Membumikan Literasi Digital dan Interpersonal Skills untuk UMKM Kuliner di Luwu

Kabupaten Luwu merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki banyak potensi wilayah dan kemasyakatan yang masih bisa dikembangkan di antaranya ialah potensi sektor kuliner. Bagaimana tidak Kabupaten Luwu memiliki banyak kuliner yang menarik dan rasanya tidak kalah dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. UMKM kuliner di Kabupaten Luwu memiliki kekhasan dan keberagaman dalam produk kulinernya. Makanan khas daerah, seperti nasu kadundung (sup ayam kampung bercitra rasa asam segar dihidangkan dengan nasi), dan kapurung (hidangan tradisional yang terbuat sagu disajikan dengan rebung yang direbus dengan rempah khas Luwu), ikan Parede (potongan ikan kakap putih atau ikan lamuru yang direbus dengan kunyit, garam, serai dan buah khas daerah Luwu patikala), dan pacco (makanan berbahan baku ikan segar dengan asam cuka) merupakan beberapa contoh produk kuliner yang populer di daerah ini. Kuliner lainnya yang banyak dikembangkan di daerah Luwu di antaranya ialah kopi, bawang goreng, gula aren, dan makanan ringan seperti aneka kue khas Luwu (kue gambu dan sebagainya).

Banyaknya kuliner di Luwu ini sebetulnya dapat menjadi salah satu penggerak perekonomian di Kabupaten tersebut. Akan tetapi, keberadaan UMKM di Kabupaten Luwu ini masih harus menghadapi beberapa tantangan. Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh UMKM kuliner di daerah ini ialah akses terbatas ke pasar yang lebih luas, keterbatasan pengetahuan tentang teknologi digital dan pemasaran online, berikut keterbatasan keterampilan interpersonal dalam berinteraksi dengan pelanggan dan mitra bisnis.

Masalah lainnya, ialah keberadaan akses internet yang masih terbatas. Beberapa wilayah di Kabupaten Luwu selain di pusat Kabupaten Luwu (Belopa) ada yang masih sulit terjangkau jaringan/akses internet. Jika ada pun belum terjangkau sinyal 4G. Ketidakmerataan akses internet inipun yang menyebabkan belum adanya transportasi online sehingga layanan pengiriman secara online langsung menuju rumah pun masih belum tersedia. Seperti yang diketahui, keberadaan internet bagi UMKM saat ini sangat memudahkan karena dengan adanya internet masyarakat pelaku UMKM dapat membuat toko dengan biaya nihil atau gratis melalui pemasaran online. Pemasaran melalui toko online ini sangat bermanfaat terutama untuk memperkenalkan hasil-hasil produk kuliner ke luar wilayah baik secara nasional maupun internasional.

Meskipun demikian, adalah tugas institusi seperti halnya Institut Teknologi Bandung yang harus menjadi jembatan dalam mendidik masyarakat khususnya UMKM agar mereka siap dan paham mengenai literasi digital dan Interpersonal Skills ketika kemajuan zaman semakin merata di semua wilayah di Indonesia. Membumikan literasi digital dan interpersonal skills menjadi tema besar dalam Pengabdian Masyarakat yang dilakukan oleh tim ITB dari Kelompok Keahlian Ilmu-Ilmu Kemanusiaan, Fakultas Seni Rupa dan Desain di Kabupaten Luwu dengan selalu mengedepankan kemanfaatan SOSIOTEKNOLOGI. Tujuan utamanya ialah agar para pelaku UMKM siap menghadapi era teknologi dan yang terpenting ialah agar produk UMKM kuliner Luwu dapat bertahan dan bahkan produk hasil dari UMKM ini akan semakin dikenal luas oleh masyarakat baik secara nasional maupun internasional didukung oleh perilaku dan etika yang baik dari penjualnnya setelah memahami keterampilan interpersonal.

Dalam Pengabdian Masyarakat skema Penelitian Pengabdian Masyarakat dan Inovasi (P2MI) ITB 2023, tim Kelompok Keahlian Ilmu-ilmu Kemanusiaan, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung melaksanakan pelatihan literasi digital dan interpersonal skills bagi UMKM di Kabupaten Luwu. Pelatihan ini diselenggarakan di Hotel Belia di Belopa, pada tanggal 26 Juni 2023 dengan mengundang 60 peserta perwakilan dari 12 kelompok UMKM Kabupaten Luwu dan pelaku usaha kuliner, yaitu Perwakilan dari UMKM 3R Coffee, Mega Kopi, Bawang Goreng Tobarru, Warung Ceria, Warung Hamida, Gula Semut, Banua Coffee, Wanua Coffee, Gula Cair, Snack Lokal, U.D. Aleeya, dan Warkop Pa’puangan. Selain itu, acara ini dihadiri oleh Kepala dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian yang diwakili oleh Sekertaris Dinas (Hj. Kurniati, S.Ag). Mitra kerja di wilayah Kabupaten Luwu yaitu PT. Masmindo Dwi Area, sebagai perusahaan tambang yang mendukung usaha yang diwakili oleh Manager External Relation PT.Masmindo Dwi Area (Bpk. Yudhi Purwandi) dan 5 (lima) orang Staf Dept. CDE Masmindo. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan terjalin pentahelix antara masyarakat, akademisi, pelaku usaha, pemerintahan dan perusahaan yang tentunya akan sangat membantu keberadaan UMKM kuliner di Kabupaten Luwu.

Dalam acara ini, pelatihan literasi digital dipandu oleh mahasiswa Institut Teknologi Bandung jurusan Manajemen Rekayasa, dari Fakultas Teknologi Industri, Akhdan Irfan Fauzan. Pelatihan literasi digital yang dilaksanakan berupa pendampingan pembuatan toko online melalui aplikasi Tokopedia. Sedangkan pelatihan interpersonal skills berupa tata cara beretika dan berprilaku sebagai seorang penjual yang baik kepada pembeli/pelanggan diberikan oleh Dr. Sutiadi Rahmansyah, M.Hum yang juga ketua tim pelaksana acara.

Pelatihan Pembuatan Toko Online

Pada sesi pertama dilaksanakan pelatihan literasi digital berupa pelatihan pembuatan toko online oleh tim sebagai bentuk pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan UMKM kuliner di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Seperti diketahui, pada saat ini memiliki toko online adalah peluang terbesar untuk UMKM dalam meraup keuntungan. Hal ini disebabkan karena dengan memiliki toko online maka pelaku usaha UMKM dapat menjual dan memasarkan produknya selama 24 jam non-stop. Pelatihan literasi digital ini dipandu oleh mahasiswa ITB, Akhdan Irfan Fauzan, dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memanfaatkan aplikasi Tokopedia secara efektif dan efisien. Melalui pelatihan ini diharapkan UMKM kuliner akan mampu menghadapi tantangan dan peluang di era digital.

Tokopedia dipilih sebagai sarana untuk memperkenalkan produk unggulan kuliner di Kabupaten Luwu karena kemudahan dalam pengoprasiannya. Selain itu, dengan membuka toko di Tokopedia diharapkan masyarakat akan dapat memiliki akses ke pasar yang lebih luas (ruang lingkup nasional/internasional), dukungan logistik yang terintegrasi, mempermudah promosi dan pemasaran, mendapatkan analisis data penjualan, memiliki komunitas, dan mendapatkan keamanan dalam bertransaksi. Dengan keuntungan-keuntungan tersebut, masyarakat lokal dapat meningkatkan peluang kesuksesan mereka dalam menjalankan bisnisnya di era digital. Selain itu, dengan pelatihan ini diharapkan UMKM kuliner di Luwu, Sulawesi Selatan dapat mengoptimalkan potensi bisnis mereka, meningkatkan daya saing, dan berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal serta menciptakan dampak sosial yang positif bagi UMKM kuliner di pasar yang semakin kompetitif. Sasaran pelatihan ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga dampak jangka panjang dalam meningkatkan kesejahteraan dan perkembangan UMKM kuliner setempat.

Penguatan Interpersonal Skills Melalui Prinsip Kerjasama

Selain literasi digital, memiliki interpersonal skills yang mumpuni penting bagi para penggiat UMKM kuliner di Kabupaten Luwu. Pada pelatihan yang diberikan oleh Dr.Sutiadi Rahmansyah, S.S.M.Hum, pelaku UMKM kuliner diajarkan empat aspek keterampilan interpersonal yang penting untuk dimiliki penjual, yaitu pemahaman mengenai prinsip kerjasama berlandaskan pada teori pragmatik dari Grice (1975). Prinsip  kerjasama merupakan prinsip komunikasi yang umumnya dipelajari dalam bidang ilmu linguistik yang terdiri atas empat buah maksim, yaitu maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim hubungan, dan maksim cara.

Maksim kualitas berkaitan tatacara penyampaian informasi kepada pelanggan dengan mengacu pada poin berikut ini. Ketika berkomunikasi dengan pembeli maka pembicara dalam hal ini penjual harus memberikan informasi yang jujur dan sesuai dengan apa yang ia ketahui seperti yang dikemukakan oleh Grice:

  • Jangan memberi informasi yang anda yakini itu salah.
  • Jangan memberi informasi yang tidak memiliki cukup bukti.

Kedua ialah maksim kuantitas, yaitu mengacu pada tatacara penjual dalam berkomunikasi dengan pembeli agar dapat memberikan informasi yang ringkas, padat dan jelas. Sesuai dengan prinsip kerjasama Grice yaitu:

  • Jangan bertele-tele berikan informasi seinformatif mungkin.
  • Jangan memberi informasi yang berlebihan.

Ketiga ialah maksim hubungan yang berkaitan dengan kemampuan penjual untuk membangun dan memelihara hubungan yang baik dengan pembeli. Dalam hal ini penjual diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda. Hal ini sesuai dengan prinsip kerjasama Grice yaitu:

  • Jangan berikan informasi yang tidak berhubungan dengan konteks pembicaraan.

Maksim yang terakhir ialah maksim cara yang menekankan pada tatacara berkomunikasi bagi penjual agar dapat memberikan informasi yang mudah dipahami oleh lawan bicara dalam hal ini pembeli, yaitu:

  • Jangan berikan informasi yang tidak jelas.
  • Jangan berikan informasi yang ambigu/rancu.
  • Jangan berbicara panjang lebar (harus ringkas).
  • Jangan berikan informasi yang tidak beraturan (pastikan informasi yang diberikan tersusun rapi).

Dengan memahami keempat jenis maksim tersebut diharapkan akan menambah pengetahuan para pelaku UMKM dan meningkatkan keterampilan interpersonal mereka. Selain itu, diharapkan dapat menjadi panduan bagi penjualagar mampu memahami tatacara berkomunikasi yang baik dan benar dengan pembeli.

Setelah dilaksanakan pengabdian masyarakat berupa pelatihan literasi dan interpesonal skills oleh tim Kelompok Keahlian Ilmu-ilmu Kemanusiaan, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung diharapkan para pelaku UMKM kuliner di Kabupaten Luwu akan dapat mengimplementasikan ilmu telah diberikan dalam bisnis mereka dan akan berdampak positif pada kebangkitan perekonomian di Kabupaten Luwu.

346

views