Merajut Potensi Industri Kreatif di Desa Parit

Desa Parit memiliki potensi menjadi desa wisata karena posisinya terdepan dan berhadapan langsung dengan kota kabupaten Karimun yang rencananya akan dijadikan pintu gerbang untuk keluar-masuk antar desa, kecamatan-kecamatan ke kota Kabupaten Karimun. Melihat potensi yang ada, maka perancangan wajah desa menjadi penting (urgent), dengan membuat gapura, tanda desa (tulisan nama desa) yang ikonik sekaligus fungsional, menata lingkungan dengan materi lokal setempat, mempersiapkan cinderamata dan oleh-oleh makanan khas yang sekaligus melihat kemungkinan rantai pasok pasarnya.

Kegiatan pengabdian masyarakat dengan Tajuk “Pengembangan Desa Binaan Sebagai Industri Kreatif dengan Memanfaatkan Potensi Alam dan Produk Budaya Tradisi Masyarakat Desa Parit  Kabupaten Karimun”  berlangung dari tanggal 13 Juli sampai 18 Juli 2023. Kegiatan  merupakan program pengabdian masyarakat yang diinisiasi oleh LPPM ITB, bekerjasama dengan FSRD ITB dan SBM ITB. Kegiatan ini diketuai oleh Dr. Muksin, M.Sn (FSRD-ITB), dengan anggota Dr. Nur Budi Mulyono (SBM- ITB), Dikdik Sayahdikumullah, Ph.D dan Zusfa Roihan, M.Sn ( FSRD- ITB). Kegiatan ini terdiri dari workshop pembuatan souvenir, workshop pembuatan batik digital, serta pembuatan digital katalog tentang Desa Parit. Kegiatan ini bertujuan untuk melakuan perancangan, proyeksi serta pengembangan Desa Parit sebagai percontohan desa binaan  sebagai desa yang mengembangkan industri kreatif dengan memanfaatkan berbagai potensi alam dan produk budaya yang ada. Menggali dan menumbuh kembangkan industri kreatif yang mengarah pada kepariwisataan Desa Parit dalam aspek keberlanjutan usaha yang berdampak pada ekonomi, sosial dan budaya tradisi masyarakat. Untuk itu pelu menata ulang, melengkapi yang kurang, menambah yang belum, dan mempromosikan supaya dikenal secara luas. Tentu saja dengan mempertimbangkan kondisi setempat, kebutuhan pasar yang sesuai dengan perkembangan Teknologi khususnya pemanfaatan Teknologi Digital untuk menunjang masyarakat kreatif yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini, mungkin juga untuk kebutuhan di masa depan, melalui opini/liputan media, serta video yang dimuat di media daring, media sosial, pendampingan masyarakat melalui konsultasi, penjaminan mutu, perintisan dan peningkatan produktivitas kelompok usaha oleh masyarakat.

Program ini berupaya memanfaatkan kreativitas, keterampilan, pengembangan potensi alam sekitar dan produk budaya tradisi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas pariwisata di Provinsi Kepri khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Program ini juga dimaksudkan sebagai pemanfaatan dan penguatan potensi kreatif dan inovasi bidang seni rupa, desain, arsitektur dan perencanaan yang dimiliki ITB, misalnya inovasi berbasis desain dan gaya hidup di bidang kriya, fashion, desain produk industri, juga pemanfaatan potensi dan material alam yang ada untuk kemajuan desa binaan. Program ini secara langsung memberi pelatihan dan motivasi kepada anggota Karang Taruna ”Anak Negri” dari 70 orang yang dipilih sekitar 10 s.d 20 peserta yang kompeten dan tertarik dalam pengembangan industri kreatif agar memiliki komitment untuk pengembangan desanya. Tidak kalah pentingnya di era digital ini disampaikan pula mengenai perubahan interaksi sosial secara fisik beralih ke interaksi non-fisik melalui teknologi digital yang sangat diperlukan, terutama sebagai sarana dokumentasi, mendesain, pemasaran, promosi dan publikasi hasil capaiannya.

Hasil survey lapangan menemukan beberapa titik permasalahan mengenai potensi alam dan produk budaya tradisi yang ada di Desa Parit, di antaranya mengenai: 1) masalah sampah plastik yang kian menjadi masalah lingkungan serius. Salah satu pemecahannya dengan perancangan model bank sampah yang sekaligus sebagai ikon desa membuat rancangan tulisan nama Desa Parit yang ikonik. 2) Wajah desa terkait potensi tanaman yang ada disekitar (bunga allamanda, soka, dan suweng) yang akan menghiasi lingkungan desa sebagai penanda antar wilayah RT dan RW. 3) Perancangan gapura, dalam hal ini mendapatkan apresiasi langsung dari Bupati Karimun untuk direalisasikan sebagai gerbang desa yang tampak langsung dari Kabupaten Karimun. Selain gapura desa, ada gapura-gapura kecil sebagai batas desa. Selanjutnya 4) Workshop Design Thinking, pengembangan produk industri kreatif serta pembentukan entitas pemasarannya, dengan terlebih dahulu melakukan penelusuran rantai pasoknya. Berdasarkan hasil diskusi dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat setempat, ada permintaan langsung pembuatan cinderamata khas desa Parit yang selama ini selalu ditanyakan oleh para wisatawan lokal maupun manca negara (rutin setiap tahunnya dari Malaysia dan Singapore) yang berkunjung ke desa tersebut. Maka dari itu diadakan pelatihan pembuatan cinderamata dengan berbagai alternatif model dengan bahan yang mudah didapatkan di daerah sekitar, dari mulai mendesain gantungan kunci, batik digital dan lain sebagainya. Produk seni dan manajemen/strategi pemasarannya digarap langsung di lapangan bersama-sama masyarakat dengan kolaborasi Seni Rupa (FSRD_ITB) dan Sekolah Bisnis Manajemen (SBM-ITB), selain itu terjun langsung ke industri makanan oleh-oleh khas Karimun (kue bangket) yang industrinya terdapat di Desa Parit yang selama ini sudah over load pesanan.

Kerangka Pengembangan sebagai desa wisata

Origin, melihat dari mana datangnya wisatawan:

  • Wisatawan mancanegara terutama dari Singapura dan Malaysia
  • Wisata berbasis budaya dan sejarah “Melayu Tempo Dulu”
  • Memanfaatkan sumber daya local (flora, fauna, dan event)

Destination, melihat kemana tempat yang dituju wisatawan:

  • Kabupaten Karimun dengan percontohan di Desa Parit
  • Pengembangan produk local (makanan, souvenir, batik)
  • Perancangan katalog digital
  • Pengembangan kapibilitas bisnis

Transfer, melihat apa transformasi yang perelu dilakukan:

  • Pengembangn identitas desa (gapura,logo) sebagai ikon desa
  • Pengembangan standar layanan untuk wisatawan
  • Pengembangan rute wisata
  • Pengelolaan sampah (ekonimi sirkular)

Proses Berpikir Desain (design thinking)

Dengan menggunakan metode design thinking mengajak untuk mencoba melihat potensi dan peluang yang ada dihadapan kita, seperti lokasi, bahan baku, lingkungan budaya, kemungkinan pasar, dan sebagainya. Pada tahap ini juga mencoba memahami hubungan antara produk dengan pengguna, produk dengan pasar, bahwa masing-masing pengguna/pasar memiliki kebutuhannya masing-masing dan karakter bentuknya masing-masing. Lalu apa yang bisa kita lakukan setelah melihat, mengetahui, memahami dan mengerti atas semua potensi-potensi ini. Untuk itu perlu mempersiapkan, mecancang dengan menyusun program-progam atas semua ini.

Pengembangan Cinderamata Khas Desa Parit

Sebagai buah tangan saat kita berkunjung ke suatu tempat entah itu tempat wisata ataupun bukan, ada yang bisa dibawa sebagai cinderamata, meskipun kecil tetapi memiliki nilai yang sangat berharga sebagai kenangan, bahwa kita pernah singgah di tempat tersebut. Ada beberapa workshop cara membuat souvenir yang berikan kepada masyarakat Desa Parit, diantaranya:

  • Teknik cetak-mencetak souvenir

Diberikan pengetahuan dan praktik langsung cara membuat souvenir dengan teknik cetak dari bahan silicon rabber dan bahan resin. Pengetahun tentang alat dan bahan diberikan dengan harapan dapat dikembangkan sendiri dengan kreativitas yang dimiliki masyarakat setempat terkait kondisi lingkungan setempat (bersifat situasional). Bagaimana cara membuat model, cara membuat cetakan, cara mencetak, dan cara finishingnya. Dengan Teknik cetak-mencetak ini bisa membuat souvenir berupa gantungan kunci, hiasan tempel untuk kulkas, hiasan dinding, dan lain sebagainya.

  • Batik Digital

Mengajak peserta workshop yang tertarik dalam merancang gambar untuk diaplikasikan pada batik, yang kebetulan di Kabupaten Karimu ada home industry batik, diajarkan cara membuat desain batik melalui aplikasi batik digital, mulai dari melihat obyek-obyek benda yang memiliki kekhasan di sekitar Desa Parit khususnya ataupun Kabupaten Karimun pada umumnya. Berkreasi membuat rancangan gambar batik menggunakan aplikasi digital ini merupakan cara cepat dan menyenangkan bagi anak-anak milenial, generasi stroubery yang cenderung serba instan, tetapi menghasilkan desain-desain dengan berbagai alternatif yang menarik. Peserta workshop ini diikuti dari siswa SD hingga dewasa yang sebagian besar kaum perempuan.

Persiapan Menata Wajah Desa

Penataan wajah desa merupakan kunci utama yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri dan bertahap tetapi pasti. Jika kita melihat sesuatu yang dalam kategori bagus dan mengesankan, maka pandangan pertama harus menarik dan semakin lama juga harus semakin menarik. Oleh karenanya wajah Desa parit harus ditata, mulai dari gerbang pintu masuk, lorong-lorong jalan, taman-taman desa, tanda antar dusun (RT/RW), sehingga desa memiliki identitas. Dalam hal ini yang dilakukan, antara lain: merancang gapura utama, gapura antar dusun, gapura tiap rumah, penyemaian tanaman bunga yang banyak tumbuh dan bagus di sekitar, berupa tanaman bunga (soka, allamanda, dan suweng), untuk ditanam menghiasi taman-taman rumah sepanjang jalan Desa Parit, sehingga ketika masuk Desa Parit suasana khas Melayu yang indah berbunga menjadi Desa Parit yang asri. Selain itu juga membuat Tulisan Nama Desa Parit yang sekaligus sebagai penanda budaya sadar sampah plastik (masih dalam tahap perancangan). Tulisan ini akan tampak jelas dari sebrang lautan Kota Kabupaten Karimun.

Rancang Gapura Tampak Depan dan Tampak Samping

Rancang Gapura Utama Desa Parit

Rancangan Tulisan Desa Parit

 

119

views