Pelatihan Literasi Keuangan bagi Ibu-Ibu PKK di Wonosari

Pelatihan Literasi Keuangan bagi Ibu-Ibu PKK di Wonosari

Tags: ITB4People, Community Services, SDGs4

Latar belakang pendidikan yang rendah seringkali diiringi dengan tingkat literasi keuangan yang rendah. Padahal literasi keuangan sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan. Kesulitan keuangan muncul jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan, seperti yang dihadapi ibu-ibu PKK di Perum Beringin Asri RW 12 Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Mereka belum mampu mengelola keuangan rumah tangga yang baik sehingga menghadapi permasalahan keuangan diantaranya terjebak gaya hidup boros, hingga terjebak pinjaman ilegal dengan bunga yang tinggi. Ditambah dengan kondisi pandemi COVID-19 dan kebiasaan baru yang serba tidak menentu memperburuk situasi perekonomian keluarga.

Hal tersebut sangat disayangkan karena di era digital ini, fintech menunjukkan perkembangan yang pesat dengan jumlahnya yang mencapai 758 perusahaan yang terdaftar dan berizin di Indonesia per 30 September 2021. Dengan adanya layanan fintech, salah satunya layanan peer to peer lending dapat memudahkan masyarakat terutama yang tidak tersentuh oleh bank bisa mendapatkan pinjaman dengan lebih mudah dan aman. Tentunya dalam adopsi fintech harus diiringi oleh literasi keuangan yang baik agar dapat mengoptimalkan kemanfaatannya.

Mayoritas ibu-ibu PKK di Perum Beringin Asri RW 12 Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang berstatus janda yang harus memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, pendidikan terakhir mereka adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan bermata pencaharian sebagai pedagang kelontongan, penjual minuman cepat saji, dan pemilik warung kecil. Dalam melakukan aktivitas bisnisnya, mereka belum melakukan pencatatan aktivitas keuangan usahanya, pengelolaan keuangan usaha dan keuangan pribadi masih bercampur. Dengan kondisi demikian ditambah rendahnya  pengetahuan tentang keuangan mengakibatkan rendahnya tingkat literasi keuangan.

Kelompok PKK sebagai kelompok penggerak kemajuan masyarakat selayaknya memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi (well literate) serta mampu memanfaatkan teknologi keuangan yang tersedia untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat. Maka dari itu pelatihan literasi keuangan dan fintech merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kelompok PKK dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi sehingga dapat mapan secara keuangan yang menunjang kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Kegiatan pengabdian masyarakat oleh tim LPPM ITB ini dilaksanakan di bulan Maret 2022 terdiri dari kegiatan pelatihan off line di kelas dan kegiatan pendampingan melalui media on line. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan, pengetahuan, dan praktek mengenai seluk beluk literasi keuangan serta pentingnya optimalisasi penggunaan produk dan jasa keuangan serta fintech yang harus dikuasai oleh ibu-ibu kelompok PKK. Kegiatan ini merupakan suatu langkah strategis dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kelompok PKK yang sudah terliterasi dengan baik, diharapkan dapat mapan secara keuangan dan menjadi pelopor penggerak perekonomian untuk meningkatkan literasi keuangan dan optimalisasi penggunaan fintech bagi masyarakat sekitar melalui program kerjanya yang kemudian mendorong kesejahteraan masyarakat.

Pelatihan literasi keuangan yang diberikan meliputi 4 aspek utama yaitu manajemen keuangan rumah tangga, simpanan dan pinjaman, asuransi, dan investasi. Keempat hal tersebut sangat penting bagi ibu-ibu PKK mengingat sebagian besar perempuan merupakan pengelola keuangan rumah tangga. Diharapkan keuangan rumah tangga bisa terkelola dengan bijak dan dapat memanfaatkan produk dan jasa keuangan yang tersedia dengan baik sehingga mengurangi masalah keuangan rumah tangga. Bijak dalam membelanjakan uang merupakan salah satu program pemerintah agar masyarakat dapat memanfaatkan lembaga-lembaga keuangan baik bank maupun non-bank bagi pengelolaan keuangan mereka. Dengan pemahaman literasi keuangan yang baik, mereka akan semakin mampu membelanjakan uangnya secara tepat pada lembaga yang tepat.

Salah satu sasaran program Otoritas Jasa Keuangan (OJK)  adalah perempuan, dimana pada kehidupan rumah tangga, tugas perempuan sebagai ibu rumah tangga adalah mengelola keuangan rumah tangga. Lebih dari itu, juga bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya agar melek keuangan melalui sikap dan perilaku keuangan. Maka dari itu, sangat penting bagi perempuan untuk memiliki pengetahuan literasi keuangan yang baik, akan tetapi faktanya menurut survey OJK tahun 2019, indeks literasi keuangan perempuan yaitu 30,53% lebih rendah dibandingkan indeks literasi keuangan laki-laki sebesar 43,46%.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini turut mendukung program OJK dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan bagi perempuan. Pemberian pemahaman mengenai 4 aspek dasar literasi keuangan pada kegiatan ini mampu membantu perempuan untuk memiliki keterampilan dalam perencanaan dan pengelolaan keuangan secara bijak yang diharapkan dapat meningkatkan ketahanan keuangan rumah tangga yang berimbas pada kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Selain pelatihan literasi keuangan, kegiatan pengabdian ini juga didampingi oleh edukasi dan pelatihan penggunaan fintech guna optimalisasi penggunaan fintech bagi masyarakat khususnya ibu rumah tangga. Hal ini turut mendukung program peningkatan inklusi keuangan masyarakat yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mencapai target inklusi keuangan di Indonesia sebesar 90% pada tahun 2024 yang diiringi dengan tingkat literasi keuangan masyarakat yang tinggi. Menurut penelitian, layanan keuangan berbasis fintech berpengaruh positif terhadap literasi keuangan dan inklusi keuangan. Inklusi keuangan mampu memberikan solusi terhadap berbagai faktor penyebab tingkat literasi keuangan yang rendah. Inklusi keuangan juga berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Keterbukaan terhadap inklusi keuangan bagi masyarakat merupakan kunci pembangunan dalam era digitalisasi saat ini. Dengan adanya pandemik COVID-19, peningkatan inklusi keuangan melalui fintech mengambil peran besar dalam mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Dengan optimalisasi fintech di era new normal ini mampu membantu meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat sekaligus mencegah penularan COVID-19 dengan karakteristik layanan keuangan yang serba digital seperti QRIS, mobile banking, peer to peer landing, dan payment gateway yang mengotoriasi proses transaksi melalui e-commerce.

Layanan fintech dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama dalam hal ini ibu-ibu PKK di Perum Beringin Asri RW 12 Kelurahan Wonosari yang minim akses ke lembaga keuangan formal agar dapat terakses ke layanan keuangan formal dengan lebih mudah, murah, dan aman. Masifnya penggunaan smartphone oleh masyarakat, bahkan hingga daerah pedesaan turut menunjang kemajuan fintech dengan menjadi sarana penghubung bagi masyarakat yang sulit dijangkau oleh lembaga keuangan formal. Masyarakat dapat menggunakan layanan keuangan melalui smartphone dengan mudah untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan bisnisnya dalam upaya pemulihan ekonomi nasional akibat pandemik COVID-19.

Paska kegiatan pelatihan dan pendampingan dilanjutkan dengan kegiatan :

1. Monitoring dan evaluasi sebagai upaya untuk menilai implementasi hasil kegiatan program pengabdian masyarakat apakah sudah sesuai dengan target capaian atau belum. Melalui monitoring dan evaluasi dapat diketahui berbagai kelemahan atau kekuatan sehingga dapat dilakukan upaya-upaya untuk melakukan perbaikan dengan memanfaatkan kekuatan yang ada.

2.  Penyebaran dilakukan secara mandiri oleh PKK Perum Beringin Asri RW 12 untuk menularkan ilmunya kepada anggota PKK lainnya di RW yang sama dan RW-RW lainnya di Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.

3.  Rencana selanjutnya perlu peningkatan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan yang bermanfaat dan terjangkau terutama dalam memenuhi kebutuhan usaha meliputi  transaksi, pembayaran, tabungan, kredit, dan asuransi.

811

views