Memperkuat Identitas Batik Ampek Angkek dengan Semiotika

Batik Ampek Angkek di Kabupaten Agam Sumatera Barat merupakan batik yang diproduksi oleh SMK Negeri 1 Ampek Angkek, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam Sumatera Barat. Batik ini merupakan batik yang dilahirkan melalui inovasi budaya yang dilakukan oleh komunitas guru dan murid yang kemudian dikenal dan digunakan secara cukup luas di lingkungan masyarakat dan kedinasan di Kabupaten Agam, Bukit Tinggi, maupun Sumatera Barat. Melalui inovasi, pengembangan batik Tirai Ampek Angkek berpotensi menjadi identitas yang penting bagi komunitas masyarakat di Agam dan Bukit Tinggi.

Batik dapat menjadi penanda penting di dalam perkembangan dan kehidupan keseharian masyarakat Sumatera Barat. Batik menjadi kekayaan budaya yang menandai aktivitas, khazanah pemikiran, tradisi, dan produk budaya di dalam komunitas masyarakat. Berbagai sumber kebudayaan yang hadir di dalam kehidupan masyarakat diserap dan direpresentasikan sebagai motif, identitas visual, dan filosofi di dalam Batik Tirai Ampek Angkek. 

Di dalam produksi yang dilakukan selama ini, Batik Ampek Angkek diproduksi di dalam skala kecil. Batik ini diproduksi di workshop di lingkungan SMKN 1 Ampek Angkek Kabupaten Agam. Untuk kegiatan produksi, batik Ampek Angkek melibatkan guru, siswa, dan alumni yang direkrut sebagai pegawai. Sementera itu, pemasaran dilakukan secara terbatas berdasarkan pesanan dari instansi atau pada acara-acara expo di Sumatera Barat. 

Di dalam hal desain, batik Ampek Angkek merupakan batik yang masih mencari bentuk. Desain-desain yang telah dibuat didasarkan pada bentuk-bentuk yang berasal dari lingkungan alam (daun, bunga, binatang), bentuk rumah gadang, perkakas, dan berbagai hal yang relatif akrab di lingkungan visual Agam dan Bukit Tinggi. Akan tetapi, desain-desain ini masih perlu dimatangkan dengan mengeksplorasi berbagai kekayaan di lingkungan Sumatera Barat untuk kemudian diadaptasi menjadi desain yang menarik untuk Batik Ampek Angkek. Secara teknis juga produksi batik ini masih didasarkan pada teknik-teknik yang didapatkan dari berbagai pelatihan yang diikuti guru dan siswa.  

Tantangan yang muncul ialah bagaimana meningkatkan kemampuan para pegiat Batik Ampek Angkek ini di dalam menggali budaya sebagai sumber penciptaan desain batik, menerjemahkan berbagai fenomena di lingkungan mereka menjadi bahan untuk berkarya, dan melakukan pemosisian karya mereka di dalam pasar batik yang sudah ada. 

Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk melatih sumber daya manusia perajin Batik Tirai Ampek Angkek mengaplikasikan semiotika untuk membuat konten visual untuk media komunikasi digital dan motif Batik Tirai Ampek Angkek. Penerapan semiotika untuk pengembangan konten visual media komunikasi dan motif Batik Tirai Ampek Angkek, SMK Negeri 1 Ampek Angkek Kecamatan Ampek Angkek Kabupaten Agam Sumatera Barat dapat memperkuat identitas dan ciri khas Batik Tirai Ampek Angkek. Program ini merupakan program lanjutan dari tahun 2022 yang berfokus pada pelatihan penerapan semiotika untuk pembuatan caption content dan konten situs web.  

Bentuk Kegiatan

Pengabdian kepada masyarakat ini diawali dengan Diskusi Terpumpun (FGD) 5 Juni 2023. Diskusi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana realitas di lapangan, permasalahan, dan potensi yang dihadapi Batik Ampek Angkek. Selain itu juga digali bagaimana pembuatan Batik Ampek Angkek dari mulai pencarian ide, pembuatan dan penciptaan motif, hingga produksi. Ketika FGD tersebut kami berdiskusi dengan perancang Didi Budiarjo dari Yayasan Warisan Budaya Nusantara, dosen Binus University dan pegiat batik Dr. Suyin Pramono, S.Sn., M.Ds., dan Firzon Satriyadi, S.S., seorang budayawan Minangkabau di Bukit Tinggi. Dari diskusi ini, tim pengabdian kepada masyarakat memetakan persoalan-persoalan yang dapat dijadikan bahan untuk pelatihan pada pengabdian kepada masyarakat. 

Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada Rabu, 9 Agustus 2023 dengan pelatihan berjudul “Penerapan Semiotika dalam Pengembangan Konten Visual Batik Tirai Ampek Angkek di Kabupaten Agam, Sumatera Barat”. Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Kelompok Keahlian Literasi Budaya Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung bekerja sama dengan SMKN 1 Ampek Angkek Kabupaten Agam. Tim terdiri atas Prof. Dr. Yasraf Amir Piliang, M.A., Dr. Tri Sulistyaningtyas, Yani Suryani, M.Hum, dan Ghina Zoraya Azhar. Pelatihan tersebut dibuka oleh Kepala Sekolah SMKN Ampek Angkek, Gusti Kamal, S.Pd., M.Pd. 

Materi diawali dengan pemaparan tentang “Gaya Hidup dan Selera”, yang disampaikan oleh narasumber Jejen Jaelani, S.S., M.Hum. seorang penulis buku Teori Budaya Kontemporer. Di dalam materi ini dipaparkan definisi, fungsi, dan sejarah gaya, serta bagaimana kaitan gaya dengan diri, masyarakat, dan konsumsi. Kemudian dibahas bagaimana gaya menjadi aspek yang sangat penting di dalam membentuk gaya hidup. Gaya hidup adalah kode gaya kelompok tertentu. Gaya hidup merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakat saat ini. Selain itu, di dalam kaitannya dengan gaya hidup, dibahas juga persoalan selera. Selera adalah kekuatan atau kemampuan membedakan keindahan dari kelainan bentuk dan ditunjukkan dalam preferensi yang diberikan pikiran yang dibentuk dengan benar kepada satu objek di atas yang lain. Selera dibentuk dan membentuk budaya tinggi, budaya massa, dan berbagai fenomena yang ada di masyarakat. 

Materi kemudian dilanjutkan dengan pemaparan mengenai “Semantika Desain”, khususnya tentang image board dan image chart. Di dalam sesi ini, peserta disuguhkan materi tentang perentangan dan pengelompokkan berbagai citra/gambar berdasarkan gaya, gaya hidup, selera, dan kelas sosial. Perentangan dan pengelompokkan citra/gambar ini menjadi hal yang mendasar untuk menentukan pemosisian Batik Ampek Angkek di dalam kaitannya dengan batik-batik, kain-kain, dan gaya hidup yang mana yang sesuai dengan mereka. Pemahaman mengenai gaya hidup dan selera ini menjadi dasar bagi pembuatan image chart dan image board bagi komunitas Batik Ampek Angkek untuk mengetahui berbagai macam gaya hidup dan selera yang ada di masyarakat. Atas dasar hal tersebut, kemudian komunitas ini dapat mengidentifikasi dan melalukan pemosisian karya atau produk batik mereka ada di dalam gaya hidup dan selera masyarakat yang mana.

Pada sesi ketiga, materi yang disuguhkan adalah  “Sejarah Batik dan Budaya Minangkabau”. Materi ini memperkaya pengetahuan para peserta tentang bagaimana posisi dan fungsi batik di dalam sejarah dan budaya Minangkabau. Pemaparan tentang jenis-jenis batik seperti batik tanah liet membuka wawsan peserta tentang kekayaan batik yang ada di dalam budaya Minangkabau.

Selain itu, para peserta juga ditantang untuk mempraktikkan hasil pelatihan dengan membuat image board dan image chart. Para peserta ditantang untuk mengidentifikasi posisi desain yang akan mereka buat, baik menurut gaya, kelas sosial, dan selera. Mereka harus memosisikan desain yang akan mereka buat apakah tradisional atau modern, minimalis atau ornamentalis, selera tinggi atau selera rendah, eksklusif atau produksi massal, dan seterusnya.

Pelatihan tersebut diikuti oleh 40 orang peserta yang terdiri atas guru dan siswa SMKN 1 Ampek Angkek. Para guru yang mengikuti pelatihan berasal dari Program Studi Desain Produksi Kriya, Tata Busana, dan Desain Komunikasi Visual.  Para peserta antusias mengikuti pelatihan karena materi yang diberikan merupakan pengetahuan yang baru dan aplikatif untuk mereka gunakan di dalam praktik mendesain. Dengan mengetahui dan menerapkan image board dan image chart, para siswa dan guru-guru dapat mengidentifikasi segmen dan gaya desain yang tepat untuk segmen tersebut. Pelatihan diisi juga dengan berbagai tanya jawab untuk mengeksplorasi materi dan rasa ingin tahu para siswa dan guru.

Pelatihan tersebut dilaksanakan di Aula Gedung Serbaguna SMKN 1 Ampek Angkek. Selain materi, para peserta juga diberikan materi kuis, game, dan penyegaran oleh tim pengabdian kepada masyarakat. 

236

views