Pelatihan Akuakultur untuk Masyarakat IKN

Akuakultur yang juga dikenal sebagai perikanan budidaya merupakan bagian penting dalam sektor perikanan di Indonesia. Signifikansinya dapat diuraikan melalui bukti kontribusi positif sektor akuakultur terhadap perekonomian, melibatkan penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, dan penempatan posisi strategis penghasil produk perikanan pada skala global. Berdasarkan data Food Agriculture Organization (FAO), Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai produsen terbesar produk budidaya perikanan di dunia pada tahun 2020, dengan total produksi mencapai 87,5 juta ton. Keberhasilan ini berkontribusi positif terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Data pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan sektor perikanan memberikan kontribusi PDB sebesar 100 triliun rupiah pada tahun 2020.

Pengembangan sektor akuakultur perlu dilakukan untuk mendorong perekonomian Indonesia. Pengembangan dapat dilakukan pada lokasi yang memiliki potensi budidaya, salah satunya yaitu pada Ibu Kota Negara (IKN) yang terletak di Kalimantan Timur. Berdasarkan data KKP, IKN memiliki potensi besar untuk pengembangan akuakultur, dimana pemanfaatan lahan budidaya masih tergolong rendah yaitu 10%, dari total luas potensi lahan sebesar 974.235 Ha. Potensi IKN juga didukung oleh letak posisi geografis Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang stabil sehingga mendukung proses budidaya perikanan optimal. Data KKP menunjukkan potensi budidaya tersebut telah mendukung produksi yang mencapai 154.323 ton produk perikanan pada tahun 2018.

Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan salah satu wilayah dengan produksi akuakultur terbesar di Kalimantan Timur. KKP mencatat pada 2018 produksi perikanan budidaya di Panajem Paser Utara mencapai 12.333 ton. Keberhasilan produksi tersebut membuat Kabupaten Penajam Paser Utara dijadikan sebagai salah satu daerah penyangga IKN dalam mensuplai ketersediaan pangan.

Meskipun demikian, upaya memastikan ketersediaan pangan dari sektor akuakultur di IKN perlu dilakukan secara optimal karena praktik akuakultur yang digunakan masih mengandalkan metode konvensional. Pembudidaya pada beberapa desa seperti Desa Bumi Harapan, masih sepenuhnya mengandalkan alam dalam proses budidaya dan kurang melakukan intervensi untuk meningkatkan hasil budidaya. Berdasarkan hasil temuan, pembudidaya belum sepenuhnya menerapkan sistem budidaya yang melibatkan pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, dan manajemen tambak, sehingga produksinya tergolong rendah.

Kendala ini menurut beberapa kajian dapat dipicu oleh keterbatasan dalam penyuluhan dan panduan untuk menerapkan budidaya berkelanjutan. Meskipun arus informasi semakin luas melalui internet, para pelaku usaha dan pembudidaya masih dihadapkan pada tantangan untuk mengimplementasikan informasi yang diperoleh dengan efektif. Faktor-faktor seperti validitas informasi yang diperoleh, kurangnya bimbingan dari ahli di bidang akuakultur, dan keterbatasan penyuluh perikanan menjadi kendala yang signifikan.

Melihat kondisi tersebut, Prof. Dr. Gede Suantika dan tim peneliti SITH ITB mengambil inisiatif untuk menjadi bagian dalam kegiatan pengabdian masyarakat ”Smart dan Green Technology Pengabdian ITB untuk IKN”. Pengabdian masyarakat oleh Prof. Dr. Gede Suantika dan tim dilakukan melalui pelatihan akuakultur berkelanjutan pada masyarakat dari Desa Bumi Harapan, Kabupaten Panajem Paser Utara untuk mengatasi kendala budidaya. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) pada wilayah penyangga pangan IKN dalam memastikan pasokan produk perikanan serta memajukan perikanan Indonesia. Pelatihan ini juga dilakukan dalam mendukung IKN yang dicitakan sebagai pusat inovasi hijau.

Kegiatan Pelatihan dan Penyuluhan

Pengabdian masyarakat dilakukan melalui pelatihan dan penyuluhan selama tiga hari dengan mengundang perwakilan pembudidaya dari Desa Bumi Harapan, Kabupaten Panajem Paser Utara. Kegiatan diawali dengan penyuluhan sistem budidaya berkelanjutan di Kampus ITB Ganesha. Penyuluhan melibatkan proses diskusi terkait kondisi tambak pembudidaya, pengenalan jenis-jenis sistem budidaya berkelanjutan seperti Zero water discharge (ZWD) dan Recirculating Aquaculture System (RAS), kemudian dilakukan sesi konsultasi sebagai sarana interaktif untuk bertukar ide dan berbagi pengalaman dalam meningkatkan optimalitas budidaya secara berkelanjutan. Pembudidaya juga diberikan tips pemberian pakan dan buku panduan budidaya berkelanjutan sebagai acuan untuk implementasi.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan pengenalan sistem budidaya tertutup di Kampus ITB Jatinangor. Pada sesi ini pembudidaya dari Desa Bumi Harapan mempelajari instalasi ZWD-RAS untuk komoditas ikan nila dan penggunaan alat pendukung budidaya perikanan seperti alat pengecekan kualitas air.  

Pelatihan pembudidaya juga didukung dengan kunjungan pada tambak udang milik mitra di Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pada kunjungan tersebut peserta pelatihan melakukan studi banding proses budidaya, diskusi pengalaman, serta dilatih secara sederhana terkait manajemen kualitas air di tambak.

Pengabdian masyarakat berupa pelatihan dan penyuluhan akuakultur berkelanjutan memberikan dampak positif yang dirasakan oleh para pembudidaya, seperti yang diungkapkan oleh Abdulrahman, salah satu peserta. Menurutnya, "Pelatihan budidaya ini sangat bermanfaat bagi kami yang memiliki SDM yang rendah. Dengan pelatihan ini, pengetahuan budidaya kami bertambah dan dapat kami terapkan di tambak nanti.". Pelatihan ini tidak hanya memberikan peningkatan ilmu budidaya, tetapi juga menjadi sarana untuk menjembatani kolaborasi antara akademisi peneliti dan para pembudidaya perikanan. Prof. Dr. Gede Suantika menyatakan, "Kami berkomitmen untuk menjaga komunikasi dengan rekan-rekan pembudidaya di Desa Bumi Harapan. Dengan demikian, kami berharap realisasi produk akuakultur menjadi yang terbaik dalam menyokong kebutuhan pangan di IKN dapat tercapai."

Mendukung Pelatihan Akuakultur Berkelanjutan untuk Pemberdayaan Masyarakat IKN

Pelatihan akuakultur berkelanjutan menjadi salah satu langkah strategis untuk memperkuat sektor perikanan di Indonesia yang tidak hanya berdampak pada perekonomian, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat di sekitarnya. Dalam mendukung keberhasilan pelatihan ini, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh beberapa pihak terkait.

1.    Mendorong Kesadaran dan Dukungan Infrastruktur Budidaya
Pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan penyuluhan yang mendalam tentang pentingnya praktik akuakultur berkelanjutan. Dengan menugaskan penyuluh perikanan, kesadaran masyarakat tentang manfaat jangka panjang dari praktik ini dapat ditingkatkan. Pemberian bantuan dan insentif oleh pemerintah dapat disesuaikan agar pembudidaya lebih mampu menerapkan praktik berkelanjutan.

2.    Melibatkan Pihak Swasta dan Organisasi Non-Pemerintah (LSM)
Kerjasama dengan pihak swasta dan LSM dapat membuka pintu lebih banyak peluang, termasuk dukungan finansial, pelatihan tambahan, dan akses ke pasar yang lebih luas. Ini dapat meningkatkan kebermanfaatan dan keberlanjutan dari program pelatihan.

3.    Menciptakan Forum Komunikasi Ahli dan Pembudidaya
Kolaborasi antara pemerintah, instansi pendidikan tinggi, dan instansi terkait perlu ditingkatkan untuk menciptakan forum diskusi yang efektif. Melalui diskusi rutin, pembudidaya dapat mendapatkan arahan langsung dari ahli, sehingga praktik akuakultur berkelanjutan dapat diimplementasikan dengan lebih baik.

4.    Menjadi Pelopor Praktik Akuakultur Berkelanjutan
Peserta pelatihan memiliki peran vital dalam menjadi agen perubahan di lingkungan mereka. Dengan menjadi contoh dalam menerapkan praktik akuakultur berkelanjutan, mereka dapat memotivasi dan menginspirasi masyarakat, serta menjadi daya ungkit untuk perubahan.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, masyarakat, pemerintah, pihak swasta, dan pembudidaya dapat bersinergi untuk mendukung akuakultur berkelanjutan, menciptakan dampak positif, dan secara efektif memberdayakan masyarakat di wilayah Ibu Kota Negara (IKN).

303

views