Memanen Hujan untuk Ketersediaan Air Bersih di Cianjur

Memanen Hujan untuk Ketersediaan Air Bersih di Cianjur

Tags: ITB4People, Community Services, SDGs6

Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar dan terpanjang di Provinsi Jawa Barat dengan panjang sungai utama sekitar 269 km. Salah satu wilayah yang juga termasuk bagian DAS Citarum adalah wilayah Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur ini tepatnya terletak di bagian tengah DAS Citarum, dekat dengan Waduk Cirata. Berdasarkan data selama 21 tahun terakhir yakni dari tahun 2000 sampai tahun 2020, rata-rata curah hujan wilayah tahunan yang terbesar terjadi pada tahun 2016, yaitu 3.339 mm/tahun. Tipe iklim di wilayah DAS ini dapat dilihat berdasarkan data curah hujan wilayah bulanannya. Berdasarkan data curah hujan wilayah bulanan di DAS Citarum Tengah, wilayah ini memiliki tipe iklim munsoon yang ditandai dengan dua puncak hujan yang terkonsentrasi pada bulan basah yaitu bulan Oktober sampai Mei, dan memiliki curah hujan yang relatif kecil, yaitu berada di bawah 100 mm/bulan, pada bulan kering atau pada bulan Juni sampai September.

Berdasarkan hasil pemantauan kondisi lapangan yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa sebagian masyarakat di Kabupaten Cianjur masih belum memiliki akses terhadap air bersih dengan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas yang sesuai dengan Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Sebagai contoh pada tahun 2020, musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan warga di enam desa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat mengalami krisis ketersediaan air baku, sehingga warga terpaksa menggunakan air di badan Sungai Cisalak dengan kualitas yang tidak memenuhi baku mutu untuk memenuhi kebutuhan mandi, cuci, dan kakus (MCK).

Kondisi tersebut menunjukkan pentingnya pengelolaan sumber daya air untuk mengatasi ketimpangan air pada saat kekeringan di wilayah Kabupaten Cianjur salah satuya dengan menambah penyediaan air bersih alternatif seperti pembangunan Pemanenan Air Hujan (PAH) atau biasa juga dikenal sebagai Rainwater Harvesting (RWH).

Dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, ITB melalui Program Pengabdian Masyarakat Citarum Harum Tahun 2022, berkontribusi membangun PAH khususnya di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur. Penampungan Air Hujan (PAH) adalah proses menampung air hujan dan air ini digunakan kembali untuk berbagai kepentingan, misalnya keperluan irigasi (taman dan kawasan hijau), mencuci, bilasan toilet, atau bisa juga untuk diminum (setelah diproses sehingga kualitasnya memenuhi standar air minum). PAH biasanya diterapkan di area yang curah hujannya lebih dari 200 mm per tahun, dan Indonesia termasuk di antaranya.

Pada dasarnya banyak penduduk Indonesia yang menerapkan PAH secara tradisional, meletakkan ember atau bak penampungan di bawah atap untuk menampung air hujan dan kemudian menggunakannya untuk menyiram tanaman. Selain untuk menghemat air dan menjadi solusi untuk daerah yang kekurangan air dari sumber air tanah atau air permukaan, PAH kini sudah banyak diterapkan di kota-kota besar untuk mencegah banjir. Umumnya komponen yang diperlukan untuk sistem PAH adalah catchment area (atap rumah), saluran/pipa (dari atap rumah ke penampungan), filter, dan tangki penampungan. Filter yang digunakan bisa dari yang sederhana seperti sand filter sampai ke filter RO (reverse osmosis) jika airnya ingin digunakan sebagai air minum. Volume tangki penampungan bisa disesuaikan dengan jumlah air yang diperlukan atau ketersediaan tempat.

Pembangunan PAH yang dilaksanakan di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur telah rampung dilaksanakan sekitar akhir bulan Oktober 2022. Desa Cinangsi sendiri memiliki luas wilayah sebesar 1,5 km2 dengan ketinggian kurang dari 500 mdpl. Jumlah penduduk di Desa Cinangsi adalah sebanyak 6.810 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 454 jiwa/km2. Berdasarkan data BPS (2022), sebanyak 53,76% masyarakat di Kabupaten Cianjur mengandalkan sumur atau mata air terlindung sebagai sumber air utama, 14,04% menggunakan sumber air dari sumur atau mata air tidak terlindung, 5,32% menggunakan sumber air dari air ledeng, 22,25% menggunakan sumber air yang berasal dari sumur bor atau pompa, 0,19% menggunakan air kemasan, dan 4,44% menggunakan sumber air lainnya. Oleh sebab itu, pembangunan PAH juga tentunya diharapkan dapat mengurangi beban penggunaan air dari sumber-sumber tersebut sekaligus meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa Cinangsi.

Pembangunan PAH ini juga merupakan salah satu wujud upaya konservasi dimana air hujan tidak langsung dibuang namun dimanfaatkan terlebih dahulu untuk mengurangi limpasan. Disamping itu juga sebagai salah satu sarana penyediaan air bersih bagi warga sekitar.

Bangunan PAH berukuran 3x3x2 meter dapat menampung 18 kubik air hujan. Untuk memenuhi air bersih, terdapat sistem penyaringan yang terdiri dari zeolit, karbon aktif, pasir, dan silika di dalam bak penampungan air hujan, sehingga air hujan yang ditampung layak untuk dipakai dan dimanfaatkan oleh warga seperti untuk kebutuhan persediaan air bersih dan untuk wudhu santri di pesantren yang ada di dekat penampungan air hujan tersebut.

Adapun proses perencanaan PAH terdiri atas beberapa tahapan, antara lain:

1. Analisis kondisi eksisting di wilayah perencanaan

Survei lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi kondisi eksisting di wilayah perencanaan, yang meliputi intensitas curah hujan, ketersediaan air bersih, kondisi area penangkapan air hujan yang memungkinkan, dan jumlah penduduk yang akan dilayani.

2. Penentuan lokasi pembangunan PAH

Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang terletak pada daerah kritis dengan curah hujan minimal 1.300 mm per tahun. Lokasi PAH juga harus memenuhi persyaratan seperti terletak di samping atau di belakang bangunan dekat dengan talang lokasi bangunan, lokasi tanah datar dan keras, serta memungkinkan untuk menyimpan bahan material dan peralatan yang dibutuhkan.

3. Desain PAH

Desain dilakukan berdasarkan kriteria desain dan SNI yang berlaku (sesuai yang dicantumkan dalam Modul Sosialisasi dan Diseminasi Standar Pedoman dan Manual Pemanenan Air Hujan) parameter intensitas curah hujan, luas bidang penangkap, dan periode atau lama waktu hujan. Setelah itu, dilakukan perhitungan kebutuhan material untuk PAH meliputi ferro semen, pasangan bata, fiberglass reinforced plastic (FRP), dan sebagainya.

4. Pengoperasian dan perawatan PAH

Bak PAH setidaknya harus dikuras 1 kali setiap 2 bulan dan pada awal musim hujan. Pemeliharaan PAH dilakukan dengan membersihkan talang, lantai dasar reservoir, dan menguras bak secara berkala.

Berdasarkan gambar desain bak PAH di atas, bak PAH ini didesain dengan menggunakan pondasi batu kali, dengan kemiringan lantai dasar bak sebesar 2%, dan mutu beton fc’ 14,5 mpa atau K-175. Penulangan pada bak PAH ini menggunakan besi diameter 8 mm dengan jarak 150 mm untuk lantai dasar dan dak penutup bak. Untuk mencegah kebocoran, bangunan bak PAH ini diplester dengan perbandingan 1 pc:2 ps atau 1 ember semen berbanding 2 ember pasir.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan masyarakat Desa Cinangsi untuk mendukung operasi dan pemeliharaan PAH adalah sebagai berikut:

  1. Masyarakat sebagai pengguna PAH dapat menunjuk individu atau kelompok untuk menjadi pengelola apabila PAH akan dimanfaatkan secara komunal.
  2. Pembagian air bersih yang bersumber dari PAH dapat dilakukan dengan menggunakan jadwal yang telah disepakati.
  3. Pemeliharaan PAH meliputi pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan oleh pengelola atau masyarakat sebagai pengguna PAH.
  4. Pemeliharaan bulanan dilakukan dengan membersihkan media saringan minimum sekali setiap satu bulan, menguras bak penampung, memeriksa keretakan, dan memeriksa kebocoran pada PAH.
  5. Pemeliharaan tahunan dilakukan dengan membersihkan PAH setiap awal musim hujan, membersihkan tanaman yang tumbuh di sekitar bak, serta membuang air yang berasal dari hujan pertama.

Selain pembangunan PAH, tim PAH juga telah mengadakan edukasi pada 100 siswa kelas 5 dan kelas 6 di SD Negeri Tegalsari Kampung Tarikolot, Cinangsi, Kabupaten Cianjur. Edukasi dilakukan untuk mengingatkan kepada para siswa mengenai pentingnya air bersih seperti menghindari dehidrasi, manfaat bagi kesehatan tubuh, serta manfaat bagi kehidupan sehari-hari seperti mandi, mencuci, minum, dan rekreasi. Selain itu dilakukan pengenalan terkait sumber air bersih yang dapat berasal dari air tanah, air permukaan, PDAM, air kemasan, serta alternatif sumber air bersih seperti air bersih. Air bersih yang tidak memenuhi baku mutu yang tercantum dalam Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia, seperti diare dan demam berdarah (DBD), sehingga diperlukan gaya hidup yang bersih dan perilaku yang sehat. Setelah itu, diberikan pula penjelasan terkait sistem Pemanenan Air Hujan (PAH) dan komponen yang terdapat di dalam PAH tersebut agar para siswa beserta keluarganya dapat mengetahui fungsi PAH dan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk kebutuhan sehari-hari. Para siswa SD Negeri Tegalsari tampak antusias dalam kegiatan edukasi air bersih dan PAH.

Penampungan Air Hujan (PAH) didesain pada bangunan yang memiliki atap genteng supaya mudah untuk memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan ke dalam bak penampungan. Bak PAH ini  dapat terbuat dari bahan ferro semen, pasangan bata, dan fiberglass reinforced plastic (FRP), namun tidak direkomendasikan dari bahan besi atau drum, karena sifatnya yang mudah berkarat. Bak PAH di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi ini didesain berbentuk persegi dengan menggunakan bahan pasangan bata dengan dengan dimensi bak filter yaitu 0,6 x 0,6 x 2 m. Bak PAH ini dilengkapi dengan dua lubang manhole pada setiap bak yaitu bak filter dan penampungan air.

Bapak Dede sebagai Kepala Dusun 2 Desa Cinangsi dan Bapak Ece sebagai Ketua RT 04 merasa sangat terbantu sekali dan mengucapkan terimakasih atas terlaksananya pembangunan Pemanenan Air Hujan dan edukasi yang diberikan kepada warga Desa Cinangsi.

1188

views