Mempelajari Tipe Manajerial dari Tipe Kepribadian
Tags: ITB4People, Community Services, SDGs8
Mungkin para pembaca sudah pernah mendengar tentang tipe kepribadian berdasarkan MBTI (Myers-Briggs Type Indicators), dimana terdapat 16 kategori atau tipe kepribadian dari setiap manusia? Para peneliti dari Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung (SBM ITB), mengamati bahwa walaupun teori 16 tipe kepribadian ini banyak digunakan dalam dunia popular dan juga dalam pelatihan-pelatihan, tidak banyak eksplorasi teori ini dilakukan dalam konteks ilmiah (mungkin hanya dalam kalangan tertentu saja). Oleh karena itu, para peneliti berusaha mendokumentasikan bukti seberapa koheren teori ini (yang disebut Jungian personality theory) dengan pengalaman atau tipe manajerial dari beberapa manajer.
Dengan menggunakan pendekatan phenomenology, yang mengedepankan pengalaman dari masing-masing manajer yang diteliti, para peneliti awalnya menggunakan sebuah alat ukur terkait dengan Jungian personality theory yang dapat diakses secara online kepada para pegawai di suatu organisasi pendidikan. Dari hasil pengukuran ini, didapati bahwa terdapat beberapa manajer yang juga mengikuti undangan pengisian alat ukur tersebut. Kemudian, empat orang manajer disampel untuk kemudian dapat diwawancarai. Berdasarkan alat ukur tersebut, empat orang manajer yang dimaksud memiliki tipe kepribadian yang kurang lebih mirip namun berbeda (sengaja dipilih seperti ini, agar dapat dibandingkan), yaitu INTJ (Introversion-iNtuition-Thinking-Judging), ENTJ (Extraversion- iNtuition-Thinking-Judging), ISFJ (Introversion-Sensing-Feeling-Judging), dan ESFJ (Extraversion-Sensing-Feeling-Judging). Sebelum diwawancarai, para manajer belum mengetahui apa tipe kepribadian mereka (agar tidak mempengaruhi jawaban dari wawancara). Secara umum, pengamatan awal ini mendapati bahwa manajer INTJ dan ENTJ memiliki tipe manajerial yang mirip namun ada perbedaannya sedikit. Begitu pula dengan manajer ISFJ dan ESFJ yang memiliki tipe manajerial yang mirip namun dengan sedikit perbedaan. Persamaan dan perbedaan ini dikaitkan dengan fungsi-fungsi kognitif dominan yang diteorikan sebagai karakteristik dari seorang INTJ, ENTJ, ISFJ, dan ESFJ.
Tipe |
Karakteristik berbasis Teori (Berens dan Nardi, 2004, halaman 4) |
Praktek Manajerial (dari hasil wawancara) |
INTJ |
Memaksimalkan prestasi. Menyusun strategi jangka panjang. Mewujudkan perkembangan menuju tujuan. Berpikir secara sistem. Berbakat untuk melihat alasan di balik sesuatu. Berada di ujung tombak. Mempertahankan kemandirian. |
Membuat sistem koordinasi, bertindak sebagai direktur pelaksana. Memastikan bahwa semua anggota rukun satu sama lain untuk mencapai tuntutan kerja. Bersifat memantau namun mengharapkan anggota untuk bekerja secara mandiri dan kooperatif. |
ENTJ |
Memaksimalkan talenta-talenta. Memimpin sumber daya menuju kemajuan. Eksplorasi secara intuitif. Menjalin kemitraan. Mentoring dan memberdayakan. Berbakat untuk mengoordinasikan banyak proyek. Menyeimbangkan perdamaian dan konflik. |
Memantau kemajuan pekerjaan secara langsung dan mendelegasikan orang-orang dengan bakat tertentu pada posisi yang tepat sesuai keinginannya. Memberikan peringatan kepada anggota yang tidak berprestasi sambil terus bekerja tanpa orang tersebut. |
ISFJ |
Memperhatikan apa yang dibutuhkan dan apa yang berharga. Berbakat untuk berorganisasi secara hati-hati dan suportif. Menikmati tradisi. Berperilaku ramah dan menyenangkan. Merasakan pencapaian. |
Menginginkan anggota tim merasa nyaman dalam pekerjaan mereka menggunakan struktur yang mapan. Menugaskan pekerjaan berdasarkan apa yang dirasa nyaman oleh masing-masing anggota. Memperhatikan perasaan anggota tim. Merasa tercapai ketika anggota merasa bahagia. |
ESFJ |
Menerima dan membantu orang lain. Mengelola orang-orang. Mendengarkan kebutuhan orang. Menyuarakan keprihatinan dan mengakomodasi kebutuhan. Mengagumi keberhasilan orang lain. Berbakat dalam memberikan orang lain apa yang mereka butuhkan. Menjaga agar hal-hal tetap menyenangkan. |
Menyesuaikan gaya manajerialnya untuk mengakomodasi gaya anggota. Menyuarakan kekhawatiran tentang apa yang perlu dilakukan sambil mendengarkan kebutuhan anggota. Memastikan dirinya menjadi orang yang membuat anggota merasa nyaman bercerita, yang pada akhir mendukung pekerjaan yang baik. |
Hasil Penelitian dan Implikasi
Secara teori, seorang INTJ dan seorang ENTJ memiliki dua fungsi kognitif dominan yang sama, yang dinamakan introverted intuition (fungsi paling dominan dari INTJ) dan extraverted thinking (fungsi paling dominan dari ENTJ). Introverted intuition secara dasar menekankan suatu visi atau misi yang ingin dicapai, sedangkan extraverted thinking menekankan pentingnya membangun suatu bentuk sistem yang terorganisir. Dalam konteks manajerial, kedua manajer ini sangat memperhatikan atau menekankan efektifitas pekerjaan, khususnya terkait dengan pencapaian tujuan dari pekerjaan tertentu. Dominasi prioritas ini sangat berbeda dengan manajer ISFJ dan manajer ESFJ, yang lebih mengedepankan pentingnya mengikuti prosedur yang sudah ada dan kesejahteraan anggotanya. Secara teori, seorang ISFJ dan seorang ESFJ memiliki dua fungsi kognitif yang juga sama, yang dinamakan introverted sensing (fungsi paling dominan dari ISFJ) dan extraverted feeling (fungsi paling dominan dari ESFJ). Introverted sensing mengedepankan pengalaman-pengalaman yang tersimpan dalam memori, sementara extraverted feeling menekankan harmoninasi nilai dengan lingkungan sekitar.
Dari hasil studi ini, secara umum, seorang manajer xNTJ (baik introvert maupun extrovert) tampaknya akan lebih mementingkan bagaimana mencapai tujuan kedepan dengan menciptakan suatu sistem koordinasi atau organisasi tertentu. Namun, seorang manajer xSFJ (baik introvert maupun extrovert) tampaknya akan lebih mementingkan bagaimana agar apa yang dilakukan mengikuti prinsip-prinsip yang sudah ada dan memberikan kenyamanan dan/atau kesejahteraan bagi para anggotanya. Apakah para pembaca pernah mendapati manajer atau pimpinan yang memiliki tipe manajerial yang berbeda ini? Ataukah kedua hal ini juga menggambarkan diri pribadi anda juga?
Dengan memahami beberapa perbedaan ini, dalam kacamata tipe kepribadian, para peneliti ingin menyampaikan bahwa pada dasarnya tidak ada aturan yang absolut tentang tipe manajerial yang paling sempurna. Manusia pada dasarnya akan memiliki tipe kepribadiannya masing-masing yang sedikit banyaknya bisa mempengaruhi cara memimpin dan/atau prioritas tipe manajerial tertentu dalam kepemimpinannya. Karena perbedaan-perbedaan ini, mungkin sekali akan terjadi konflik dalam suatu organisasi yang didasari pada ketidakpahaman dari masing-masing tipe kepribadian. Konflik ini dapat diperpanjang dengan saling tuduh menuduh dan bullying. Seseorang yang menganggap bahwa tujuan organisasi adalah yang paling penting di atas kesejahteraan dan/atau kenyamanan orang-orang didalamnya akan sangat mungkin terlibat dalam konflik dengan seseorang yang mengedepankan kesejahteraan dan/atau kenyamanan orang-orang didalamnya ketimbang tujuan organisasi itu sendiri.
Secara praktis, yang dapat dilakukan seseorang untuk dapat mengembangkan dirinya adalah apabila kita dapat mulai mempelajari fungsi kognisi yang tidak biasa kita gunakan. Misalkan, apabila kita terbisa memikirkan tujuan dari suatu usaha, mungkin ada baiknya kita memikirkan juga bahwa prosedur-prosedur atau prinsip-prinsip yang terkesan “menghalangi” pencapaian tujuan ini sebenarnya dapat memberikan pandangan atau perspektif lebih terhadap bagaimana tujuan dapat dicapai dengan lebih baik. Sebaliknya, apabila kita terlalu berorientasi pada prosedur atau prinsip yang sudah ada, mungkin ada baiknya kita mulai memikirkan bahwa kadang-kadang suatu prosedur juga perlu diperbaiki untuk dapat mencapai tujuan dengan lebih baik. Pada akhirnya, mempelajari tipe kepribadian diri kita dan orang lain adalah cara untuk dapat mengembangkan dan memperbaiki diri terutama dalam hal relevansinya terhadap tipe manajerial, dengan tetap menyadari kecenderungan naluriah dari masing-masing diri kita.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, studi ini merupakan studi awal yang mencoba menghubungkan tipe kepribadian dengan tipe manajerial. Dari kacamata tipe kepribadian yang berbasis Jungian personality theory, masih ada 12 tipe kepribadian lainnya yang dapat dieksplorasi, seperti INTP, ENTP, INFP, ENFP, INFJ, ENFJ, ISTP, ESTP, ISTJ, ESTJ, ISFP, dan ESFP. Dengan mempelajari secara ilmiah semua tipe kepribadian ini, diharapkan kita akan dapat memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi untuk dapat menghadapi orang-orang dengan kepribadian yang beragam. Namun, perlu disampaikan, bahwa teori kepribadian ini merupakan satu kacamata saja untuk dapat mempelajari kepribadian (bukan satu-satunya pendekatan). Contoh kacamata lainnya dalam mempelajari kepribadian adalah teori Big Five Personality dan DISC.
Lebih dari Sekedar TIpe Kepribadian: Kompleksnya Manusia
Selain itu, perlu diingat bahwa karakteristik dari setiap tipe kepribadian tidaklah absolut. Setiap manusia tidak hanya dapat dipelajari dari kacamata tipe kepribadian, namun dari berbagai kacamata lainnya, seperti cultural identity. Seorang ENFJ yang berasal dari Indonesia mungkin sekali dapat memiliki perbedaan kepribadian dengan ENFJ yang berasal dari Amerika Serikat. Cara hidup, kepercayaan, dan sosialisasi di Indonesia dan di Amerika dapat mempengaruhi bagaimana seorang yang berkarakterisitik ENFJ mengekspresikan dirinya, walaupun mungkin sekali juga ada benang merah yang dapat ditarik. Kemudian, hal-hal ini akan berkontribusi pada keberagaman dalam suatu organisasi, terlepas dari apakah orang-orang didalamnya akan dapat menerima orang tersebut atau tidak. Contoh lainnya, seorang INFP yang berprofesi sebagai guru mungkin akan memiliki perbedaan kepribadian dengan seorang INFP yang berprofesi sebagai seorang wirausaha. Dalam hal ini, profesi menjadi salah satu aspek dari cultural identity seseorang yang memberikan suatu pola nilai dan sistem kepercayaan sendiri.
Belum lagi, setiap dari manusia pun memiliki kecenderungan moral yang berbeda-beda, yang mungkin sedikit banyaknya terpengaruh oleh pola asuh, budaya, dan berbagai kontak sosial dan budaya yang dialami oleh seseorang. Ini berarti bahwa seorang yang diteorikan merupakan pribadi yang goal-oriented (seperti INTJ, ENTJ, INFJ, dan ENFJ) akan dapat berperilaku berbeda sesuai dengan moral personality dari masing-masing orang. Orientasi terhadap tujuan sangat dapat memberikan efek yang positif dan negatif terhadap dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Tipe kepribadian hanya melihat struktur kognisi dari seseorang, namun tidak melihat substansi nilai ataupun etika yang dibawa oleh masing-masing orang.
Penelitian ini sudah dipublikasikan di Journal of Management Development pada tahun 2021. Dikarenakan cakupannya yang kecil, studi ini merupakan studi awal yang secara prinsip mendorong penelitian lainnya untuk dapat memahami tipe kepribadian pimpinan. Tim peneliti terdiri dari Andika Putra Pratama, Adita Pritasari, Nurfaisa Hidayanti, Marina Natalia Tampubolon, dan Nur Budi Mulyono.