Teknologi Masaro Selesaikan Sampah Organik
Tags: ITB SDGs, Partnership for the goals
Desa Babakan, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menghadapi permasalahan sampah serupa kebanyakan permukiman di Indonesia. Tumpukan sampah terlihat di mana-mana, termasuk di pinggir jalan hingga bantaran sungai.
Tingginya volume sampah sejurus dengan padatnya permukiman. Desa dengan luas 750 hektare itu dihuni 4.600 penduduk lokal dan 13.000 pelajar dari luar daerah. Memang selain memiliki 69 sekolah dari jenjang TK hingga perguruan tinggi, desa itu juga memiliki 72 pondok pesantren.
Sampah yang dihasilkan dari desa itu pun mencapai 13.955 kg/hari, yang terdiri atas 50% sampah organik, 38% sampah anorganik, dan 12% sampah daur ulang. Tipikal dengan daerah lain, tidak ada manajemen pengolahan sampah di Desa Babakan.
Sistem penanganan sampah yang masih digunakan sampai sekarang ialah pengumpulan, pengangkutan, pembuangan, dan pembayaran. Hal itu menyebabkan penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).
Kondisi itu sangat disayangkan mengingat sampah organik yang mengambil porsi terbesar produksi sampah sesungguhnya dapat diselesaikan di rumah. Dilatari hal tersebut, Institut Teknologi Bandung (ITB) yang memiliki teknologi Masaro (manajemen sampah zero) mengadakan kegiatan Pelatih an Pengolahan Sampah Organik untuk Babakan Desa Zero Waste pada 28 Maret 2021. Peserta pelatihan terdiri atas anggota Karang Taruna, PKK, dan warga setempat. Teknologi Masaro yang dibuat oleh penulis juga dikenal dengan nama program Lingkungan Bersih Hijau dan Produktif (LBHP) Masaro.
Teknologi Masaro ITB memiliki keunggulan dalam hal kemudahan dan kecepatan proses pengomposan jika dibandingkan dengan teknologi pengolahan sampah organik lainnya.
Dengan program ini tantangan pengolahan sampah organik, yang selama ini kerap sulit, memakan waktu lama, bau, dan kotor, bisa di atasi. Lewat teknologi Masaro juga produk hasil pengolahan sampah organik tidak lagi memiliki nilai ekonomi rendah sehingga akan menarik dan profitable untuk diterapkan.
Polybag farming
Teknologi Masaro dijalankan dengan polybag farming. Sampah organik dimanfaatkan sebagai campuran media tanam dengan formulasi perbandingan 4:3:2:1, yang secara berurut terdiri atas tanah, sampah organik, kotoran hewan, dan arang sekam padi. Dengan formulasi ini seluruh sampah organik dapat dihabiskan di tiap-tiap rumah.
Teknologi Masaro ITB memiliki keunggulan dalam hal kemudahan dan kecepatan proses pengomposan jika dibandingkan dengan teknologi pengolahan sampah organik lainnya. Produknya pun bisa langsung digunakan untuk penyuburan kembali lahan di lokasi tersebut. Sungguh sangat praktis dan akan berdampak pada peningkatan kebersihan lingkungan.
Dengan begitu, teknologi Masaro bisa dilakukan di rumah-rumah, taman-taman, dan area penghijauan pinggir jalan secara langsung di loka sinya, tanpa harus membuang sampah organik ke TPA atau tempat lain yang jauh.
Pada akhirnya, teknologi Masaro ini bukan membebani warga, tetapi malah menguntungkan, terutama dalam penghijauan dan pemenuhan kebutuhan pangan. Meskipun demikian, pelaksanaan program LBHP Masaro harus diawali dengan sosialisasi dan edukasi yang baik, termasuk bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi. Tidak hanya itu, penguatan dari pemerintah desa sangat diperlukan untuk pembentukan kader-kader penggerak di level RT dan RW. Dengan cara itulah teknologi Masaro bisa menjadi gerakan warga seluruh desa atau kelurahan. (M-1)