Merajut Pariwisata Berkualitas di Kawasan Blego-Bungkuk

Merajut Pariwisata Berkualitas di Kawasan Blego-Bungkuk

Tags: ITB4People, Community Services, SDGs15

Kedatangan rombongan masyarakat Magetan yang berasal dari Desa Ngunut, Desa Trosono, Desa Sayutan dan Desa Bungkuk Kecamatan Parang yang diwakili oleh empat kepala desanya ke Kampus ITB merupakan awal dilaksanakannya program pengabdian masyarakat oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat ITB melalui Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par) ITB di Kawasan Gunung Blego dan Gunung Bungkuk Kabupaten Magetan.

Empat kepala desa tersebut menyampaikan keinginan masyarakat desa untuk dapat dibantu dalam pengembangan desa mereka. Pada pertemuan tersebut diketahui bahwa salah satu keinginan masyarakat dari keempat desa adalah mengembangkan Kawasan Gunung Blego dan Gunung Bungkuk sebagai daerah tujuan pariwisata di Magetan bagian selatan. Mengapa begitu penting mengembangkan kawasan bagian selatan Magetan sebagai destinasi pariwisata. Hal ini tidak terlepas dari ketertinggalan pengembangan pariwisata di kawasan ini dibandingkan dengan Kawasan Gunung Lawu dan Kawasan Telaga Sarangan yang semuanya berada di kawasan bagian utara Magetan.

Kawasan Gunung Blego dan Gunung Bungkuk yang dikenal sebagai Kawasan B2 Jaya memiliki potensi utama yaitu keberadaan Gunung Blego dan Gunung Bungkuk. Secara tradisional Kawasan Gunung Blego dan Gunung Bungkuk dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan pertanian. Pertanian yang dikembangkan di kawasan ini terdiri dari tembakau, kacang tanah, cabe, jagung, ketela pohon, jeruk, mete dan berbagai tanaman keras diantarnya pohon jati. Sementara itu penguasaan tanah di kawasan dua gunung ini sebagian besar merupakan milik desa.

Penduduk Kawasan B2 Jaya sebagian besar hidup dalam budaya jawa sebagai petani baik petani sawah maupun kebun. Sifat persaudaraan dan gotong royong yang sangat tinggi menciptakan masyarakat B2 Jaya yang harmonis dan ramah tamah. Hal ini tentu menjadi modal sangat besar dalam pengembangan pariwisata. Namun demikian, kurangnya pengetahuan dan pemahaman bagaimana merancang dan mengembangkan pariwisata menjadi hambatan dalam pembangunan pariwisata kawasan selama ini. Oleh karena itu kehadiran tim dari P-P2Par ITB menjadi harapan masyarakat dalam proses percapatan pembangunan kepariwisataan kawasan.

Pendampingan

Pendampingan di Kawasan B2 Jaya dilakukan pada tahun pertama dengan melakukan berbagai kegiatan. Proses pertama yang dilakukan tim saat dilapangan adalah melakukan identifikasi terhadap berbagai kelompok masyarakat yang dapat diajak dalam proses membangun kepariwisataan kawasan. Proses ini diantaranya dengan mengunjungi dinas pariwisata Kabupaten Magetan untuk mendapatkan dukungan kebijakan di tingkat Kabupaten. Selain itu dialog juga dilakukan dengan anggota dewan (DPRD) Kabupaten Magetan yang mewakili Kecamatan Parang untuk mendapatkan dukungan politik sehingga berbagai program pengembangan kepariwisataan dapat diarahkan ke kawasan B2 Jaya. Sementara itu, kelompok masyarakat yang berada di masing-masing desa menjadi sasaran utama dalam proses ini.

Pertemuan dengan kelompok masyarakat empat desa dilakukan dalam diskusi kelompok terpumpum yang dipusatkan di Desa Sayutan. Desa sayutan sendiri merupakan desa terjauh di kawasan ini. Menarik untuk dicermati pemilihan lokasi kegiatan ini, karena meski berlokasi cukup jauh namun antusiasme peserta demikian besar. Hal ini terlihat dari kelengkapan udangan yang hadir dan kesediaan mereka untuk bertahan dari pagi hingga kegiatan selesai di sore hari.

Kegiatan ini dibuka oleh perwakilan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan. Kegiatan terbagi menjadi dua bagian, pertama pemberian materi terkait dengan pemahaman umum kepariwisataan. Materi ini sangat penting diberikan agar masyarakat dapat memahami apa itu pariwisata dan keuntungan pengembangannya bagi masyarakat. Keengganan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan kepariwisataan seringkali disebabkan karena ketidaktahuan mereka akan peran apa yang dapat mereka berikan dalam proses tersebut.  Kedua melakukan diskusi dalam kelompok kecil yang dibagi perdesa untuk mengidentifikasi permasalahan pengembangan pariwisata di desanya masin-masing. Proses ini sangat penting untuk menjaring permasalahan faktual yang dihadapi oleh masyarakat di masing-masing desanya. Selain itu dalam diskusi kelompok kecil ini juga diidentifikasi berbagai sumber daya wisata yang ada di desa tersebut.

Dalam proses ini dapat diidentifikasi berbagai sumber daya wisata yang ada di Kawasan B2 Jaya yang dapat didorong untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata utama maupun pendukung. Indentifikasi dilakukan dalam diskusi terpumpun dengan seluruh peserta yang merupakan perwakilan dari masing-masing desa. Dari hasil diskusi yang dilakukan didapatkan daftar sumber daya wisata untuk masing-masing desa.

Proses kedua yaitu melakukan verifikasi terhadap data yang telah didapatkan dalam kegiatan diskusi terpumpun sebelumnya khususnya terkait dengan sumber daya wisata. Berbekal daftar yang didapatkan ini kemudian tim lapangan yang terdiri dari Abadi Raksapati, Rikeu Rugarmika, Asad Farag dari P-P2Par serta satu orang mahasiswa MBKM Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Shintia Ramadhani melakukan survey untuk melihat sejauh mana sumber daya wisata yang ada tersebut potensial dikembangkan sebagai daya tarik wisata.

Survey dilakukan ke setiap desa dan setiap titik sumber daya wisata yang sudah diidentifikasi untuk keudian dicatat dan dianalisis oleh tim. Tim melakukan verifikasi data dengan membagi menjadi dua kelompok karena cukup luas dan terbatasnya waktu survey yang dimiliki. Kelompok pertama menyisir Desa Sayutan dan Trosono yang dilakukan selama dua hari penuh. Sementara kelompok kedua menyisir Desa Bungkuk dan Desa Ngunut yang juga dilakukan selama dua hari penuh. Keseluruhan proses survey dilakukan selama empat hari. Namun demikian survey lanjutan dilakukan selama beberapa hari berikutnya untuk melihat berbagai potensi yang tidak terdata dalam kegiatan diskusi terpumpun sebelumnya.

Kelompok pertama yang mengunjungi Desa Sayutan melihat dan mengamati beberapa sumber daya wisata diantaranya adalah agrowisata dan budidaya jamur. Budidaya jamur ketika di survey oleh tim sedang tidak beroperasi karena imbas dari covid 19 yang menyebabkan berbagai harga bahan baku meningkat sementara daya serap jamur dipasaran semakin menurun. Selanjutnya ketika tim mengunjungi sentra kerajinan anyaman tim berhasil menghimpun berbagai permasalahan pengembangan kerajinan anyaman yang utamanya adalah terkait dengan SDM yang masih sangat terbatas dan bahan baku yang sulit didapatkan. Di satu dukuh yang sama tim juga berhasil menemui pengrajin wayang kardus. Yaitu kerajinan wayang kulit namun dengan bahan baku kardus. Kerajinan ini menarik untuk dapat dikembangkan lebih jauh sebagai cenderamata karena harganya yang relatif terjangkau dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu di kawasan ini bisa dikembangkan pariwisata kreatif dengan memanfaatkan berbagai pengrajin yang ada. Selain itu potensi homestay di Jalamprang Desa Sayutan juga sangat menarik karena lokasi dan berbagai kegiatan pertanian yang bisa dilakukan wisatawan bersama masyarakat. selain adanya hutan pendidikan di kawasan Desa Sayutan yang sangat potensial dikembangkan sebagai kawasan terpadu pengembangan pariwisata Pendidikan, khususnya Pendidikan alam dan hutan. Selain itu, sumber daya wisata yang dapat dikembangkan juga ada kawasan landing paralayang, makam Mbah Sayudan, Embung Dukuh, Kebun Bibit Rakyat, atraksi berbagai seni dan budaya masyarakat diantaranya adalah pemasangan bubu ikan di sungai. Desa Sayutan juga berencana melakukan revitalisasi kawasan pasar yang selama ini tidak terfungsikan dengan baik untuk kemudian ditata sebagai melting pot masyarakat baik untuk kegiatan ekonomi, kesenian maupun olahraga.

Desa Trosono merupakan desa yang memiliki posisi sangat strategis karena berada diantara Desa Sayutan, Desa Ngunut dan Desa Bungkuk. Selain itu Desa Trosono merupakan akses utama menuju Puncak Gunung Blego. Jalan yang dimiliki Desa Trosono menuju puncak sudah sangat baik dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Oleh karena itu daya tarik wisata utama yang menjadi kekuatan Desa Trosono adalah Puncak Gunung Blego. Namun demikian aktifitas yang dapat dilakukan di puncak gunung masih sangat terbatas, selain adanya landasan take off paralayang, spot selfie dan menikmati panorama, praktis tidak ada kegiatan lain yang dapat dilakukan. Oleh karena itu tim mendorong pokdarwis untuk mengembangkan berbagai aktifitas wisata yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah Puncak Gunung Blego. Selain itu tim juga mengungjungi Batu Leper yang merupakan punden dari batu yang berbentuk pipih lebar, mata air dawuhan yang menjadi lokasi penghijauan dan Srikaton yang memiliki situs batu berlubang. Satu lubang diantara situs tersebut menyerupai kaki manusia dengan ukuran cukup besar yang oleh masyarakat disebut sebagai Tapak Bima.

Desa Bungkuk di Desa Bungkuk kelompok kedua mengunjungi beberapa sumber daya wisata diantaranya situs Watu Ongko, lokasi rest area dan perkebunan melon. Selain itu tim juga berkesempatan melihat dari jauh lokasi take off Paralayang yang terletak di Puncak Gunung Bungkuk. Tim tidak sampai puncak gunung karena akses jalannya masih jelek yang hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki dan motor trail.

Desa Ngunut merupakan desa dengan tingkat sejarah yang sangat tinggi bagi Kabupaten Magetan. Di desa inilah saat masa agresi Belanda pada tahun 1948 pernah menjadi pusat pemerintahan sementara Kabupaten Magetan selama kurang lebih satu tahun. Oleh karena itu, setiap tahun Pemerintah Kabupaten Magetan mengadakan napak tilas pemaindahan pusat pemerintahan dari Ngunut hingga ke Magetan kota dengan berjalan kaki. Jejak peritiwa bersejarah ini hingga kini masih tersisa berupa rumah tua yang masih terpelihara dengan baik. Selain itu tim jgua mengunjungi Kawasan irigasi Klathak dan juga Puthuk Kleco. Puthuk Kleco ini merupakan bukit kecil yang berada di kaki Gunung Blego yang berderet dengan Puthuk Cino dan Puthuk Geret. Masyarkaat Ngunut menamakan kawasan tiga puthuk ini dengan sebutan Puthuk Cendana. Penamaan ini mengacu pada keberadaan pohon Cendana di setiap puthuknya. Panorama di kawasan ini sangat indah sehingga sangat cocok sebagai lokasi untuk bersantai menikmati panorama Gunung Bungkuk dan Kota Magetan dari Kejauhan. Akses jalan menuju lokasi ini sudah dibuka meski masih berupa tanah perkerasan sehingga belum bisa dilalui oleh kendaraan seluruhnya. Ketika tim mencapai lokasi inipun sebagian dialkukan dengan sepeda motor dan sebagian lagi dengan berjalan kaki.

Hasil survey menunjukan hampir seluruh sumber daya wisata yang dimiliki kawasan ini memerlukan sentuhan lebih jauh untuk menjadi daya tarik wisata. Namun demikian setiap desa memiliki keunggulannya masing-masing sehingga dapat saling mendukung satu sama lain. Desa Sayutan dapat mendorong pengembangan pariwisata edukasi, Desa Trosono melakukan pengembangan ekowisata dengan Gunung Blego sebagai daya tarik wisata utamanya. Sementara Desa Bungkuk didorong untuk mengembangkan wisata petualangan dengan Gunung Bungkuk sebagai daya tarik wisata utamanya dan Desa Ngunut mengembangkan wisata sejarah karena tingginya nilai sejarah yang dimiliki oleh desa ini. Pengembangan pariwisata dengan konsep teamtik seperti ini memungkinkan setiap desa saling mengisi dan menguatkan satu sama lain sehingga cita-cita untuk menjadikan Kawasan B2 Jaya sebagai kawasan pariwisata berkualitas dapat diwujudkan bersama.

Quality Tourism

Pembangunan pariwisata yang dikehendaki masyarakat Kawasan B2 Jaya adalah pembangunan pariwisata yang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. Untuk menjawab keinginan tersebut tim P-P2Par ITB datang ke kawasan B2 Jaya dengan membawa konsep Quality Tourism. Quality Tourism atau pariwisata berkualitas merupakan konsep pengembangan pariwisata yang saat ini  didorong untuk diterapkan di Indonesia khususnya pasca covid 19. Dalam pariwisata berkualitas tujuan keberhasilan pembangunan pariwisata tidak lagi ditekankan pada ukuran meteri berupa meningkatnya pendapatan dari sektor pariwisata, lama tinggal wisatawan atau bahkan jumlah kunjungan. Lebih dari itu, pariwisata berkualitas justru menekankan pentingnya kesejahteraan masyarakat tanpa meninggalkan upaya untuk memberikan pelayanan dan kepuasan kepada wisatawan.

Kenapa Quality Tourism yang dipilih sebagai konsep pengembangan pariwisata di Kawasan B2 Jaya. Pemilihan konsep tentu tidak terlepas dari kondisi masyarakat Kawasan B2 Jaya yang memiliki kultur masyarakat perdesaan jawa yang humanis dan egaliter. Selain itu kecenderungan perkembangan kepariwisataan secara makro pasca covid 19 yang mendorong wisatawan menjadi lebih selektif dalam memilih tempat liburan menjadi pertimbangan lainnya. Oleh karena itu Quality Tourism dipilih dan akan menjadi ruh dalam pembangunan pariwisata di Kawasan Blego-Bungkuk agar pembangunan kepariwisataan yang dilakukan dapat mendorong meningkatnya kesejahteraan masyarakat di kawasan ini. Selain itu, pembangunan pariwisata juga diharapkan dapat menjadi sumber ekonomi baru masyarakat tanpa harus meninggalkan sumber ekonomi utama mereka yang sebagian besar berprofesi sebagai petani.

Ada beberapa hal penting yang ditekankan dalam penerapan Quality Tourism di Kawasan B2 Jaya oleh tim agar dapat berhasil dan memberikan manfaat optimal bagi masyarakat:

  1. meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar dapat mengelola pariwisata dengan baik, diantaranya dengan memberikan pelatihan pengelolaan homestay, pelatihan pemanduan interpretif, dan sosialisasi sapta pesona.
  2. mendorong pembentukan kelompok sadar wisata (pokdarwis) agar pengelolaan pariwisata yang dilakukan dapat terkoordinasi dan melibatkan seluruh elemen masyarakat yang ada. Selain itu dengan kelembagaan yang kuat maka pembagian peran dan pembagian manfaat dapat terdistribusi dengan baik untuk menghindari konflik dikemudian hari saat kue pariwisata mulai menunjukan hasilnya.

Kelompok Sadar Wisata

Strategi pengembangan pariwisata di Kawasan B2 Jaya dilakukan dengan mendorong masyarakat untuk menghimpun diri dalam kelompok sadar wisata (pokdarwis). Kelompok sadar wisata dibentuk di masing-masing desa dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat khususnya yang bersedia untuk mengembangkan pariwisata. Aspek kesukarelaan sangat penting karena kelompok sadar wisata merupakan kelompok yang mendasarkan kegiatannya pada pengabdian. 

Kelompok sadar wisata dibentuk sebagai upaya untuk memaksimalkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan di Kawasan B2 Jaya sekaligus sebagai penerima utama berbagai manfaat positif yang dihasilkan guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Paling tidak ada dua kesadaran yang didorong dalam pembentukan kelompok sadar wisata di kawasan B2 Jaya, pertama dengan dibentuknya kelompok sadar wisata masyarakat kawasan B2 Jaya menyadari peran dan tanggung jawabnya sebagai tuan rumah sehingga akan menciptakan suasana yang kondusif bagi siapa saja yang datang berkunjung ke Kawasan B2 Jaya. Kedua masyarakat Kawasan B2 Jaya menyadari hak dan kebutuhannya sebagai penyedia berbagai layanan pariwisata sekaligus juga sebagai wisatawan. Kesadaran ini dilakukan dengan mensosialisasikan sapta pesona dalam kehidupan keseharian masyarakat di Kawasan B2 Jaya.

Sapta pesona merupakan unsur-unsur yang harus dipenuhi guna menciptakan lingkungan yang ideal bagi tumbuh dan berkembangnya iklim kepariwisataan di Kawasan B2 Jaya. Ketujuh unsur tersebut adalah, aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, kenangan. Ketujuh unsur ini dengan dibentuknya kelompok sadar wisata diharapkan dapat terimplementasikan dalam kehidupan kesehariaan seluruh masyarakat di Kawasan B2 Jaya.

Ada empat kelompok sadar wisata yang berhasil dibentuk di Kawasan B2 Jaya yang akan bekerjasama dan saling bahu membahu mengembangkan kawasan dari masing-masing desa, yaitu pokdarwis Blego Mulyo dari Desa Sayutan, Pokdarwis Ngunut Berseri dari Desa Ngunut, Pokdarwis Blego Kinasih dari Desa Trosono dan Pokdarwis Bungkuk dari Desa Bungkuk. Kepengurusan pokdarwis di setiap desa di sahkan dengan surat keputusan pembentukan pokdarwis dari masing-masing desa yang di tandatangani oleh Kepala Desa.

Untuk mendapatkan pengakuan dari tingkat Kabupaten Magetan dan diharapkan dapat juga berperan serta dalam berbagai kegiatan maupun program dari pemerintah pusat, maka tim kemudian memfasilitasi setiap pokdarwis untuk mendapatkan pengukuhan dari Pemerintah Kabupaten Magetan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Magetan. Pengukuhan ini penting sebagai bukti pengakuan Pemerintah Kabupaten Magetan terhadap keberadaan pokdarwis di empat desa tersebut.

Program pengabdian masyarakat di Kawasan B2 Jaya ini akan dilakukan secara berkelanjutan paling tidak tiga tahun kedepan untuk memastikan berbagai target yang ditetapkan dapat tercapai. Namun demikian proses ini memerlukan konsistensi yang tinggi dari tim pendamping juga dari masyarakat Kawasan B2 Jaya dalam mengelola dan memobilisasi diri dalam pembangunan kepariwisataan kawasan.

Kegiatan yang dilakukan ditahun pertama ini dievaluasi secara bersama-sama oleh tim dan pemangku kepentingan pariwisata di Kawasan B2 Jaya, apa saja program yang sudah berhasil dan berbagai program lainnya yang belum optimal dapat dilaksanakan. Program dan kegiatan yang belum terlaksana di tahun pertama diharapkan dapat dituntaskan di tahun berikutnya dengan kerjasama bersama. Diakhir kegiatan nanti diharapakan Kawasan B2 Jaya menjadi salah satu kawasan yang menerapkan konsep quality tourism dalam pengelolaan kepariwisataan kawasan.

615

views