Air adalah sumber daya alam yang paling penting yang mendukung kesehatan manusia, pembangunan ekonomi, dan keanekaragaman ekologi. Air tanah adalah bagian dari siklus air, dan yang disimpan di zona jenuh di bawah permukaan tanah dan bergerak perlahan melalui formasi geologi yang disebut akuifer. Air bisa tetap berada di akuifer selama ratusan atau ribuan tahun. Keberadaan dan aliran air tanah dikendalikan oleh faktor-faktor seperti formasi geologi, jenis tanah, kerapatan kelurusan, kemiringan lereng, kerapatan drainase, bentuk curah hujan, morfologi, karakteristik penggunaan lahan/tutupan lahan, dan keterkaitan di antaranya.
Di berbagai wilayah di dunia, orang menghadapi kelangkaan air yang serius karena tidak tersedianaya sumber air bersih. Karena alasan bahwa air tanah terus-menerus diakses dan kualitas alaminya yang wajar, itu menjadi sumber pasokan air yang vital, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan di negara mana pun. Memang, karena air tanah mudah dialihkan langsung ke masyarakat miskin jauh lebih murah dan cepat daripada air permukaan, ini membantu dalam mitigasi dan pengurangan kemiskinan.
Air permukaan mengalir dari elevasi yang tinggi ke rendah yaitu ke daerah aliran sungai (DAS). Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai daerah yang mengalirkan air ke sungai, waduk dan laut. Air yang dibawa ke DAS pada umumnya terindikasi terjadi pencemaran yang mengandung banyak polutan maupun zat kimia berbahaya lainnya. Di lain pihak kondisi sedimentasi yang ada di sungai juga menjadi salah satu penyebab terjadinya pencemaran dan dapat berupa material sampah, lumpur yang mengandung limbah tercemar lainnya. Sedimentasi sungai mengakibatkan disfungsi terhadap aliran air dan fungsi reacharge dari sungai, hal ini mengakibatkan adanya bencana banjir, sehingga persediaan dari air bersih menjadi semakin berkurang dan air yang tercemar semakin bertambah.
Berkurangnya suplai air bersih mempunyai dampak terhadap kesehatan masyarakat. Sebagain besar ketersediaan air bersih berasal dari air tanah yang di gunakan masyarakat di wilayah urban, baik di wilayah industri, perkotaan dengan pumikan padat penduduk dan juga di wilayah pedesaan. Secara geologis akuifer air tanah memerlukan waktu ribuan sampai jutaan tahun dalam proses pembentukannya. Kondisi ini air dapat dikategorikan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi dan menjadi sangat esensial jika dibandingkan dengan siklus kehidupan dari manusia. Secara geologis daerah Tuban didominasi oleh pegunungan kapur dan memepunyai iklim kering 94,73% dengan kondisi yang bervariasi dari agak kering hinga sangat kering, yaitu pada 19 kecamatan (RISPAM TUBAN, 2019). Kondisi ini didukung dengan situasi kekeringan di beberapa daerah di Kabupaten Tuban. Meskipun saat ini puncak musim hujan, ironisnya di beberapa wilayah mengalami kebanjiran tetapi kondisi ini tidak berlaku di Desa Grabagan, Kecamatan Grabagan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang mengalami krisis air bersih atau kekeringan. Menurut data sensus penduduk, 2021, Desa Grabagan terdiri dari 9 dusun dengan jumlah penduduk sebanyak 5296 terdiri dari laki-laki dan untuk perempuan sebanyak 5196 jiwa. Dari 10492 orang yang ada di Desa Grabagan sebagian penduduknya terdampak dari krisis air bersih, terutama di wilayah Dusun Klampeyan yang persediaan air bersih tergantung dari suplai air dari tangki keliling, sedangkan dari perusahaan air minum masih sangat minim mengingat hanya mengalir sekali dengan debit yang sangat kecil.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan penanganan secara langsung untuk penanggulangan krisis air bersih, yaitu dengan menemukan sumber air bersih. Penemuan air bersih dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi geofisika, yaitu untuk menemukan letak dari lapisan aquifer air tanah berdasarkan sifat fisik batuan. Sedangkan tahapan berikutnya setelah ditemukan letak dari lapisan pembawa air, maka untuk menghasilkan air tanah dapat dilakukan dengan tahapan eksploitasi atau pemboran.
Program pengabdian ini akan dilakukan di daerah rawan air di daerah Tuban dengan diketuai oleh Dr.rer.nat. Widodo. ST, MT. Pemanfaatan teknologi tepat guna ini dapat menjadi solusi permasalahan rawan air bersih yang dihadapi masyarakat Tuban, Jawa Timur. Institusi Teknologi Tuban (ITB) sebagai perguruan tinggi terpandang di Indonesia yang berlokasi di Tuban tidak hanya memberikan manfaat untuk masyarakat Jawa Barat tetapi sudah selayaknya ITB dapat memberikan kontribusi terhadap penanggulangan bencana krisis air bersih di daerah Jawa Timur . Penerapkan IPTEKS di masyarakat yang harus berdampak langsung dalam mewujudkan kebutuhan paling mendasar, yaitu air bersih di masyarakat.
Seiring dengan kebijakan pemerintah untuk percepatan perekonomian desa yang berfokus menangani infrastruktur, khususnya dalam hal ini ketersediaan air bersih, maka Perguruan Tinggi harus memiliki kepedulian dengan berkontribusi memberikan penguatan melalui aplikasi sains dan teknologi, model kebijakan, serta rekayasa sosial berbasis riset. Perkembangan sosial ekonomi desa akan lebih cepat dengan dibangunnya infrastruktur dan terbukanya akses. Kontribusi dari ITB, yang berupa aplikasi teknologi dan ilmu pengetahuan akan d memberikan akselerasi kualitas dan kuantitas kemajuan desa di segala bidang (sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian maupun kesehatan), dengan tetap mengikutkan kontribusi dan partisipasi dari masyarakat.
Eksplorasi Metode Geofisika
Teknologi tepat guna metode geofisika telah diaplikasikan di daerah Grabagan Kabupaten Tuban dengan menggunakan metode geolistrik, yaitu dengan mengukur beda potensial dari lapisan batuan. Secara umum, metode geolistrik adalah metode yang menggunakan parameter tahanan jenis batuan atau tanah untuk mengetahui jenis tanah atau batuan tersebut. Secara khusus, metode geolistrik yang digunakan adalah Vertical Electrical Sounding (VES).
VES merupakan salah satu metode geolistrik untuk mengukur hambatan jenis batuan secara vertikal. Metode ini efektif untuk studi bawah permukaan (Arzaldi dkk, 2017; Izzatti dkk, 2017). VES menggunakan empat elektrode untuk mengukur perbedaan tegangan; melalui perhitungan, didapat apparent resistivity. Arus yang diinjeksi akan mengalir dan beda potensial akan diukur oleh elektrode potensial. Dengan mengubah panjang konfigurasi elektroda, kedalaman yang diukur akan berubah. Dari beda potensial dan arus yang diketahui, akan dapat dihitung nilai apparent resistivity (Reynolds, 1997). Nilai Apparent resistivity merupakan produk dari hambatan yang terukur dan faktor geometri dari konfigurasi yang digunakan. Dari data tahanan jenis, akan didapat gambaran kasar tentang lapisan-lapisan tanah yang ada.
Dari hasil akuisisi di lapangan dan proses inversi data geofisika diperoleh lapisan akuifer terletak pada kedalaman 42-110 m denga diindikasikan dengan adanya batuan sedimen dengan nilai resistivitas berkisar 1-4 Ωm. Sedangkan lapisan pertama berasosiasi dengan soil yang berupa lempung dan batuan konglomerat dengan ketebalan 42 m dan mempunyai nilai hambatan jenis yaitu 5-110 Ωm. Batuan dasar diindikasikan oleh batuan metamorf berupa batu gamping yang diendapkan setelah lapisan pertama yaitu pada kedalaman 110 m. Akuifer yang diketemukan diindikasikan sebagain confined aquifer dengan batuan dasar yang juga berupa batuan metamorf.
Eksploitasi Pemboran
Setelah indikasi lapisan akuifer dapat diketemukan dengan eksplorasi metode geofisika, maka langkah kedua yaitu dengan melakukan pemboran air tanah untuk melakukan eksploitasi air tanah sebagai sumber air bersih. Gambar 4 menunjukkan konsep dari pemboran air tanah sebagai usaha untuk mendapatkan air bersih. Pengambilan air tanah dari sumur bor dilakukan dengan dipompa ke permukaan dengan menggunakan pompa yang digerakkan oleh sumber tenaga. Jika air tanah bersifat terkekang dan air keluar dengan sendirinya dari sumur atau bersifat artesis, maka tergantung potensi dan tekanan air atesisnya, sehingga dapat digunakan pompa sebagai pembantu pendistribusian atau jika tekanan artesis cukup, tidak perlu menggunakan pompa dan mesin. Setelah dipompa, air kemudian air tanah ditampung atau disitribusikan sesuai dengan fungsinya.
Pemboran di lokasi pengabdian dilakukan sampai dengan kedalaman 85 m dan diketemukan lapisan akuifer air tanah pada kedalaman 40 m dengan formasi dari batuan sedimen yaitu pasir halus sampai pada kedalaman 84 m. Program Pengabdian Masyarakat (PPM) LPPM ITB di Desa Grabagan telah memperoleh sumber air bersih yang nantinya mampu dimanfaatkan untuk :
Sebagaimana penuturan kepala Desa Grabagan, Ibu Neng, “Bahwa Program Pengabdian Masyarakat ITB sangat membantu warga dalam memperoleh air bersih dan mempunyai kontribusi besar terhadap peningkatan kesehatan maupun perekonomian masyarakat terutama dalam bidang pertanian. Saya mewakili masyarkatat Desa Grabagan mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Widodo dan ITB yang telah berhasil menyediakan air bersih dari program pengabdian masyarakat.” Hal ini senada dengan penuturan masyarakat Dusun Klampeyan yang diwakili oleh kepada dusunnya, Pak Darsono, yang secara langsung menyampaikan bahwa “Eksplorasi dan pemboran air bersih melalui program LPPM ITB di Desa Grabagan akan sangat bermanfaat terhadap masyarakat Dusun Kalmpeyan dan warga sekitar, yang sudah bertahun-tahun kesulitan air bersih dan juga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.”
Dengan tersedianya sumber air bersih, swadaya masyarakat di Desa Grabagan sangat tinggi dengan berpartisipasinya masyarakat dalam membantu proses pengabdian yang di lakukan ITB di lokasi desa baik dalam kegiatan pengukuran geofisika, meyediakan lokasi penginapan bagi tim ITB, kegiatan pemboran maupun dalam menyediakan bak penampungan air dari hasil pemboran yang telah dilakukan.
Pemanfaatan hasil riset Teknologi Tepat Guna (TTG) dari keilmuan geofisika dan pemboran untuk eskplorasi dan eksploitasi air bersih di Desa Grabagan mempunyai dampak yang positif baik untuk mahasiswa, dosen maupun masyarakat desa.
Dampak untuk Mahasiswa
Dampak untuk Dosen
Dampak untuk Masyarakat
Dampak untuk Perguruan Tinggi
Kegiatan ini juga dapat menjadikan ITB berperan aktif dalam sumbangsihnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat dengan memanfaatkan keahlian sivitas akademik di bidang teknik geofisika untuk eksplorasi air bersih, pemanfaatan teknologi pemboran dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi.