari bahaya tumbukan benda keras. Selain itu umur baterai PLTS harus dipertimbangkan secara khusus dengan memperhatikan durasi penggunaan mesin RO. Spesifikasi mesin RO berkapasitas 1000 GPD yang berarti bahwa air minum yang mampu dihasilkan setara dengan 158 liter per jamnya. Akan tetapi, guna menjaga kualitas dan usia alat maka dibatasi hanya 200 liter maksimal per hari. Selain itu, deteksi dini filter air dan membran penyaring diperlukan guna menghindari penurunan kualitas air yang dihasilkan. Oleh karena itu, sumber air menjadi sangat penting karena menjadi masukan (input) sebelum diproses oleh filter dan akhirnya menjadi hasil (output) yang akan dikonsumsi. Kualitas input air mempengaruhi usia filter pada mesin RO, makin baik air yang masuk maka kerja filter menjadi lebih ringan dan usia penggantian juga menjadi lebih panjang.

Edukasi Wisata Halal Berbasis Konsep Berkelanjutan

Saat ini konsep wisata halal masih menjadi benda asing bagi wisatawan tanah air. Sekilas, masyarakat menganggap bahwa jenis wisata ini bersifat eksklusif untuk penganut keyakinan agama Islam saja. Alih-alih eksklusif, wisata halal justru terbuka untuk seluruh elemen masyarakat termasuk seluruh pemeluk agama dengan menjaga kualitas atraksi wisata beserta fasilitas-fasilitasnya. Namun dalam situasi aktualnya, masih banyak masyarakat awam yang masih minim literasi bahwa wisata halal berbeda dengan wisata religi. Dimana wisata religi memang memiliki ruang lingkup yang dikhususkan pada agama tertentu dengan nilai-nilai peribadahan. Konsep wisata religi tentu berbeda jauh dengan wisata halal yang lebih mengedepankan kualitas wisata dengan aspek penilaian yang sangat ketat guna menjamin kenyamanan dan kepuasan wisatawan dan aspek peribadahan bukan tolak ukur utama dari aplikasi wisata halal, kecuali bagi pemeluk Agama Islam. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh perguruan tinggi membawa sentuhan teknologi dalam menyampaikan nilai kebaikan. Demikian, penyediaan air bersih di kawasan masjid haruslah memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa masjid memperhatikan kebutuhan utama umat dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan lingkungan.

258

views