Menggali Potensi Desa Pentagen sebagai Desa Wisata

Berbicara soal wisata di Jambi sebagian kita mungkin akan berpikir sejenak untuk menyebutkan satu saja daya tarik wisata yang terpikir di benak kita. Selain Candi Muaro Jambi dan Geopark Merangin yang belakangan mulai dikenal sebagai destinasi pariwisata di Jambi, kita akan kesulitan menyebutkan lagi daya tarik wisata apa lagi yang ada di Jambi.

Sejatinya Jambi memiliki begitu banyak potensi daya tarik wisata yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Namun demikian, hingga saat ini hampir tidak ada daya tarik wisata yang menonjol dan dapat menjadi ikon pariwisata Jambi.

Kawasan Danau Kerinci

Kerinci merupakan satu nama yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai nama salah satu Gunung Tertinggi Di Sumatera. Selain itu Kerinci juga disematkan pada salah satu nama taman nasional yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Satu nama yang belum cukup dikenal yaitu adanya danau kerinci. Danau kerinci merupakan salah satu  danau tertinggi di Indonesia yang berada di ketinggian 783 mdpl dengan luas kawasan mencapai lebih kurang 4.800 hektar. Kawasan danau ini dikelilingi oleh sekitar 12 desa di sepanjang tepiannya. Salah satu desa yang menjadi tepian Danau Kerinci adalah Desa Pendung Talang Genting (Pentagen). Desa dengan luas 318.4 hektare membentang dari tepian Danau Kerinci hingga ke batas Taman Nasional Kerinci Seblat. Posisinya yang cukup strategis dan berada diantara danau dan taman nasional menjadikan desa ini memiliki nilai ekologis yang cukup tinggi sebagai bagian dari dua ikon utama kawasan.

Dalam pengembangan desa khususnya pengembangan wisata di kawasan ini harus memperhatikan aspek lingkungan. Yaitu bagaimana wisata yang dikembangkan selain mampu memanfaatkan berbagai keunggulan alam yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat disatu sisi, namun di sisi lain juga harus berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan.

Desa Pentagen sejatinya bukan satu-satunya desa wisata di kawasan Danau Kerinci. Namun demikian, desa wisata yang mampu secara kreatif memanfaatkan potensi yang ada baru Desa Pentagen. Selama ini fokus desa-desa di Kawasan Danau Kerinci baru mampu danau sebagai daya tarik wisata apa adanya. Kegitatan ditawarkan sekedar duduk, berperahu dan melihat panorama danau. Sehingga apa yang ditawarkan oleh desa-desa di kawasan ini cenderung seragam dan tidak variatif. Padahal berbagai aktifitas dapat dikembangkan disepanjang tepian danau ini. Namun demikian, tidak seperti desa-desa yang lain, Desa Pentagen muncul dengan menawarkan taman rekreasi yang kemudian diberi nama Taman Pertiwi sebagai triger dalam pengembangan desa wisata, dan ternyata mampu menarik minat pengunjung untuk datang ke kawasan ini.

Taman Pertiwi pada awalnya merupakan kawasan rawa yang dalam waktu lama tidak terperhatikan dan dimanfaatkan. Pemanfaatan kawasan rawa yang dikeruk menjadi embung pada awalnya bertujuan sebagai upaya pemerintah desa untuk menyediakan cadangan air yang cukup untuk pengairan sawah di desa ini yang mencapai sekitar 85 hektar. Namun dalam perkembangannya tangan dingin dan visi dari kepala desa mampu menjadikan kawasan ini sebagai taman rekreasi tanpa menghilangkan fungsi utamanya sebagai embung cadangan air untuk pertanian. Taman yang kemudian mampu mendatangkan pengunjung hingga ribuan setiap bulannya dan mampu menambah pundi-pundi pemasukan bagi desa. Selanjutnya pengelolaan taman ini dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa) yang secara khusus melakukan pengelolaan taman sebagai wahana rekreasi.

Namun demikian, karena fungsinya sebagai triger pengembangan pariwisata di desa ini maka keberadaan Taman Pertiwi harus juga didukung oleh berbagai aktifitas lainnya yang beragam. Aktifitas ini kedepan diharapkan dapat meningkatkan ragam pilihan bagi pengunjung ketika datang ke Desa Pentagen sekaligus juga akan mendorong peningkatan peran serta masyarakat desa secara lebih luas untuk mendapatkan nilai ekonomi dari aktifitas pariwisata yang dilakukan di desa. Peran serta masyarkat dalam pengembangan pariwisata inilah yang menjadi esensi desa wisata yang seharusnya dilakukan oleh setiap desa, tidak terkecuali Desa Pentagen.

Desa Pentagen selama ini dikenal sebagai salah satu desa wisata di Provinsi jambi yang telah memperoleh berbagai penghargaan tingkat nasional, salah satunya adalah sebagai peraih Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022 kategori pengelolaan homestay. Oleh karena itu fokus peningkatan kualitas homestay menjadi salah satu yang harus dilakukan dalam kontek pengembangan desa wisata yang lebih baik. Namun demikian pengelolaan homestay di Desa Pentagen sejauh ini masih belum terkelola dengan baik dan belum memiliki standar pelayanan yang seragam. Jumlah homestay yang dimiliki oleh Desa Pentagen saat ini ada tiga unit rumah yang masing-masing menyediakan satu kamar sebagai homestay. Jumlah yang relatif sedikit dibandingkan dengan potensi rumah penduduk yang dimiliki yang berada di tiga dusun.

Pengunjung yang datang ke Desa Pentagen selama ini ada dua jenis, pertama adalah pengunjung yang datang untuk mengunjungi Taman Pertiwi dan berekreasi. Profil pengunjung Taman Pertiwi ini sebagian besar merupakan keluarga dengan tujuan rekreasi. Saat ini aktifitas yang dapat di lakukan di Taman Pertiwi yaitu  memberi makan ikan yang ada di kolam dan bermain perahu bebek. Kedua, merupakan pengunjung yang secara rutin datang untuk kegiatan di pesantren yang ada di Desa Pentagen. Desa Wisata Pentagen memiliki pesantren dengan jumlah santri yang cukup besar sehingga pada saat kegiatan tahunan pesantren Desa Pentagen akan dikunjungi oleh para wali santri dari berbagai daerah. Pengakuan dari perangkat desa pada saat seperti ini hampir semua rumah akan berubah menjadi homestay dadakan untuk menampung para pengunjung.

Dengan melihat profil pengunjung yang datang ke Desa Pentagen maka sesungguhnya secara eksisting desa ini telah secara rutin memiliki pasar pengunjung yang tetap. Sehingga kedepan tinggal bagaimana desa dengan seluruh perangkatnya mampu memanfaatkan kedatangan para pengunjung ini untuk meningkatkan perekeonomian masyarakat secara berkelanjutan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan homestay. Pengembangan homestay yang memiliki standar pelayanan dan pengelolaan yang baik akan meningkatkan nilai jual sekaligus meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung.

Desa Wisata

Pedoman Desa Wisata (2021) menjelaskan bahwa desa wisata merupakan bentuk pengembangan pariwisata yang melibatkan masyarakat secara aktif di dalamnya atau pemberdayaan masyarakat yang dikenal sebagai Community Based Tourism (CBT). Desa Pentagen meskipun menyandang sebagai salah satu Desa Wisata peraih ADWI tahun 2022 namun pada kenyataannya masih belum melaksanakan prinsip-prinsip pengelolan desa wisata secara optimal. Keberhasilan pariwisata di Desa Pentagen lebih banyak didorong oleh keberhasilan pengelolaan daya tarik wisata yang dilakukan oleh Bumdesa sebagai lembaga di tingkat desa yang bertugas memaksimalkan potensi desa sebagai entitas bisnis bernilai ekonomi. Sementara itu keberadaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang seharusnya menjadi motor penggerak pariwisata di desa belum terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan pariwisata terlebih pengelolaan daya tarik ataupun paket wisata di desa. Keberadaan Pokdarwis saat ini masih sebatas formalitas sebagai kelembagaan pariwisata di desa meski secara legal telah ditetapkan oleh Kepala Desa. Masih belum optimalnya pengelolan desa wisata yang dilakukan oleh Desa Pentagen menjadi salah satu fokus yang coba tingkatkan oleh tim pengabdian masyarakat melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung.

Upaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap konsep desa wisata langkah yang dilakukan tim adalah dengan melakukan beberapa kegiatan. Pertama melakukan wawancara dengan pemangku kepentingan yang ada di Desa Pentagen. Wawancara ini penting dilakukan untuk menggali sejauh mana kesadaran pemangku kepentingan terhadap pengembangan pariwisata di desanya termasuk sejauh mana konsep desa wisata dipahamai oleh para pemangku kepentingan ini. Selain itu wawancara ini juga untuk menangkap ada potensi apa yang dapat didorong lebih jauh dalam pengembangan pariwisata di Desa Pentagen. Wawancara ini dilakukan secara non formal di sela-sela kegiatan masyarakat. Diketahui bahwa pemahaman para pemangku kepentingan desa terhadap pariwisata masih sangat terbatas pada mendatangkan pengunjung sebanyak mungkin sehingga desa mendapatkan penghasilan dari uang tiket yang besar. Konsep pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata masih belum disadari. Kedua melakukan sosialisasi kepada dua komunitas utama di Desa Pentagen yaitu Pokdarwis dan Kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Pentagen. Dua kelompok ini disasar karena merupakan kelompok yang dapat menggerakan secara aktif Desa Wisata Pentagen. Pokdarwis Desa Pentagen secara keanggotaan cukup unik karena hampir seluruhnya merupakan anggota Karang Taruna sehingga Pokdarwis bisa disamakan dengan Karang Taruna. Kondisi ini cukup mempermudah tim sehingga dapat menjangkau komunitas yang ada di Desa Pentagen dengan lebih mudah. Namun demikian kedepan perlu juga memperjelas kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehingga peran pokdarwis dapat lebih optimal untuk mengembangkan berbagai potensi pariwisata yang ada di desa. Kelompok lain yang juga menjadi sasaran sosialisasi adalah kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Kelompok ini penting untuk diajak dalam sosialisasi karena beberapa alasan, yaitu (1) PKK merupakan kelompok paling solid di tingkak Desa Pentagen dengan keanggotaan yang jelas dan besar; (2) PKK memiliki kegiatan yang aktif baik terkait langsung dengan pengembangan desa wisata maupun tidak; (3) PKK memiliki anggota yang aktif memperoduksi berbagai kuliner khas desa yang dapat dikembangkan sebagai cenderamata khas desa; (4) PKK dapat digerakan secara aktif dan cepat untuk mendukung berbagai macam kegiatan yang ada di desa termasuk pariwisata. hal ini terbukti ketika sosialisasi para ibu-ibu yang tergabung dalam PKK lebih mudah dimobilisasi untuk mengikuti kegiatan.

Setelah melakukan sosialisasi kegiatan selanjutnya adalah tim melakukan upaya identifikasi potensi daya tarik wisata. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah Desa Pentagen memiliki potensi daya tarik wisata lain yang dapat dikembangkan untuk mendukung daya tarik wisata yang telah ada. Kegiatan identifikasi potensi daya tarik wisata ini dilakukan dengan survey lapangan. Survey dilakukan oleh tim dengan melihat secara langsung kondisi tiga dusun yang ada di Desa Pentagen. Dengan melihat setiap dusun yang ada diharapkan tim dapat menemukan potensi yang selama ini belum disadari sebagai daya tarik wisata namun sebetulnya potensial untuk dapat dikembangkan lebih jauh sebagai daya tarik wisata desa.

Beberapa temuan yang berhasil tim identifikasi selama melakukan survey adalah, pertama, Desa Pentagen ternyata memiliki banyak rumah-rumah tua dengan arsitektur tradisional yang terbuat dari  kontruksi kayu. Rumah-rumah yang sudah berusia lama – diantarnaya disebutkan berusia lebih dari lima puluh tahun – ini masih cukup terawat dan masih digunakan sebagai hunian warga masyarakat. Keberadaan rumah-rumah ini menjadi potensi untuk pengembangan homestay yang bernuansa asli masyarakat perdesaan dengan rumah yang juga masih tradisional. Namun demikian, pengembangan rumah-rumah tradisional ini perlu pendekatan yang baik karena kepemilikian rumah-rumah ini biasanya dimiliki oleh keluarga besar sehingga penggunaan untuk tujuan-tujuan selain rumah tinggal harus dibicarkaan dan disetujui oleh keluarga besar. Selian itu, karena desainnya yang masih tradisional maka aspek sanitasi menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus menjadi perhatian terutama soal toilet. Kedepan jika rumah-rumah ini akan dikembangkan sebagai homestay maka toiletnya harus juga harus standar. Kedua, dalam survey ini tim menemukan adanya apartemen hewan yang dikembangkan di Desa Pentagen. Apartemen hewan ternak adalah satu kawasan yang berada di pinggir pemukiman yang diperuntukan untuk menyimpan hewan ternak milik warga dalam satu kawasan. Hal ini cukup menarik, karena warga telah mengembangkan mekanisme pengelolaan hewan secara kolektif disatu sisi, dan disisi lain menjaga agar lingkungan tetap sehat karena tidak mencampurkan keberadaan kandang ternak dengan permukiman warga. Ini merupakan potensi daya tarik wisata yang dapat dikembangkan menjadi wisata edukasi peternakan dan juga edukasi pengelolaan lingkungan. Ketiga, sebagai salah satu desa yang bersentuhan langsung dengan Danau Kerinci, maka Desa Pentagen memiliki akses yang cukup baik ke Danau Kerinci yang bisa diakses cukup dekat dari tepi jalan utama dan dapat dilakukan sepanjang tahun. Keempat, Desa Pentagen merupakan salah satu desa yang berbatasan langsung dengan kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang memiliki potensi pengembangan wisata berbasis konservasi.

Potensi Pengembangan

Resam

Resam (Dicranopteris Linearis) merupakan sejenis tanaman rerumputan yang tumbuh liar kawasan tebing, di sekitar hutan dan bahkan diperkebunan masyarakat. Sifatnya yang tumbuh secara invasif menyebabkan resam oleh masyarakat dikategorikan sebagai hama yang mengganggu keberadaan tanaman utama di perkebunan. Secara ekologi sesungguhnya resam dapat membantu menyuburkan tanah sekaligus menyerap racun. Bahkan, ternyata batang resam dapat diamnfaatkan sebagai bahan untuk membuat berbagai kerajinan anyaman yang tidak hanya bernilai seni akan tetapi juga dapat bernilai ekonomis bagi masyarakat.

Pengelahan resam yang relatif mudah dan tidak memerlukan berbagai macam bahan kimia dalam prosesnya menjadikan resam ini memiliki nilai ekologis yang juga cukup tinggi. Resam sendiri sangat berlimpah keberadaannya di Desa Pentagen baik di perkebunan maupun sekitar kawasan hutan, sehingga sangat mudah didapatkan dengan percuma. Oleh karena itu, pengembangan kerajinan resam disatu sisi dapat melestarikan alam sekitar Desa Pentagen khususnya kawasan TNKS sehinggga masyarakat tidak lagi menjarah hutan untuk mencari kayu dan sumber daya di dalamnya, namun disisi lain juga dapat meningkatakan taraf hidup masyarakat dengan menjadi pengrajin anyaman resam yang dapat dijual kepada wisatawan yang datang berkunjung. Beberapa jenis kerajinan yang dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan resam ini diantaranya adalah topi, cincin, gelang, tas, tatakan gelas, piring dan lain sebagainya sesuai dengan kebutuhan pasar.

Upaya untuk mengembangkan resam sebagai salah satu kerajinan khas yang dihasilkan oleh Desa Pentagen sudah dimulai dengan melakukan pelatihan menganyam resam kepada ibu-ibu. Pelatihan ini dilakukan dengan mendatangkan ahli resam yang kemudian melatih ibu-ibu di Desa Pentagen. Dalam mendukung program yang tengah dilakukan ini tim pengabdian masyarakat dari LPPM ITB coba membuatkan interpretasi singkat yang disematkan dalam kemasan produk.  Interpretasi ini berisi informasi mengenai resam dan juga produk kerajinan yang dibuat. Hal ini dimaksudkan agar produk kerajinan yang dijual tidak hanya berupa barang tapi juga dapat mengkomunikasikan kekhasan resam dan memberikan informasi lainnya kepada pembeli berupa pengetahuan.

Agrowisata

Desa Pentagen memiliki sejumlah lahan pertanian yang sangat produktif. Beberapa komoditas pertanian yang dikembangkan adalah jeruk, alpukat dan juga kopi. Jeruk yang dikembangkan di desa ini diantaranya adalah jenis Jeruk Gerga dan Jeruk Medan.

Dalam kontek pariwisata, pengembangan pertanian jeruk dapat diintegrasikan dengan keberadaan Taman Pertiwi yang saat ini menjadi daya tarik wisata utama desa. Dengan mendorong pengembangan agrowisata maka masyarakat yang memiliki lahan pertanian di sekitar Taman Pertiwi mendapatkan manfaat lebih dari kedatangan pengunjung ka kawasan ini. Salah satu aktifitas yang dapat dikembangkan di lahan pertanian adalah dengan mengembangkan wisata petik jeruk. Di dalam agrowisata ini pengujung diajak untuk menikmati petik jeruk secara mandiri dan menikmati hasilnya sepuasnya. Akan tetapi jika pengunjung ingin membawa pulang jeruknya maka akan diperhitungkan dengan nilai perkilogram.

Agrowisata ini merupakan pengembangan daya tarik wisata di Desa Pentagen agar pengunjung yang datang ke kawasan ini tidak hanya disuguhi daya tarik wisata Taman Pentagen akan tetapi juga diberikan alternatif lain sehingga penngujung bisa lebih lama berada di desa dan pada gilirannya diharapkan dapat  lebih banyak mengeluarkan uangnya di kawasan ini. Saat ini baru ada satu perkebunan jeruk yang secara aktif menawarkan agrowisata petik jeruk. Kedepan jika pengelolaan agrowisata ini dapat berjalan dengan baik maka akan menjadi contoh bagi pemilik perkebunan lainnya untuk turut serta dalam agrowisata petik jeruk ini. Selain itu dalam pengembangan agrowisata sangat penting juga untuk memberikan interpretasi agar pengunjung yang datang tidak hanya rekreasi dan menikmati jeruk, akan tetapi juga mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai jeruk tersebut.

Sejarah

Salah satu potensi Desa Pentagen yang hingga saat ini masih belum digarap adalah wisata sejarah. Desa pentagen memiliki kawasan yang di dalamnya berisi sisa bangunan jaman Belanda yang cukup luas. Keberadaan sisa bangunan yang diduga sebagai bangunan pabrik jaman Belanda yang di beberapa bagian masih tegak berdiri hingga saat ini belum tergarap. Tidak adanya data sejarah mengenai keberadaan bangunan di tempat ini menjadi salah satu kendala mengangkat kawasan ini sebagai daya tarik wisata sejarah.

Oleh karena itu, penggalian nilai sejarah termasuk di dalamnya keberadaan bangunan menjadi satu hal yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan potensi sejarah kawasan. Tidak tertutup kemungkinan dengan pengembangan wisata sejarah maka akan terbuka juga nilai penting kawasan ini di masa lalu yang terbukti dengan adanya bangunan tersebut.

Kerjasama dengan berbagai lembaga termasuk perguruan tinggi perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana nilai sejarah kawasan sehingga dapat disajikan sebagai daya tarik wisata sejarah. Sementara itu, proses pembersihan dan penataaan kawasan dapat dilakukan agar kawasan yang selama ini tidak terawat tidak terkesan angker dan menakutkan.

Budaya Kerinci

Desa Pentagen memiliki tradisi yang hingga kini masih terjaga sebagai bagian dari komunitas masyarakat Kerinci. Tradisi yang berangkat dari warisan nenek moyang masyarakat Kerinci hingga kini masih lestari tidak hanya sebagai ritual dan perayaan akan tetapi lebh dari itu tradisi ini mengikat kebersamaan masyarakat sebagai kesatuan adat dan kesatuan keluarga besar. Beberapa tradisi yang masih dapat kita saksikan diantaranya adalah Kenduri Sko, Kenduri Sudah Tuai dan Tale Haji.

Persiapan kenduri bagi seseorang yang akan berangkat haji yang sempat disaksikan oleh tim saat di Desa Pentagen memberikan gambaran begitu tingginya rasa kebersamaan dan gotong royong yang diberikan oleh masyarakat desa untuk membantu persiapan acara. Di malam hari laki-laki dan perempuan desa bergotong royong mempersiapkan berbagai hal termasuk persiapan makanan. Yang menarik laki-laki dan perempuan memiliki tanggungjawab yang berbeda dan saling melengkapi. Kegiatan ini dilakukan semalam penuh hingga pelaksanaan kegiatan di pagi harinya.

Tradisi yang dimiliki ini sangat potensial untuk diangkat sebagai daya tarik wisata di Desa Wisata Pentagen. Tidak saja sebagai pelengkap, bahkan dapat menjadi daya tarik wisata utama bagi wisatawan yang datang berkunjung khususnya di waktu-waktu berbagai tradisi tersebut dilaksanakan.

Berbagai potensi tersebut jika dapat dikembangkan lebih jauh tentunya akan memberikan nilai tambah bagi pengembangan Desa Pentagen sebagai salah satu desa wisata yang tidak hanya menawarkan daya tarik wisata rekreasi, akan tetapi juga berbagai potensi wisata yang melibatkan masyarakat desa lebih luas lagi. Pada muaranya, pengembangan desa wisata tidak hanya untuk mengejar sebesar-besarnya pendapatan. Akan tetapi juga bagaimana pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan dan keberlanjutan kehidupan masyarakat desa secara ekonomi, sosial dan juga spiritual.

428

views