Pelatihan ITB dan LK 21 Tingkatkan Kualitas Madu Lebah Trigona di Lampung

Tim Peneliti Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) ITB bersama Lembaga Konservasi (LK) 21 Lampung mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pengolahan madu lebah trigona pascapanen di Hotel Batiqa, Pahoman, Kota Bandarlampung, Selasa (25/6/2024). Pelatihan ini bertujuan untuk membantu para peternak lebah trigona yang diwakili oleh kelompok tani hutan agar dapat menjaga kualitas hasil budi dayanya hingga kemasan.

"Pelatihan pemanfaatan alat Tracebee Purifier membantu para peternak menjaga kualitas hasil budi dayanya," ujar Dr. Saladin Uttunggadewa dari ITB pada acara yang dipandu Edy Karizal, direktur LK 21.

Tim P2MS ITB juga mendonasikan sejumlah alat Tracebee Purifier, termasuk dehumidifier dan sterilizer, untuk mengurangi kandungan air dan menghilangkan bakteri dalam madu, sehingga meningkatkan kualitas dan nilai jual madu baik di pasar lokal maupun internasional. "Dengan alat ini, madu yang dihasilkan diharapkan memenuhi standar nasional, meningkatkan nilai jual, dan daya saing di pasar global," tambah Dr. Saladin Uttunggadewa.

Pelatihan ini dihadiri oleh peternak lebah hutan dari berbagai kabupaten di Lampung, termasuk Kabupaten Pesisir Barat, serta perwakilan dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA) Lampung, Kelompok Tani Hutan (KTH) Laskar Wana Trigona, KTH Teuweul Lestari, KTH Wana Karya Trigona, KTH Flamboyan Sejahtera, dan KTH Omah Tawon Mataram.

Pelatihan ini menampilkan narasumber Dr. Saladin Uttunggadewa dari P2MS ITB, Ir. Edwin Hadiana dari Komunitas Peternak Lebah Trigona Parahiangan, dan PT. Asta Berkarya Farm.

Manfaat utama dari Tracebee Purifier dijelaskan sebagai berikut:

  1. Peningkatan Kualitas Madu: Dehumidifier mengurangi kadar air dalam madu, sementara sterilizer membunuh bakteri dan kontaminan lainnya, memastikan madu memenuhi standar SNI nomor 8664 tahun 2018 tentang madu.
  2. Meningkatkan Nilai Jual: Dengan kualitas yang terjaga, madu memiliki nilai jual lebih tinggi di pasar lokal dan internasional.
  3. Portabilitas dan Efisiensi: Tracebee Purifier mudah dipindahkan dan memungkinkan penggunaan bergiliran di antara anggota Kelompok Tani Hutan (KTH), menjadikannya efisien dan terjangkau bagi peternak kecil.
  4. Sustainability: Alat ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan peternak melalui peningkatan kualitas dan nilai jual madu, yang juga meningkatkan daya saing madu Indonesia di pasar global.

Harga alat Tracebee Purifier yang awalnya sekitar Rp25 juta telah diturunkan menjadi di bawah Rp1 juta oleh peneliti ITB dan masih bisa ditekan lebih lanjut, sehingga dapat diduplikasi oleh para petani lebah madu. "Dengan Tracebee Purifier, kadar air ditekan dan sterilisasi terjamin," ujar Edy Karizal dari LK 21, yang menjelaskan bahwa banyak petani madu kesulitan menembus pasar internasional karena kualitas madu yang belum memenuhi standar.

Cara kerja alat Tracebee Purifier meliputi penyedotan dan penyaring madu, dehumidifier, serta sterilizer. Setelah penyedotan selesai, alat akan memproses madu dengan dehumidifier dan sterilizer, kemudian madu akan diaduk dan dipanaskan hingga 45 derajat Celsius untuk mengurangi uap air menggunakan pompa vakum.

Dengan adanya pelatihan dan donasi alat ini, diharapkan produksi madu lebah trigona di Lampung dapat memenuhi standar nasional dan internasional, meningkatkan nilai jual, dan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan peternak dan daya saing madu Indonesia di pasar global.

 

Berita Terkait:

heloindonesia.com: ITB dan LK 21 Latih Kelompok Tani Hutan Tingkatkan Kualitas Madu

heloindonesia.com: ITB Hibahkan 4 Alat buat Peningkatan Kualitas Madu Lampung

462

views