Desa Bilifitu, resmi dibentuk pada tahun 2007, secara geografis berada di Kecamatan Patani Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. luas wilayah Desa Bilifitu mencapai 3.000 hektar. Desa ini berbatasan langsung dengan Laut Pasifik di sebelah Utara, Desa Kipai di sebelah Selatan, Desa Pulau Woyo di sebelah Barat, dan Desa Pulau Santosa di sebelah Timur. Desa Bilifitu memiliki keanekaragaman alam yang sangat kaya, mulai dari kawasan Perkebunan, pesisir Pantai, perikanan laut dan pariwisata yang dapat mendukung berbagai sektor perekonomian Desa. Namun potensi tersebut belum dapat tergali secara menyeluruh terutama dalam bidang Perkebunan di karenakan keterbatasan sumberdaya manusianya. Padahal Desa ini sudah ditunjang dengan infrastruktur jalan, Listrik yang cukup bagus.
Desa Bilifitu memilki 186 rumah dengan jumlah penduduk mencapai 1.488 jiwa yaitu 780 jiwa laki-laki dan 708 jiwa perempuan, terdiri dari 450 kepala keluarga (KK). Komposisi penduduk ini didominasi oleh usia produktif, yakni mereka yang berusia antara 15 hingga 65 tahun. Sebagian besar mata pencaharian penduduk desa Bilifitu berprofesi sebagai petani Pala dan Kelapa. Tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah hanya mencapai 4,2% yang lulus sekolah dari total penduduk dan 1.049 tidak lulus sekolah (Monografi Desa Bilifitu, 2023). Rendahnya tingkat pendidikan ini menjadi salah satu penyebab rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan potensi lokal, termasuk dalam bidang pengolahan hasil perkebunan dan kewirausahaan. Oleh karena itu, diperlukan adanya program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat yang fokus pada peningkatan pendidikan dan pelatihan keterampilan teknis untuk mengoptimalkan potensi desa.
Desa ini terkenal sebagai penghasil utama dua komoditas penting, yaitu pala dan kelapa. Pala menjadi komoditas perkebunan unggulan yang secara signifikan mendukung perekonomian masyarakat, memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan harian mereka. Selain itu, kelapa juga menjadi komoditas penting kedua yang menopang mata pencaharian penduduk setempat. Namun, di balik potensi besar yang dimiliki, Desa Bilifitu masih dihadapkan pada berbagai tantangan yang perlu diatasi, terutama terkait dengan pengelolaan pascapanen. Tantangan ini mencakup kurangnya dukungan teknis yang memiliki kualitas dan mutu yang unggul serta minimnya ketersediaan sarana produksi yang memadai. Akibatnya, potensi besar dari komoditas pala dan kelapa belum mampu dimaksimalkan sepenuhnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kendala ini mempengaruhi efisiensi proses pengolahan hasil perkebunan, yang pada akhirnya juga berdampak pada pendapatan masyarakat.
Secara keseluruhan, Desa Bilifitu memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Dengan dukungan yang tepat, baik dalam hal pendidikan, teknologi, maupun akses pasar, desa ini memiliki peluang untuk berkembang menjadi salah satu pusat ekonomi berbasis pertanian yang kuat di wilayah Halmahera Tengah. Petani Desa Bilifitu sering mengalami kesulitan dalam pengolahan, dan penyimpanan hasil panen secara efektif. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknologi pasca panen sering kali menyebabkan kerugian, baik dalam hal penurunan kualitas produk akhir maupun dalam aspek ekonomi, seperti penurunan nilai jual di pasaran. Hal ini menunjukkan perlunya adopsi teknologi yang lebih baik dan modern dalam mengelola produk turunan buah pala dan kelapa untuk meningkatkan efisiensi dan nilai ekonomi. Dengan penerapan teknologi pasca panen yang tepat, diharapkan petani di Desa Bilifitu dapat memaksimalkan potensi pertanian mereka, meningkatkan kualitas hidup, dan mendukung perekonomian daerah secara keseluruhan.
Pendampingan Masyarakat
Program pendampingan di daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T) oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui skema Top-Down Desanesha dilakukan mulai dari bulan Agustus – September 2024. Tujuan dari pendampingan Masyarakat ini secara spesifik adalah untuk meningkatkan Tingkat kesejahteraan masyarakat melalui transfer knowledge dan pelatihan dalam bidang penanganan panen dan pasca panen komoditi Pala dan Kelapa serta kewirausahaan. Pendampingan masyarakat merupakan kerjasama antara tim ITB yang terdiri dari Dr. Asep Hidayat sebagai ketua yang dibantu oleh Ahim Ruswandi, SP., MP. dan Dr. Chindy Ulima Zanetta, serta Maryam Fitrotullah sebagai mahasiswa dengan Kemendes.
Pelatihan yang tim lakukan berupa penyampaian teori dan praktek, juga pendampingan praktis. Tim memberikan bimbingan langsung dan dukungan teknis untuk memastikan bahwa setiap warga desa dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari. Tim juga memberikan dukungan untuk memulai usaha baru. Proses ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis warga desa, tetapi juga membangun kepercayaan diri mereka dalam memulai dan menjalankan usaha berbasis pengolahan produk lokal.
Pengolahan Produk Turunan Buah Pala dan Kelapa
Selama kegiatan ini, tim mengadakan pelatihan secara mendalam mengenai pengolahan produk turunan buah pala dan kelapa. Warga Desa Bilifitu mendapatkan materi tentang berbagai teknik pengolahan, mulai dari pembuatan manisan basah dan kering, sirup pala hingga pembuatan minyak dari biji pala. Proses pembuatan olahan buah pala, seperti manisan basah, manisan kering, dan sirup, memerlukan tahapan yang berbeda namun saling melengkapi. Untuk manisan basah, buah pala yang matang dicuci, direndam air kapur selama 24 jam, lalu direbus hingga setengah matang. Setelah itu, direndam dalam larutan gula selama 3-5 hari. Untuk manisan kering, setelah perendaman dalam larutan gula, buah dijemur hingga kering dan ditaburi gula pasir untuk memperpanjang masa simpan. Sedangkan sirup pala dibuat dengan merebus buah pala yang dipotong kecil-kecil dalam air gula, disaring, lalu direbus kembali hingga kental, ditambah sedikit asam sitrat atau jeruk nipis. Ketiga produk ini membantu meningkatkan nilai ekonomi buah pala dengan memperpanjang masa simpan dan diversifikasi produk. Pengolahan biji pala menjadi minyak merupakan proses yang menjanjikan dalam meningkatkan nilai tambah produk pala. Namun, untuk memaksimalkan efisiensi dan kualitas minyak yang dihasilkan, diperlukan dukungan alat pemecah biji dan alat penyulingan yang tepat dari dinas, instansi atau kementerian terkait sebagai langkah untuk keberlanjutan usaha. Dalam hal ini tim memperkenalkan metode yang sederhana namun efektif, yang diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk pala dan membuka peluang pemasaran baru. Antusiasme warga Desa Bilifitu dalam mempelajari cara-cara baru dalam pelatihan ini sangat terlihat, terbukti dengan banyak dari peserta yang hadir dan aktif bertanya dan mencoba langsung proses pembuatan.
Pelatihan juga mencakup pengolahan buah kelapa dengan berbagai teknik yang bermanfaat. Tim mengajarkan pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO), sebuah produk berkualitas tinggi dengan berbagai manfaat kesehatan. Proses pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dimulai dengan mengekstraksi santan dari daging kelapa tua, yang kemudian difermentasi atau dipisahkan secara mekanis menggunakan mesin sentrifugasi hingga minyak terpisah dari air dan endapan. Tim juga memperkenalkan pembuatan briket dari tempurung kelapa yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan. Sementara itu, briket kelapa dibuat dari tempurung kelapa yang dibakar menjadi arang, kemudian dihaluskan dan dicampur dengan perekat alami seperti tepung tapioka atau tepung sagu sebagai produk local, lalu dicetak agar berbentuk padat. Selain pembuatan VCO dan briket, dilakukan pula pembuatan kopra putih. Dalam mendukung produksi kopra putih juga dibutuhkan dukungan alat pengering yang memadai dari dinas, instansi atau kementerian terkait. Kopra putih merupakan daging kelapa yang dikeringkan tanpa proses pengasapan, sehingga kopra yang dihasilkan bermutu tinggi, berwarna putih mutiara dan coklat terang, bersih dan higienis. Kopra dihasilkan dengan mengeringkan daging kelapa, baik melalui penjemuran di bawah sinar matahari atau dengan oven, hingga kadar airnya berkurang secara signifikan, sehingga siap untuk diolah menjadi minyak kelapa atau produk turunan lainnya. Kopra putih memerlukan proses pengeringan yang optimal untuk menjaga kualitas dan menghindari kerusakan. Pelatihan juga mencakup pemanfaatan sabut kelapa sebagai bahan baku untuk produk seperti sapu dan pot bunga yang memiliki peluang ekonomi yang menarik. Sabut kelapa dapat diolah menjadi pot bunga dengan cara membersihkan sabut, kemudian membentuknya menjadi wadah menggunakan cetakan khusus atau dibuat kerangka dari kawat hingga membentuk pot. Pot sabut ini ramah lingkungan dan mendukung pertumbuhan tanaman karena dapat menyerap air dengan baik. Sementara itu, untuk membuat sapu dari sabut kelapa, sabut dipisahkan dari tempurung, dibersihkan, dan dikeringkan. Sabut-sabut ini kemudian diikat bersama dengan gagang bambu atau kayu, membentuk sapu yang kuat dan tahan lama. Teori mengenai pengolahan sabut kelapa menjadi sapu dan pot bunga menunjukkan bahwa dengan teknik yang tepat, sabut kelapa dapat diubah menjadi produk yang berguna dan bernilai tambah. Ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga memberikan alternatif sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat desa melalui kreativitas dan inovasi dalam pemanfaatan sumber daya lokal. Warga desa Bilifitu sangat bersemangat mempelajari proses ini, dan terlihat sangat antusias dalam memahami cara-cara baru untuk memanfaatkan sumber daya kelapa secara lebih efisien.
Pelatihan Pemasaran Produk
Dengan semangat untuk mendorong keberlanjutan dan meningkatkan efisiensi usaha lokal, tim ITB juga berupaya membentuk Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) di Desa Bilifitu, yang akan fokus pada hasil pengolahan produk dari pala dan kelapa. Melalui pembentukan Bumdes ini, diharapkan masyarakat dapat bekerja secara kolektif untuk meningkatkan produktivitas serta mengelola dan memasarkan produk mereka dengan lebih efektif. Dengan struktur organisasi yang jelas dan dukungan dari tim ITB, Bumdes akan menjadi pusat pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing tinggi.
Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan keterampilan pemasaran, tim ITB juga menyelenggarakan pelatihan pemasaran online bagi warga desa. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan berbagai platform digital yang dapat digunakan untuk memasarkan produk secara lebih luas, baik di pasar lokal maupun nasional. Warga desa mendapatkan pemahaman tentang bagaimana memanfaatkan media sosial, e-commerce, dan strategi pemasaran digital lainnya untuk menarik perhatian konsumen dan meningkatkan penjualan produk mereka.
Pelatihan pemasaran online juga mencakup pembuatan konten yang menarik dan efektif serta manajemen reputasi online. Dengan keterampilan ini, warga desa akan lebih mampu mengelola citra produk mereka di dunia maya dan merespons kebutuhan pasar dengan cepat. Kami percaya bahwa dengan menggabungkan teknologi tepat guna dalam pengolahan produk dan keterampilan pemasaran digital, masyarakat Desa Bilifitu akan dapat meningkatkan daya saing produk mereka dan memperluas jangkauan pasar secara signifikan.
Semangat dan antusiasme yang ditunjukkan oleh warga Desa Bilifitu sangat menginspirasi. Mereka menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengembangkan keterampilan baru dan menerapkan teknologi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya dukungan dan pelatihan ini, kami yakin bahwa warga desa akan mampu menciptakan peluang usaha yang tidak hanya meningkatkan pendapatan tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi mereka secara keseluruhan. Tim berkomitmen untuk terus memantau dan mendukung perkembangan usaha-usaha yang telah dimulai oleh warga Desa Bilifitu, serta kami berharap program ini akan memberikan hasil yang optimal dan mendukung keberlanjutan ekonomi desa.