Menakar Kognisi Guru di Masa Pandemi
Tags: ITB SDGs, Quality Education, Educational Environment, Development Aid
Otak manusia merupakan pusat pengatur dari berbagai informasi sensoris maupun motorik yang diperlukan untuk beraktivitas sehari-hari. Selain iru, otak juga berfungsi menyimpan, mengintegrasi, menginterpretasi, bahkan menjadi sumber karakter/sifat seseorang. Fungsi ini diatur dalam organ dengan anatomi sena proses fisiologis yang kompleks.
Saat ini, salah satu teknologi terbaru pada bidang neurosains, khususnya yang berkaitan dengan otaksebagaisalah organ vital adalah perangkat EEG (Elecroencephaloghraph) yang sangat mudah diakses dan dioperasikan, salah satunya yaitu Muse EEG. Alat ini dapat menggambarkan dinamika berbagai jenis gelombang otak yang dikategorikan berdasarkan rentang frekuensinya. Jenis gelombang yang paling umum ditemukan pada manusia, yaitu gelombang alfa (7.5-13 Hz) dan beta (13-30 Hz). Gelombang alfa biasa ditemukan pada kondisi otak yang tenang dan rileks, sedangkan gelombang beta menunjukkan keadaan otak yang sedang beraktivitas kognitif seperti penggunaan logika, berpikir analitis, mempelajari informasi baru, dan lainnya.
Selain dilihat dari jenis gelombang, aktivitas otak juga dapat ditinjau herdasarkan letaknya. Alat Muse EEG dilengkapi empat buah sensor yang tersebar di daerah temporoparietal dan prefrontal. Daerah temporoparietal berperan penting dalam persepsi sensori, pemrosesan bahasa, informasi visual, serta memori. Sementara itu, daerah prefrontal lebih berfokus pada fungsi kognisi seperti penggunaan logika, pemrosesan informasi angka maupun bahasa, sena terlibat pula dalam proses pengolahan memori.
Profil kognisi otak dipengaruhi situasi dan kondisi seseorang. Pandemi covid-19 yang muncul di akhir tahun 2019 hingga kini, mengakibatkan perubahan nyata perilaku manusia. Situasi pandemi memaksa manusia beradaptasi dengan kebiasaan baru, seperti bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Di lingkungan Pendidikan, proses adaptasi dilakukan melalui aktivitas school from home (SFH) dengan bentuk pembelajaran secara daring. Hal tersebut memengaruhi performa kognisi otak yang dapat diamati dari aktivitas gelombang yang muncul dan kemampuan mengingat sesuatu hal.
Dalam rangka pengabdian masyarakat, kelompok keahlian (KK) fisiologi, perkembangan hewan dan sains biomedik, sekolah ilmu bekerja sama dengan KK instrumentasi dan kontrol, Program Studi Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung, belum lama ini meneliti profil kognisi otak di masa pandemi. Tim ini mengobservasi melalui responden dengan profesi guru. Dari situ diketahui, kemampuan kognisi responden mengalami perubahan berdasarkan pengukuran gelombang otak beta (frekuensi 13-30Hz). Uji kemampuan kognisi yang terkait performa otak melalui uji memori jangka pendek menggunakan perangkat MUSE EEG ini melibatkan sebanyak 13 orang guru (7 pria dan 6 wanita) dengan rentang usia 22-59 tahun di sekolah percontohan SMP Negeri 1 Cimahi.
Uji memori jangka pendek menggunakan metode California Verbal Learning Test (CVLT) yang dimodifikasi yaitu memberikan enam soal kombinasi huruf acak (2 hingga 12 huruf) dengan alokasi wakru kemunculan yang berbeda, bergantung pada jumlah karakter pada soal tersebut. Semakin banyak karakter pada suatu soal, semakin lama pula soal tersebut muncul. Naracoba diberikan waktu untuk memasukkan jawabannya ke Google form yang disediakan melalui gawai. Seminggu kemudian dilakukan kembali pengukuran kedua dengan mengubah salah satu atau dua huruf dengan angka pada soal. Pada saat proses uji memori tersebut, data gelombang otak beta terkait kognisi yang ditangkap EEG dapat dibaca pada gawai melalui program Mind Monitor yang kemudian dapat dianalisis dengan mudah melalui program Excel.
Data perolehan gelombang beta dihitung dan diberi nilai berdasarkan hasil skor dengan kode hari ke-1 (H1) dan hari ke-2 (H2), sena metode penilaian tampilan dengan kode Ml jumlah karakter huruf yang sama dengan soal, dan M2 urutan karakter huruf dan angka yang sama dengan soal.
Perbedaan kemampuan
Hasil analisis memori jangka pendek antargender (pria vs wanita), hari kesatu vs kedua, serta metoda Ml vs M2, menunjukkan perbedaan kemampuan mengingat huruf di hari kesatu, baik dari sisi jumlah, urutan, dan kombinasi dengan angka lebih tinggi wanita daripada pria. Seminggu kemudian ketika disisipkan angka pada kombinasi huruf pada soal yang sama, kemampuan pria, dan wanita cenderung sama.
Aktivitas kognitif seperti penggunaan logika, berpikir analitis, serta mempelajari informasi baru memengaruhi aktivitas gelombang beta di otak. Terlihat bahwa kemampuan kognisi responden seluruh untuk mengolah informasi terhadap pemunculan kombinasi huruf dan diulang kembali dengan menyisipkan angka di soal yang sama, temyata menurunkan memori jangka pendek sejalan dengan perubahan hari di masa pandemi.
Hal ini terkait dengan kemampuan otak untuk mengolah informasi baru dan berulang, semakin sering informasi diulang, data akan lebih mudah untuk diingat dalam bentuk memori jangka panjang. Memori jangka pendek menyimpan informasi dalam jangka waktu yang singkat, beberapa detik saja dengan informasi yang tersimpan terbatas, sekitar 6-7 hal sekaligus. Hal ini dapat dianalogikan bahwa kemampuan kognisi guru dan murid diduga mengalami penurunan bila materi tidak diulang secara langsung seusai pembelajaran agar ingatan terhadap pelajaran dapat bertahan lebih lama sehingga akan tersimpan dalam memori jangka panjang.
Diketahui wanita memiliki aktivitas gelombang beta yang lebih tinggi daripada responden pria, terutama pada kondisi istirahat. Perbedaan ini juga dipengaruhi jaringan saraf di otak wanita yang memiliki hubungan antarbelahan otak (hemisphere) yang lebih kuat daripada pria. Koneksi antarbagian yang lebih kuat memfasilitasi wanita umuk dapat mengimegrasikan pemikiran analitik dan logis dari otak kiri dengan pengolahan informasi spasial dan imuisi dengan lebih baik daripada pria.
Secara anatomi dan faal, belahan otak kiri merupakan bagi.an dominan dan berfungsi sebagai pusat kemampuan berbasis bahasa seperti menulis, membaca, dan berbicara, plus menganalisis, dan membuat keputusan. Sebaliknya, belahan otak kanan bertugas menganalisis informasi sensori dan menghubungkan tubuh dengan rangsangan dari luar. Pengenalan objek melalui sentuhan, penglihatan, pendengaran, dan rasa diatur pada otak kanan. Perbedaan anatomi antara belahan otak kiri dan kanan dapat diamati dari ukuran platinum temporale (terletak pada bagian atas lobus temporal otak) belahan otak kiri yang lebih besar daripada belahan otak kanan. Hal ini berhubungan langsung dengan keterlihatan otak kiri dengan olah huruf dan bahasa.
Sebagai kesimpulan, gelombang beta menunjukkan kerja otak seperti mengingat dan menyelesaikan masalah. Gelombang beta guru wanita lebih tinggi daripada guru pria di hari penama ketika sedang menyelesaikan soal CVLT, meskipun menunjukkan hasil yang mirip dengan guru pria seminggu kemudian. Jika materi pelajaran tidak dibaca atau diulang kembali segera setelah kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan secara SFH di masa pandemi, dapat berdampak terhadap penurunan kemampuan kognisi sehingga kinerja otak perlu distimulasi lebih baik. (M-4)