Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari gugusan kepulauan yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatra, tepatnya berada di Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten ini terdiri dari 4 kelompok pulau utama yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan yang dihuni oleh mayoritas masyarakat suku Mentawai.

Potensi yang besar berasal dari hasil alam dan pariwisata. Sebagai kepulauan, daerah ini menghasilkan komoditas bidang perikanan, perkebunan, dan pertanian. Masyarakat yang bermukim di daerah pedalaman masih bergantung pada hasil hutan. Di sisi lain, daerah ini juga menjadi destinasi wisata, baik turis lokal maupun mancanegara, karena ombaknya yang terkenal cocok untuk selancar dan kekayaan budaya yang masih kental dipelihara.

Institut Teknologi Bandung (ITB) menyadari adanya potensi yang perlu dibina dan dikembangkan dari daerah ini. Kemudian, ITB senantiasa menjunjung pengamalan tri dharma perguruan tinggi, yang dua diantaranya berupa “penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.” Oleh karena itu, ITB melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM ITB) memilih Desa Matotonan yang berlokasi di Kecamatan Siberut Selatan, Pulau Siberut, sebagai salah satu lokasi penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Desa Matotonan yang terletak di jantung Pulau Siberut memang menyimpan beragam keunikan. Desa ini sudah masyhur di telinga awam sebagai desa wisata yang menyajikan bentuk asli kehidupan masyarakat etnis Mentawai. Namun, tak banyak yang tahu bahwa Matotonan memiliki sumber daya hayati lokal yang menarik untuk dipelajari.

ITB menyadari perlunya penelitian secara langsung agar pengetahuan lokal dapat dipublikasikan secara luas. Infrastruktur pendukung menjadi tantangan tersendiri mengingat lokasi desa yang terpencil dengan sarana yang terbatas. Kegiatan penelitian dan pengabdian yang direncanakan berjangka panjang perlu didukung oleh adanya fasilitas yang mumpuni sehingga kelancaran program terjamin.

Oleh karena itu, LPPM ITB menyiapkan sebuah infrastruktur berupa bangunan permanen sebagai pos pengamatan untuk penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pembangunan ini dipilih dengan mempertimbangkan kondisi setempat seperti sosial, ekonomi dan sumber daya. Dari segi sosial, kultur masyarakat Matotonan yang kental pada prinsip komunal dapat diekspresikan dengan pemanfaatan bangunan untuk tujuan bersama. Pembangunan ini turut memberdayakan masyarakat setempat sebagai pekerja dan penyedia material sehingga turut berkontribusi terhadap perputaran ekonomi desa. Terakhir, sumber daya lokal yang melimpah terutama untuk material bangunan mempermudah proses pembangunan. Dengan demikian, solusi ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian berupa Perancangan dan Pembangunan Pos Pengamatan untuk Penelitian dan Pengabdian Masyarakat di Desa Matotonan.

485

views