Limbah organik merupakan salah satu limbah yang umum dihasilkan dari kegiatan manusia. Pada banyak kota, limbah ini menjadi tantangan tersendiri karena memberikan dampak langsung terhadap kesehatan dan kehidupan di kota. Tidak seperti limbah anorganik, limbah organik harus dikelola dalam waktu singkat dan umumnya tidak memiliki nilai ekonomi tinggi. Di sisi lain, kegiatan pemilahan sampah dan aktivitas dari bank sampah seringkali terfokus dalam mendapatkan limbah organik yang memiliki nilai ekonomi.
Kondisi ini memberikan tekanan besar pada instansi yang bertanggung jawab dalam mengelola limbah perkotaan. Bila dibandingkan dengan limbah non organik, limbah organik memiliki ukuran volume lebih rendah namun secara berat memiliki ukuran lebih besar. Karakteristik ini menyebabkan beban dalam proses pengangkutan dimana terdapat keterbatasan dalam berat yang dapat diangkut oleh kendaran. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah penanganan limbah organik pada lokasi dimana limbah dihasilkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut dibutuhkan pengetahuan terhadap penanganan limbah organik di lokasi produksi. Hal ini menjadi tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakatan pengolahan limbah yang dilakukan bersama oleh Institut Teknologi Bandung dan Univesitas Islam Negeri Bandung.
Belajar dari pengalaman kegiatan serupa yang telah dilakukan, perubahan paradigma tentang limbah organik menjadi hal penting. Perubahan paradigma ini dapat dilakukan institusi pendidikan dan pendidikan dasar merupakan institusi pendidikan terbaik. Pengenalan penanganan dan pengolahan limbah organik pada level pendidikan dasar diharapkan akan membantu dalam menghasilkan generasi yang paham dan ikut bertanggung jawab terhadap penangan limbah organik.
Dalam kegiatan ini, pendekatan yang dilakukan adalah dengan memberikan pengetahuan pada institusi pendidikan tingkat dasar, yaitu SDIT Tunas Gemilang Total peserta kegiatan adalah 120 siswa dari kelas 1 – 6 SD. Setiap kelompok siswa. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Rumasajaga yang merupakan kolaborasi dari Institut Teknologi Bandung, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, dan Dinas Lingkungan Hidup kota Bandung. Program ini terbagi menjadi program pengenalan metoda pengolahan limbah organik sederhana yang dapat dilakukan di rumah, integrasi program dengan materi pendidikan pada sekolah, dan monitoring dari hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan fase pendidikan, yaitu Fase A, Fase B, dan Fase C. Dalam kegiatan ini, pihak sekolah memberikan bantuan terkait tentang tema yang sesuai dengan fase pendidikan yang didasarkan pada karakteristik siswa didik (lihat tabel)
Fase pendidikan |
Karakteristik peserta didik |
Fase A |
Waktu reaksi lambat |
Gemar bergerak dan bermain |
|
Aktif bersemangat terhadap bunyi-bunyian |
|
Kurang kemampuan untuk pemusatan pikiran |
|
Kemauan berpikir terbatas |
|
Kegemaran untuk mengulangi berbagai kegiatan |
|
Gemar akan keadaan alam |
|
Senang akan cerita |
|
Senang mendapatkan pujian |
|
Fase B |
Waktu reaksi cepat |
Koordinasi otot sempurna |
|
Memiliki kemampuan pemusatan perhatian |
|
Kemampuan berpikir meningkat |
|
Gemar pada lingkungan sosial |
|
Fase C |
Memiliki kemampuan reversibility |
Memiliki kemampuan konservasi |
|
Memiliki kemampuan decentering |
|
Mulai menghilangkan sifat egosentrisme |
Berdasarkan kolaborasi dengan pihak sekolah maka kegiatan pendidikan dilakukan secara berbeda untuk setiap tahapan dengan topik mengenai pemilahan sampah sebagai topik utama yang diajarkan pada seluruh siswa.
Siswa pada fase A mendapatkan pendidikan menggunakan pendekatan kombinasi story telling dan slide presentasi pendek yang didominansi oleh story telling. Porsi d Kegiatan yang dipilih bagi siswa fase A adalah kegiatan pengolahan limbah organik menggunakan metoda vermikompos. Metoda ini memungkinkan siswa untuk melakukan aktivitas hand on dengan menyentuh cacing, menyentuh dan menyiapkan media pemeliharaan cacing, melakukan kegiatan perhitungan matematika sederhana, dan memilah sampah organik bagi makanan cacing. Pemilihan metoda ini dapat membantu siswa memahami proses pengolahan sampah organik tanpa harus secara berkala memeriksa proses karena proses berlangsung lambat.
Siswa pada fase B mendapatkan pendidikan dengan pendekatan kombinasi antara story telling dan kuliah menggunakan slide presentasi. Kegiatan yang dipilih bagi siswa fase B adalah pembuatan eco-enzyme dari limbah organik. Kegiatan ini dipilih dengan mempertimbangkan karakteristik dari siswa yang telah dapat memilih dengan baik dan melakukan aktivitas dengan perhitungan lebih baik dari siswa A. Dalam pembuatan produk ini, siswa diminta untuk melakukan serangkaian aktivitas yang telah ditentukan urutannya. Aktivitas ini berkaitan dengan perkembangan kemampuan kognitif anak untuk mulai mengurangi sifat egosentris mereka. Kegiatan ini mensyaratkan siswa diminta untuk memilah bahan baku yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam membedakan benda serta aktivitas memotong bahan baku yang melatih kemampuan motorik halus mereka. Pemilihan metoda ini membantu siswa untuk melakukan kerja secara berkelompok dengan beban yang ringan dan melatih berpikir menggunakan pendekatan STEM yang sederhana. Metoda ini membutuhkan sedikit aktivitas pemeliharaan yang mendukung siswa untuk menyusun penjadwalan dan pembagian kerja secara berkelompok.
Siswa pada fase C mendapatkan pendidikan dengan pembelajaran secara presentasi dan pemberian materi selama proses praktek. Metoda pengolahan limbah organik yang dilakukan adalah proses biokonversi limbah organik menggunakan larva lalat tentara hitam. Dalam kegiatan ini, siswa diberikan pemahaman terkait dengan proses yang terjadi pada makhluk hidup, dampak kondisi lingkungan pada pertumbuhan makhluk hidup, perubahan yang terjadi pada tubuh makhluk hidup, dan proses pemeliharaan makhluk hidup pada lingkungan buatan manusia. Terdapat dua kegiatan yang dilakukan oleh siswa fase B, yaitu (1) pembuatan kompos dan (2) proses biokonversi limbah organik menggunakan larva lalat tentara hitam. Kegiatan ini dipilih dengan mempertimbangkan karakteristik dari siswa terkait dengan perkembangan kognitif seperti (1) decentering (mempertimbangkan beberapa aspek pemecahan masalah), (2) reversibility (memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah kemudian kembali ke keadaan awal, (3) konservasi (memahami kuantitas , panjang, dan jumlah benda-benda tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek tersebut). Dalam pembuatan kompos, siswa diminta untuk memilah bahan baku kompos berdasarkan kandungan serat dan non serat (dikenal dengan istilah bahan coklat untuk serat tinggi dan hijau untuk serat rendah), melakukan perhitungan matematika sederhana untuk menentukan ukuran lapisan dari kompos, dan membuat desain sederhana dari wadah komposting menggunakan bahan yang ada. Pemilihan metoda ini membantu siswa untuk melakukan kerja secara berkelompok dengan beban yang ringan dan melatih berpikir menggunakan pendekatan STEM yang sederhana. Metoda ini membutuhkan sedikit aktivitas pemeliharaan yang mendukung siswa untuk menyusun penjadwalan dan pembagian kerja secara berkelompok.
Pada akhir kegiatan, siswa fase mendapatkan model pendidikan berbasis STEM yang lebih baik dibandingkan siswa fase B, melakukan kegiatan kerja berkelompok secara lebih intens karena proses pengolahan limbah berlangsung lebih cepat dan melibatkan proses perubahan yang jelas. Kegiatan ini membantu siswa untuk dapat bekerja secara mandiri dan berkelompok, menurunkan egosentrisme dengan mempertimbangkan kebutuhan orang lain, melakukan pengamatan berbasis pendekatan ilmiah, dan melakukan penjadwalan secara lebih teliti.
Pada akhir kegiatan siswa menghasilkan serangkaian teknologi tepat guna yaitu (1) worm box (kotak pemeliharaan cacing), (2) Eco-enzyme, (3) Berkeley composting (metoda komposting menggunakan aliran oksigen tinggi), dan (4) Biokonversi limbah organik oleh larva lalat tentara hitam. Teknologi ini selanjutnya digunakan di sekolah sebagai bentuk contoh yang dapat dilakukan oleh siswa dan ditularkan pada lingkungan sekitar mereka. Harapan dari aktivitas ini adalah terbentuk pemahaman terkait limbah organik dan pengolahannya sehignga akan terbentuk rasa tanggung jawab pada tingkat dini. Bila rasa tanggung jawab ini dapat terbentuk mungkin di masa depan akan terdapat generasi baru yang dapat lebih baik dalam mengelola limbah organik yang mereka hasilkan.
Pengolahan sampah dan pendidikan lingkungan dasar
Program pengolahan sampah merupakan program yang relatif mudah untuk diintegrasikan dengan pengenalan pengetahuan lingkungan bagi tingkat dasar. Hal ini karena relatif mudah untuk dapat divisualisasikan dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Model ini dapat dikembangkan pada berbagai pendekatan pendidikan dasar dan berpotensi untuk melahirkan suatu bentuk pendidikan yang unik bagi setiap institusi pendidikan dasar.
Pengalaman dari aplikasi pendekatan ini menghasilkan beberapa kesimpulan penting yang dapat dijadikan dasar bagi pihak yang akan mengaplikasikan pada institusi pendidikan dasar seperti