Program Pengabdian Masyarakat ITB Memfasilitasi Aksesibilitas di Museum Geologi

Semua orang berhak mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat mengakses informasi di ruang publik. Museum merupakan salah satu fasilitas publik yang memiliki tujuan melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat serta menyampaikan perkembangan informasi melalui pameran koleksi hasil pencapaian manusia dan alam (ICOM, 1974). Adanya museum yang bersifat inklusif bagi penyandang disabilitas merupakan salah satu bentuk perwujudan dari Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Bentuk aksesibilitas ini salah satunya ditujukan pada ruang publik, sehingga tidak ada perbedaan antara masyarakat umum dengan penyandang disabilitas dalam mendapatkan fasilitas pelayanan publik. Penyandang disabilitas diharapkan dapat mengakses informasi yang sama dengan masyarakat pada umumnya, serta melindungi hak untuk memperoleh pengajaran dengan kualitas yang baik.

Semangat ini yang mendasari kerjasama antara ITB untuk menjalin kerjasama dengan Museum Geologi Bandung serta Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra Wyata Guna Bandung, untuk mengadakan kegiatan Pengabdian Masyarakat yang berjudul “Pembuatan Pojok Braille ITB serta Pengembangan Teknologi Video dan Audio Visual di Museum Geologi.” Kegiatan ini mendapat pendanaan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB untuk tahun 2022.

Kima, kerang raksasa yang menjadi salah satu obyek di ruang pamer yang dapat disentuh secara terbatas

 

Pada tanggal 19 Mei 2022, tim dari ITB beserta teman-teman penyandang disabilitas tuna netra dan pekerja sosial yang bekerja di Balai Wyata Guna berkunjung ke Museum Geologi yang berlokasi di Jl Diponegoro 57. Kegiatan Pengabdian Masyarakat yang diinisasi oleh Dr. Andy Yahya Al Hakim (FTTM ITB) ini telah diinisiasi sejak Desember 2021, bersama tim yang beranggotakan Kukuh Rizki Satriaji, M.T. dan Michael Binuko, M.Sn (FSRD). Museum merupakan salah satu fasilitas yang menjadi andalan untuk belajar, yang dinikmati oleh berbagai kalangan dari anak-anak, remaja, dewasa memanfaatkan museum sebagai tempat belajar di luar bangku sekolah. Kegiatan pembelajaran di museum tidak hanya dikhususkan kepada masyarakat pada umumnya, namun juga kepada masyarakat penyandang disabilitas.

Banyak kesan positif dan masukan yang diberikan oleh penyandang disabilitas kepada tim Museum Geologi pada kunjungan tersebut. Penyandang disabilitas tuna netra dapat memegang beberapa koleksi di ruang pamer, sehingga mendapat pengalaman lebih tentang berbagai obyek yang dipajang. Pemberian tulisan Braille dan pemberian informasi berupa audio di obyek yang sedang diamati merupakan sedikit masukan yang disampaikan oleh peserta kegiatan. Arief Kurniawan, MT. selaku Sub Koordinator Peragaan Museum Geologi serta Pemandu Museum Geologi menjelaskan dengan sabar dan detail tiap koleksi serta memandu penyandang disabilitas untuk mengenal kerak bumi, meteorit, mineral, batuan, fosil dan koleksi lainnya. Peneliti Museum Geologi, Unggul Prasetyo Wibowo, MT, M.Sc. menerangkan tentang rekonstruksi dan konservasi di ruang koleksi Museum Geologi. Kegiatan ini didukung oleh mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan sebagai bentuk kegiatan Kampus Merdeka Merdeka Belajar (MBKM).

Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan implementasi hasil kunjungan untuk membuat suasana museum dengan pembuatan model sentuh untuk khalayak publik yang akan disandingkan dengan huruf Braille, serta perekaman audio untuk membantu aksesibiltas informasi untuk khalayak luas. Kegiatan ini diharapkan dapat lebih mendekatkan Institut Teknologi Bandung sebagai kampus yang berbasis sains, seni dan teknologi melalui bentuk kegiatan-kegiatan yang dapat diakses masyarakat umum dan penyadang disabilitas secara massif.

Peserta memegang fosil di ruang koleksi

Meraba (tactile) menjadi media utama penyandang disabilitas dalam memperoleh informasi

Pemandu Museum Geologi menunjukkan batugamping mengandung fosil kepada pekerja sosial Balai Wyata Guna

Peneliti sekaligus Sub Koordinator Dokumentasi Unggul Prasetyo Wibowo menjelaskan replika di ruang koleksi

Peserta kunjungan, Pak Putre, mengobservasi bagian kaki fosil

 

Penyunting: Ali Hasan Asyari

Penyusun Berita: Andy Yahya Al Hakim (Dosen Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB)

andyyahya@itb.ac.id ; 081271717160

687

views