Memasyarakatkan Sistem Otomasi untuk Petani

Memasyarakatkan Sistem Otomasi untuk Petani

Tags: ITB4People, Community Services, Pengabdian Masyarakat, SDGs9

Bidang pertanian dan perkebunan ialah tulang punggung kesejahteraan suatu bangsa. Konsumsi dan distribusi hasil pertanian dan perkebunan merupakan salah satu penggerak ekonomi masyarakat.

Agar pertanian lebih menyejahterakan pet­aninya, perlu dibangun sistem yang mem ung kinkan pengoperasian yang lebih efisien, baik pada lahan sempit maupun pada lahan yang lebih luas. Untuk keperluan tersebut, sistem otomasi pertanian sangat dibutuhkan.
 
Sisiem momasi dapat mengurangi jumlah personel dan mengurangi biaya operasional, khususnya biaya tenaga kerja yang bisa mencapai 30% dari biaya total. Otomasi pertanian dapat dilakukan pada berbagai aspek ke­giatan budi daya pertanian, seperti pengolahan tanah,penanaman, irigasi pemupukan, dan pengendalian hama penyakit.

Penerapan sistem otomasi pertanian akan membantu operasi kegiatan usaha pertanian berjalan lebih baik. Pemberian air dan nutrisi menjadi lebih akurat, dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan begitu, hasil dan produksi bisa maksimal.

Untuk memasyarakatkan kompetensi membangun sistem otomasi pertanian di ka­langan kader petani, dibentuklah tim Prog­ram Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) yang terdiri dari dosen Prodi Rekayasa Pertanian SITH ITB, Teknik Fisika FTI ITB, serta Teknik Elektro Unjani yang bekerja sama dalam wadah Pusat Teknologi Instrumentasi dan Otomasi (PTIO) ITB.
 
Pada Juni 2021, tim ini menyelenggarakan rangkaian acara Pelatihan Sistem Otomasi Pertanian dalam bentuk webinar daring pada 18 Juni 2021 dan pelatihan tatap muka untuk para kader kelompok tani di Cipacing Jatinangor pada 19 Juni serta pelatihan tatap muka untuk Komunitas Hidroponik Cimahi pada 20 Juni 2021.

Kurikulum pelatihan ini dirancang un­tuk secara cepat memberikan pengalaman membangun sistem otomasi dalam bidang pertanian, yang kemudian dengan mudah dikembangkan untuk berbagai aplikasi pertanian yang lebih kompleks.

Pada webinar daring, Dr. Aep Supriyadi (SITH ITB-ketua tim PPM), Dr. Estiyanti Ekawati (FTI ITB), Dede Irawan Saputra, S.Pd., M.T. (Unjani), dan Irvan Budiawan, S.T., M.T. (Unjani) memberikan pembekalan mengenai aspek-aspek otomasi pertanian yang esensial dan dapat segera diterapkan untuk sistem pertanian.

Keesokan harinya, tim ini mengunjungi MTS Darul Hufad Hidroponik Farm di Dusun Bojong, Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Di tempat ini tim memberikan pelatihan penerapan sistem otomasi pertanian pada sistem hidroponik DFT (deep flow technique), NFT (mari­enr film technique), rakit apung, serta polybag pembibitan dan pertumbuhan. Peserta hari itu merupakan anggota kelompok petani hidroponik di Jatinangor.

Mereka mengikuti demonstrasi dan prak­tik pengendalian suhu dan kelembapan untuk mendukung pertumbuhan tanaman dalam berbagai sistem pertanian tersebut. Pelatihan serupa dilanjutkan pada hari berikutnya bertempat di Yayasan Darul Husna, dengan diikuti oleh anggota Komunitas Hidroponik Cimahi.

Pada dua hari pelatihan tatap muka yang dilaksanakan sesuai protokol kesehatan, peserta mengikuti praktik pengukuran kelembapan lingkungan, kelembapan tanah dan suhu air menggunakan sensor elektronik. Data pengukuran sensortersebut dikirimkan ke pengontrol mikro ESP8266.

Berdasarkan data yang diterimanya, pe­ngontrol ini mengatur operasi pompa mist, aerator, dan pompa nutrisi agar tercapai kondisi lingkungan yang optimal untuk penumbuhan tanaman. Pengontrol mikro ini juga dilengkapi fitur untuk mengirim­kan data melalui jaringan internet. Data ini dapat diakses melalui telepon genggam yang dilengkapi aplikasi Blynk. Melalui aplikasi ini, petani dapat dengan nyaman memantau data-data suhu, kelembapan, serta pengoperasikan pompa baik secara otomatis maupun manual.

Menambah wawasan

Praktik tersebut didukung oleh enam ma­hasiswa ITB yang bergabung dalam skema Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), sebagai instruktur pelatihan. Mereka ialah tiga mahasiswa Prodi Teknik Fisika FTI ITB, yaitu Selvia, Widya Ayu Salsabila, dan Rizky Arif, serta tiga mahasiswa Prodi Rekayasa Pertanian, yaitu Nanda Qonita, Rachma Kharismawati, dan Novan Kopriadi.

Pelatihan ini disambut baik oleh para peserta. Jalaluddin selaku perwakilan petani menyatakan sangat terbantu oleh pelatihan ini. Menurutnya, pelatihan ini menambah wawasan petani sekaligus mengembangkan cara berpikir milenial, yang memanfaatkan berbagai gawai untuk memantau kondisi pertaniannya.

"Perangkat ini secara otomatis bisa mem­bantu tingkat produksi dan kualitas hasil tani, juga bisa mengurangi tenaga kerja yang lebih efisien dan lebih hemat mengurangi biaya produksi" tandasnya.

Dr. Aep Supriyadi selaku ketua tim me­nyampaikan bahwa otomasi dapat dikem­bangkan sesuai kebutuhan dan permasa­lahan yang ada di lapangan. Sebagai contoh, canaman hidroponik sistem rakit terapung seperti di Cipacing, rentan kekurangan ka­dar oksigen dalam larutan untuk suplai ke perakaran, atau terganggu oleh tingginya suhu lingkungan. Hal ini diatasi dengan memasang sistem otomasi aerator untuk meningkatkan aerasi dan kadar oksigen dalam larutan, serta pompa mist untuk menurun­kan suhu dan meningkatkan kelembapan lingkungan.

"Sistem ini dapat membantu petani dan dapat mengurangi tenaga kerja. Sistem ini dapat dioperasikan dari jarak jauh mela­lui jaringan internet dan diakses melalui telepon genggam, sehingga petani mudah menguasainya," paparnya.

Irvan Budiawan, S.T., M.T., dan Dede Irawan Saputra, S.Pd., M.T. dari Unjani menambah­kan, kemampuan teknis pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan sistem otomasi pertanian di kalangan kelompok tani perlu selalu dibangun melalui pembi­naan yang reguler dan sistematis. Dukungan perangkat dan pelatihan sangat dibutuhkan untuk membangun kader yang menyadari pentingnya sistem otomasi dalam menunjang efisiensi operasi pertanian di lahan sendiri serta komunikasi dan koordinasi antarlahan.

Setelah kesadaran ini terbentuk dan sistem otomasi menjadi bagian inheren dalam akti­vitas pertanian, keberlangsungannya akan terpelihara dan terus berkembang. Upaya menyiapkan ketersediaan SDM yang memiliki keterampilan membangun sistem otomasi pertanian, khususnya dalam kelompok tani, perlu dilaksanakan dalam bentuk pelatihan pembuatan berkala, sistematis juga melibat­kan ahli dan teknisi yang berpengalaman. 

Melalui pelatihan tersebut diharapkan tumbuh kader petani yang memiliki keahlian dalam membangun dan memelihara sistem otomasi pertanian, khususnya di wilayah Jatinangor dan Cimahi, Jawa Barat. Pelatihan pada Juni silam bertujuan membe­rikan kompetensi dasar, untuk membangun kesadaran membentuk jaringan, dan selan­jutnya bergulir ke pembinaan sistematis hingga dapat mencapai kemampuan startup pada periode-periode selanjutnya. (M-2)

337

views