Mendongkrak Produksi Bibit Talas Semir
Tags: ITB4People, Community Services, Pengabdian Masyarakat, SDGs12
Sebagai salah satu komoditas andalan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, talas semir memiliki rasa legit dengan aroma harum sehingga tanaman ini diminati masyarakat untuk dijadikan bahan dasar kue atau camilan. Selain sebagai bahan pangan, tanaman ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik. Namun, saat ini keberadaan dan kualitas talas semir di Sumedang memprihatinkan. Produksinya mulai menurun karena stok bibitnya anjlok hingga hlngga 30%.
Padahal, tanaman ini tidak hanya diminati masyarakat lokal, tetapi juga masyarakat daerah lainnya, terutama di Bandung. Oleh karena itu, diperlukan beberapa teknik untuk memperbanyak bihitnya supaya dapat memenuhi permintaan pasar, terutama di tingkat petani pembudi daya talas. Untuk diketahui, talas merupakan tanaman pangan lokal yang diprioritaskan untuk diversifikasi dan ketahanan pangan.
Talas semir merupakan salah satu tanaman yang telah mendapat Tanda Daftar Varietas Tanaman, sebagai varietas lokal dengan Nomor 419/PVL/2017 yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Penanian Kementerian Pertanian Rlpada 16November2017. Namun, berbeda dengan jenis talas lainnya, untuk memperbanyak talas semir agak sulit jika dibandingkan dengan talas pratama I dan II, misalnya.
Oleh karena itu, membuat pembibitan talas semir menjadi sangat menantang sehingga perlu disusun materi SOP (prosedur operasional standar) pembibitan talas semir dan/atau prototipe persemaian benihnya. Materi tersebut dapat dimanfaatkan oleh komunitas petani talas pada umumnya di Kabupaten Sumedang melalui program kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM). Kegiatan ini berlangsung atas kerja sama Sekolah ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang, SMK PPN Tanjungsari, kelompok tani wakil kecamatan, dan kelompok tani binaan ICMI ORSAT Kabupaten Sumedang.
Pelaksanaan PPM SITH ITB ini diawali dengan kegiatan pertemuan wakil-wakil petani dan tokoh pemerhati talas di Tanjungsari, Kabupaten Bandung, pada 28 Februari 2021. Pada kegiatan tersebut disepakati keinginan besar unruk menjadikan Kabupaten Sumedang sebagai pusat bibit talas semir, kesediaan antarpihak untuk bekerjasama dengan SITH ITB dalam mengembangkan talas semir, pengujian kultur jaringan dan pengujian bahan demo dari hasil SOP atau prototipe tanaman tersebut.
Tindaklanjut dari penemuan Tanjungsari ialah pengujian teknik perbanyakan bibit talas semir melalui mata tunas, asal anakan, dan kultur jaringan yang dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan SITH ITB Kampus Jatinangor dan SMK PPN Tanjungsari. Kegiatan itu berguna unruk memastik.an keberhasilan teknik. yang diterapkan dan unruk bahan unjuk kinerja (demo) kepada petani. Lantaran kondisi pandemi covid-19 yang masih berlangsung dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sampai dengan akhir Juli 2021, penyampaiaan materi PPM dilakukan secara daring pada 18 Juli 2021 dalam bentuk webinar berjudul "Manajemen Penyediaan Bibit Talas Semir sebagai Upaya Peningkacan Produksi Talas Semir di Kabupaten Sumedang".
Webinar ini dihadiri pihak Dinas PKP Kabupaten Sumedang, wakil-wakil petani, ICMI ORSAT Kabupaten Sumedang, tim PPM SITH ITB, dan tokoh petani. Webinar ini menghasilkan kesiapan Dinas PKP untuk menguji pengendalian hama penyakit terpadu pada tanaman talas semir dan bantuan instalasi untuk pembibitan tanaman tersebut, di samping kesiapan shareholders dari wakil-wakil yang hadir untuk memberikan dukungannya dan koordinasi lebih lanjut.
Pusat talas semir di Kabupaten Sumedang ialah Desa Cikondang, Dusun Batugara dan Desa Dayeuh Luhur, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang. Kedua desa tersebut merupakan desa penghasil talas semir yang biasa menyalurkan umbi dan bibit talas semir ke wilayah lainnya di Jawa Barat, seperti Garut dan Sukabumi.
Dari pelaksanaan PPM dan kegiatan lanjutannya, kelompok tani talas semir dan petani talas pada umumnya diharapkan dapat melakukan pembibitan talas berkualitas yang berkelanjutan secara mandiri dan komersial melalui pusat pembibitan talas semir untuk memenuhi permintaan bibit dari para petani talas semir, baik secara lokal maupun nasional.
Kendala pembibitan
Pembibitan talas umumnya menggunakan anakan talas. Anakan yang dipakai harus dalam keadaan sehat dan berkualitas baik agar pertumbuhannya optimal. Namun, jumlah anakan talas semir sangat terbatas, hanya 5 atau 4 dari satu tanaman. Hal ini menyebabkan pembihitan anakan talas semir tidak dapat dihasilkan dalam jumlah banyak, terlebih jika terjadi kegagalan pembibitan.
Selain itu, media tanam yang tidak steril bisa menyebabkan berkembangnya hama dan penyakit seperti busuk batang dan busuk daun yang akan menyerang calon bibit sehingga biasanya bibit mati pada umur tiga atau empat bulan apabila tidak dilakukan pencegahan. Tindakan pencedengan pemberian pestisida dengan bahan aktif mancozeb, seperti Dithane ataupun jenis lain yang biasa petani gunakan.
Metode alternatif
Selain dengan menggunakan anakan talas, pembibitan talas juga bisa menggunakan mata tunas dari bonggol talas atau perbanyakan dengan kultur jaringan (lihat grafik). Hal ini menjadi altematif perbanyakan bibit talas berkualitas akibat terbatasnya jumlah anakan talas semir. Satu bonggol talas semir dapat menghasilkan kurang lebih 10 mata tunas. Pembibitan menggunakan mata tunas harus dipilih dari bonggol talas yang tidak cacat, utuh, dan bebas dari hama dan penyakit.
Mata tunas yang diambil dari bonggol harus dipastik.an tidak ada kerusakan dan dalam kondisi segar. Nantinya, mata tunas dapat disemai di baki yang dialasi koran atau cocopeat dan disemprotkan cairan nutrisi dan fungisida hingga mata tunas berubah bentuk menjadi berbatang dan berdaun. Mata tunas yang telah herbatang dan berdaun tersebut dapat dipindahkan ke polybag dengan media tanam yang bebas dari hama penyakit dan dirawat hingga siap tanam di lahan.
Kultur jaringan juga dapat digunakan sebagai metode pembibitan talas. Bagian mata tunas dapat dikembangkan melalui kultur jaringan supaya dapat menghasilkan bihit yang seragam dan jumlah yang dihasilkannya lebih banyak. Dari satu mata tunas dapat dikembangkan hingga menjadi 6 atau 8 tunas talasmelalui penambahan konsentrasi hormon benzyl amino purin (BAP). Padahal, pada metode pembibitan biasa satu mata tunas hanya dapat menghasilkan satu tunas. Oleh karena itu, pengembangan bibit talas semir dengan metode kultur jaringan sang at tepat untuk diaplikasikan. Kelompok tani dibantu SMK PPN Tanjungsari untuk mendapatkan bibit talas hasil kultur jaringan.
Antusias peserta
Webinar manajemen penyediaan bibit talas semir ini disambut antusias dari para pesena meskipun diadakan secara online. Peserta tidak hanya menerima materi mengenai pembihitan talas, tetapi juga mendapatkan materi mengenai business plan yangdapat dijalankan melalui pembibitan ini. Selain itu, dipaparkan juga mengenai kelembagaan unit bisnis Pusat Perbanyakan Bihit Talas Semir Sumedang (P2BTS2) yang dapat memfasilitasi petani hingga pemasarannya. Dari webinar ini, pemberdayaan masyarakat selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dari lembaga-lembaga terkait untuk memastikan keberjalanan pembibitan talas untuk petani. (M-4)