Menjadi satu keharusan bagi ITB untuk terus menggapai daerah-daerah terpencil yang memang kesulitan dalam mengembangkan kemandirian daerahnya dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Salah satu daerah yang perlu menjadi pusat perhatian ialah Sebatik Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara yang merupakan daerah yang berbagi daratan secara langsung dengan negara tetangga (Malaysia). Kondisi Sebatik yang terpinggirkan dan lokasinya yang terpencil telah menjadikan daerah ini terus menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan penduduknya. Untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat disana, seringkali diperlukan suplai dari daerah-daerah besar seperti Jawa dan Sulawesi, namun tentunya hal ini membutuhkan biaya transportasi dan logistik yang cukup besar. Alhasil tidak sedikit kebutuhan masyarakat disuplai dari negara tetangga. Namun masyarakat disana masih terus mencari dan berusaha untuk mencapai kemandiriannya.
Melalui semangat pengabdian dan kerja sama lintas institusi telah membarikan harapan baru bagi masyarakat di Desa Lapri, Sebatik Tengah, Kalimantan Utara. Melalui program kolaboratif antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Borneo Tarakan (UBT) di daerah perbatasan negara, telah dilakukan pendampingan dan pelatihan untuk meningkatkan potensi perikanan local pada tanggal 19-20 Juli 2023.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim ahli dari Kelompok Keahlian Fisiologi, Perkembangan Hewan, dan Sains Biomedika, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), ITB, yaitu Dr. Ahmad Ridwan, Dr. Indra Wibowo, Dr. Angga Dwiartama, dan Bayani Nur Azmani, S.Si, bersama dengan Tim Ahli dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Borneo Tarakan, Awaludin, S.Pi., M.Si., dan Kartina, S.Pd., M.Sc.
Program pengabdian ini tidak hanya memberikan pengetahuan dan teknologi, tetapi juga membangun kemitraan dengan dua kelompok petani lokal, yaitu Pokdakan Tapal Batas dan Berkah Tani Sebatik. Kolaborasi ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat melalui pembudidayaan ikan lele yang berkelanjutan dalam upaya meningkatkan usaha mandiri mereka.
Langkah Awal: Pendampingan dan Pelatihan
Pada dasarnya budidaya ikan air tawar didaerah tersebut masih sangat minim, mengingat pengandaan induk dan peralatan pembudidayaan hanya dapat dilakukan dari daerah Jawa dan memakan banyak sekali biaya, namun masyarakat disana memiliki minat yang tinggi untuk bisa mengembangkan perikanan lokal disana. Kedua mitra juga kami diberikan bantuan pengadaan induk dan peralatan pexmbudidayaan untuk memastikan ketersediaan sumber daya yang diperlukan.
Dalam pelaksanaannya, dimulai dengan pendampingan dan pelatihan intensif kepada kedua mitra yang diawali proses pemijahan ikan lele dengan teknik fertilisasi buatan. Pada dasarnya proses pemijahan ikan dapat terjadi secara alami namun sangat bergantung dengan kondisi lingkungan dan iklim lokal sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai kematangan gonad, selain itu masa pematangan gonad jantan dan betina sering kali berbeda sehingga sulit untuk terjadi proses fertilisasi diwaktu yang sama. Teknik fertilisasi buatan memanfaatkan penambahan hormon yang diberikan dengan menyuntik induk lele (jantan dan betina) agar proses pemijahan dapat berlangsung dengan cepat (kurun waktu 1 malam). Selama pendampingan masyarakat dapat secara langsung berkonsultasi dan mempraktikkan proses pemijahan buatan.
Pemanfaatan Kunyit sebagai Pakan Pengayaan Induk
Tak hanya fokus pada proses pemijahan dan pembudidayaan, program ini juga mencoba memanfaatkan bahan alam yaitu kunyit yang dipilih sebagai salah satu bahan pengayaan pakan karena kandungan nutrisinya yang kaya dan manfaatnya dalam meningkatkan pertumbuhan telur induk ikan. Dalam prosesnya oalahn kunyit akan dicampurkan pada pakan (pelet) standar yang dilekatkan dengan putih telur serta dikeringgkan Kembali. Penggunaan kunyit ini juga dilandasi oleh ketersediaannya yang melimpah dan harganya cukup ekonomis. Tentunya melalui pendekatan pengetahuan sains ini masyarakat bisa melihat dan menggali secara mandiri potensi bahan alam lainnya yang dapat mereka manfaatkan. Pelatihan dilanjut dengan pembekalan dan pengetahuan cara menetaskan benih dan pemberian pakan benih menggunakan pakan khusus yaitu artemia yang dikultur secara mandiri.
Pemijahan mandiri dan pembudidayaan yang berkelanjutan
Setelah mendapatkan pendampingan dan pelatihan dari tim ahli, masyarakat Desa Lapri mempraktikan secara langsung proses pemijahan, dan selam 3 hari pemantauan masyarakat tersebut telah mampu melakukan pemijahan dan fertilisasi buatan secara mandiri. Kemandirian ini diharapkan dapat membawa dampak positif yang jauhnya untuk perekonomian mereka karena dapat meningkatkan produksi ikan lele secara signifikan. Tak hanya itu, program ini juga memunculkan semangat kolaborasi dan solidaritas antar kelompok pembudidaya hal ini juga didukung dengan antusias dari masyarakat itu sendiri.
"Kami bersukur atas pendampingan dan pengajaran ini, karena kami yang ada diperbatasan ini jauh dan butuh bimbingan..." ujar Mustofa dari Pokdakan Tapal Batas.
Mengingat semangat dan respon positif dari masyarakat, program pendampingan dan pelatihan akan terus berlanjut. Tim ahli dari ITB dan UBT hingga kini dan seterusnya akan mendampingi mitra khsuusnya untuk melakukanpenghitungan produkstivitas serta strategi untuk meningkatkan produksi dan kualitas ikan lele yang diharapkan bisa memasuki skala pasar.
Harapannya, keberhasilan di Desa Lapri ini akan menjadi contoh bagi daerah lainnya khususnya daerah 3T. Dengan memanfaatkan potensi lokal dan bekerjasama dengan perguruan tinggi, masyarakat di seluruh daerah 3T dapat menjadi mandiri secara ekonomi baik melalui sektor perikanan dan pertanian maupun sektor lainnya.
Tulisan Pendukung
Penyampaian materi dasar budidaya ikan lele oleh tim ahli ITB
Penyerahan peralatan budidaya ikan lele kepada mitra tani setempat
Pelatihan penyuntikan hormon untuk fertilisasi buatan
Pelatihan pemijahan ikan lele
Kolaborasi ITB dengan mitra tani lokal dalam usaha budidaya ikan lele di Desa Lapri, Sebatik