Pelatihan Keuangan Berkelanjutan UKM Kopi di Kabupaten Sumedang
Sudah saatnya peran lokal di bidang kopi mulai memasuki pasar yang lebih luas sehingga keberadaan produk lokal dapat dikenal lebih banyak orang di mancanegara.
Hal itu disampaikan oleh Raden Aswin Rahadi (Asisten Profesor Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB) dalam webinar "Pelatihan Keuangan Berkelanjutan UKM Kopi di Sumedang" pada akhir pekan kemarin. Webinar ini diselenggarakan sebagai penutup kegiatan riset yang dilakukan beberapa peneliti ITB. Serangkaian riset ini telah dilakukan, merupakan kolaborasi antara Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati dengan Sekolah Bisnis dan Manajemen.
Webinar ini dihadiri oleh petani dari beberapa daerah. Mulai dari Sumedang hingga Klaten. Materi pelatihan membicarakan seputar pengaplikasian dan cara memaksimalkan keuangan serta pemasaran digital kepada para petani Kopi di Sumedang.
Dalam kesempatan itu, Raden Aswin memberikan materi dengan judul “Strategi Pemasaran Untuk UKM Berbasis Masyarakat”. Yakni, memberikan banyak pandangan tentang pemasaran terhadap dunia kopi.
"Karena sudah saatnya petani kopi di Indonesia bersaing di kancah yang lebih luas," katanya.
Raden Aswin pun menerangkan, beberapa teori pemasaran penting dan langkah-langkah dalam melakukan pemasaran yang terbaru dan digunakan di beberapa Start-up. Yakni, dimulai dengan menentukan siapa yang menjadi target pasarnya, riset pasar, hingga pembuatan strategi pemasarannya.
"Buatlah sesuatu yang bekerja terbaik untuk produk Anda, karena yang terbaik di semua orang belum tentu terbaik untuk kita," katanya.
Sementara Kurnia Fajar salah satu dosen di SBM ITB, memberikan materi tentang teori atau hal -hal dasar dalam 'Aplikasi Pembukuan Digital untuk UMKM'.
Menurutnya, di zaman digital seperti ini, hal-hal sudah selayaknya berpindah ke arah digital. Salah satunya adalah pembukuan. Ini karena, pembukuan digital dapat mengatasi beberapa permasalah pembukuan yang terjadi di kalangan petani kopi. Terutama, petani kopi yang tidak mau repot dan tidak paham serta memiliki keterbatasan waktu.
Pembicara sesi terakhir, Annisa Rizkia Syaputri, seorang ahli Akuntansi dan Keuangan, lulusan MSM SBM ITB, mempraktikkan bagaimana cara melakukan pembukuan digital untuk para petani Kopi. Menurutnya, keuntungan dari adanya aplikasi digital untuk pembukuan adalah mereka dapat dengan mudah mengetahui untung atau tidaknya dalam berbisnis khususnya berjualan kopi.
"Serta, memudahkan dalam pelaporan dan dapat memberikan gambaran jelas bagi kreditur dan investor jika nantinya para petani akan melebarkan bisnis mereka," ujarnya.
Annisa menilai, para petani kopi, cukup antusias mengikuti pelatihan. Hal itu, terlihat dari petani kopi yang mengikuti pelatihan capai 50 orang.
Para peserta pelatihan itu berharap, kata Annisa, pelatihan semacam ini dapat terus dilakukan untuk mengembangkan bisnis mereka di kemudian hari dan tidak hanya di Sumedang saja. Namun, dapat mencapai lapisan daerah lainnya, untuk mencapai perindustrian kopi di Indonesia yang lebih baik lagi.
Menurutnya, pelatihan ini tidak berhenti sampai disini dan akan ditindaklanjuti dengan pelatihan berikutnya dan dilaksanakan secara luring. Sehingga, petani memiliki pengalaman dan keterampilan yang dapat diterapkan langsung untuk pengembangan bisnis kopi UKM di Sumedang yang berkelanjutan setelah pandemi.