Pembangunan Dermaga Bronjong Dukung Wisata di Desa Matotonan

Desa Matotonan di jantung Pulau Siberut memang menyimpan beragam keunikan. Desa yang berlokasi di Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai ini sudah masyhur sebagai desa wisata yang menyajikan kehidupan masyarakat etnis Mentawai.
 
Sayangnya infrastruktur pendukung menjadi tantangan mengingat lokasi desa yang terpencil dengan sarana yang terbatas. Oleh karena itu, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ITB (LPPM ITB) melaksanakan perancangan dan pembangunan dermaga bronjong untuk penelitian dan pengabdian Masyarakat di Desa Matotonan.
 
Dermaga bronjong dirancang agar dapat menghentikan erosi sungai yang semakin mengambil lahan desa dan berpotensi membahayakan. Dermaga ini memiliki panjang 10 meter dengan ketinggian 3,5 meter. Selain itu dermaga bronjong juga diharapkan dapat mempermudah akses bagi pelancong memasuki desa.

"Hadirnya dermaga bronjong akan mempermudah akses turun naik pendatang dan juga warga desa ke Desa Matotonan, dan juga harapannya ini dapat menunjukkan kepada desa bahwa ada solusi untuk mengurangi erosi sungai yang cukup murah," ujar dosen ITB penanggung jawab kegiatan Prasanti Widyasih Sarli dalam keterangan tertulis, Senin, 31 Oktober 2022.
 
Dermaga ini disepakati untuk dilaksanakan secara swadaya masyarakat atau gotong royong. Jika solusi ini terbukti ampuh, maka dapat menjadi pilihan solusi yang relatif murah untuk permasalahan erosi sungai tidak hanya di Matotonan, namun juga di daerah lain di Indonesia. Di dekat dermaga juga dibangun gapura dengan desain khas Matotonan sebagai tanda masuk bagi pendatang yang datang ke desa.
 
Pelaksanaan pembangunan dermaga dimulai sejak minggu kedua Juli 2022. Sebelumnya, diadakan pertemuan musyawarah antara tim ITB dengan perangkat desa yang menghasilkan suara bulat berupa dukungan kepada program ini. Pembangunan dermaga bronjong ini telah selesai pada akhir September 2022.
 
"Dengan adanya dermaga ini kita lebih merasa aman menyimpan perahu, lebih aman juga untuk naik dan turunnya, sama kalau bawa barang-barang dari perahu lebih mudah. Biasanya kita membawa sagu menggunakan keranjang, karena ada bronjong ini jadi lebih mudah naik sambil memikul keranjang," ujar salah satu warga Matotonan Rohadi.

Pembangunan bronjong ini menggunakan batu yang diambil dari sungai yang sedikit jauh dari desa untuk mendapatkan jenis batu yang lebih kuat dan padat daripada batu di Sungai Rereiket. Bronjong kawatnya sendiri didatangkan dari Padang dan dirakit oleh tukang-tukang ahli setempat yang sebelumnya telah dibekali oleh tim ITB untuk memastikan kekuatan kawat bronjongnya.
 
"Dukungan dan sambutan yang diterima dari masyarakat menjadi modal besar bagi kegiatan pengabdian ITB di Matotonan. Kami meyakini bahwa kolaborasi yang ada tak akan berhenti disini, melainkan akan menjadi program jangka panjang bagi kemajuan Desa Matotonan. Matotonan menyimpan segudang potensi yang bersama-sama bisa kita kembangkan ke depannya," ujar Prasanti.

663

views