Melekatkan Citra Kopi Luwu di Hati Konsumen

Sebagian petani kopi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, telah menghasilkan biji kopi untuk konsumsi lokal, namun pada era Revolusi Industri 4.0 pemasaran biji kopi mensyaratkan pemasaran secara global dengan platform digital. Pemasaran global ini mendorong adanya proses ulang dalam branding kopi yang telah dilakukan petani kopi. Branding kopi ini bagian dari pemasaran digital, yang keduanya bagian dari transformasi digital. Branding ulang ini akan meningkatkan jiwa kewirausahaan petani karena mereka mempunyai keterikatan secara budaya dalam menjaga kelestarian alam.

Pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas dengan kearifan lokalnya, menarik untuk dilakukan karena terdapat potensi lokal yang akan mendorong keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sedangkan kendala yang dihadapi para petani kopi adalah meningkatkan penjualan produk kopi secara global. Oleh karena itu diperlukan suatu teknologi, yaitu branding berbasis design thinking dalam proses  digitalisasi marketing. UMKM di Indonesia khususnya industri batik sudah memanfaatkan teknologi branding, dan menghasilkan komunitas digital, model bisnis yang baru dan tahan menghadapi krisis. Tujuan utama program ini adalah branding kopi arabika  yang dihasilkan para petani kopi kabupaten Luwu, menjadi cenderamata yang khas dan berdaya jual tinggi. Tujuan lainnya adalah mendorong komunitas petani menggunakan branding yang baru dan memasarkan biji kopinya secara global dengan menggunakan platform digital.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pemetaan potensi lahan dan petani untuk mengetahui produksi kopi berkelanjutan. Kebun kopi terletak di ketinggian 950 m sampai 1.400 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan berkisar 2.000 mm per tahun. Kunjungan ke kelompok tani kopi di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, dilaksanakan pada beberapa desa di antaranya desa Boneposi dan Tolajuk, sedangkan desa lain tidak bisa dilakukan karena adanya longsor yang menutupi jalan. Untuk memfasiltasi kunjungan tersebut, kami dibantu oleh PT Masmindo Dwi Area dengan divisi Pemberdayaan Masyarakat. Pengambilan sampel kopi dalam bentuk green bean, telah dilakukan pada bulan Juni 2023 untuk mengetahui mutu fisik dan cita rasa kopi.

Menurut Badaruddin SH, Kepala Desa Tolajuk, terdapat lima kelompok tani kopi di desanya yaitu Setia Jaya (luas kebun kopi 11,75 hektar), Dengo (luas 0,25 hektar), Bunga Kopi ( luas 2,9 hektar), Marannu (luas1,75 hektar) dan Lenggo (luas 17 hektar). Total luasan lahan kebun kopi dari kelima kelompok tani adalah 33,85 hektar. Sedangkan jumlah petani kopi yang tergabung dalam lima kelompok tani tersebut sejumlah 44 orang.

Kendala Produksi Kopi Luwu

Potensi produksi kopi secara berkelanjutan belum dilakukan secara optimal walaupun perkembangan tanaman kopi di Latimojong dari tahun ke tahun semakin bertambah. Berdasarkan wawancara dengan kelompok petani kopi di kedua desa tersebut, kami mencatat beberapa kendala dalam produksi kopi di  Latimojong yaitu  pengelolaan tanaman kopi  di kebun kurang maksimal atau kurang sesuai dengan praktek budidaya tanaman kopi yang baik, penyuluhan atau pendampingan baik dari pemerintah maupun dari instansi lainnya belum  optimal, penggunaan bibit unggul kopi dan bersertifikat belum merata, pemupukan belum optimal dan cara pemetikan buah kopi yang belum memenuhi standar mutu.

Pengolahan kopi di desa Boneposi dan Tolajuk menggunakan metode wash, semi wash, honey dan  natural. Selanjutnya untuk proses roasting, pengolah kopi di desa Tolajuk menggunakan alat yang dioperasikan secara digital. Kopi yang dihasilkan beraroma khas dengan mutu fisik yang baik. Sedangkan pengolahan kopi di desa Tolajuk masih menggunakan alat yang sederhana, namun minuman kopi yang dihasilkan menunjukkan cita rasa yang kuat. Kopi dari kecamatan Latimojong lainnya, telah mempunyai merk dan dijual di toko oleh-oleh di kota Belopa, mempunyai cita rasa yang tidak terlalu kuat namun beraroma khas. Ketiga jenis sampel kopi Latimojong ini sedang diteliti mutu fisik dan cita rasanya di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, Jatim.

Pemasaran kopi Luwu khususnya dari kecamatan Latimojong masih terkendala oleh kondisi infrastuktur jalan sehingga petani kopi sebagian besar menjual buah kopi cherry merah atau kopi asalan (campur buah merah dan hijau) di desa dengan harga yang berlaku secara lokal. Harga cherry merah maksimal ditetapkan Rp 25.000 per kg, sedangkan cherry asalan dijual dengan minimal Rp 15.000 per kg. Para pembeli berasal dari dalam dan luar Latimojong, bahkan pemasaran sampai ke Toraja dan Makassar. Pembeli hanya mau membeli buah kopi cherry dengan harga yang relatif lebih rendah daripada dalam bentuk green bean. Kondisi demikian menyebabkan proses pengolahan kopi kurang berkembang di beberapa kelompok tani.

Kendala pemasaran kopi lainnya adalah minimnya akses penjualan kopi dalam bentuk grean bean dan fasilitas gudang, sehingga hanya sebagian kecil dari kelompok tani kopi mengolah kopi sampai tahap green bean dan menyimpannya di gudang. Kelompok tani yang belum mempunyai fasilitas gudang, biasanya menyimpan kopi di rumah Ketua Kelompok.

Pendampingan Branding Produk Kopi Luwu

Beberapa kelompok tani belum mempunyai merk atau nama untuk produk olahan kopi, walaupun kelompok tani di Desa Boneposi mempunyai merk Banua dan di Desa Tolajuk dengan merk Kopi Mega. Pemilihan nama atau merknya berdasarkan kearifan lokal dan merupakan persetujuan dari semua anggota. Ketika ditanyakan bagaimana meningkatkan kesadaran merk kepada para pelanggan kopi, mereka belum mengetahuinya dengan jelas. Oleh karena itu kami memberi penyuluhan tentang bagaimana proses konsumen mempersepsikan produk atau merk kopi, yang dicontohkan dua merk kopi yang telah dikenal masyarakat. Pada umumnya proses persepsi dimulai dengan informasi yang diterima oleh panca indera kita, tetapi bidang persepsi kita (dunia di sekitar kita) mencakup begitu banyak rangsangan sehingga tidak mungkin bagi otak kita untuk memproses dan memahami semuanya. Kita memusatkan perhatian pada informasi sensorik tertentu yang masuk, yang dapat memenuhi kebutuhan atau minat kita. Jenis perhatian selektif ini dapat membantu kita memenuhi kebutuhan kritis dan menyelesaikan berbagai hal. Selanjutnya pada proses interpretasi mengacu pada makna yang kita berikan pada rangsangan sensorik, yang didasarkan pada skema atau database dari pengalaman sebelumnya.

Kesadaran merk pun berhubungan dengan nilai produk dan  pengetahuan tentang kepuasan, kepercayaan dan retensi konsumen. Kami menanyakan nilai produk kepada beberapa petani kopi, yang masih berpusat pada produk dan bukan kepada kepuasan konsumen. Oleh karena itu dijelaskan kepada mereka bahwa kepuasan konsumen meliputi persepsi individu tentang kinerja produk atau layanan yang berkaitan dengan harapan konsumen. Artinya harapan konsumen terkait produk tersesebut adalah produk dapat memenuhi harapannya. Kami mendorong para petani kopi untuk mengetahui harapan konsumen tersebut, misalnya rasa yang enak, kemasan yang menarik dan tidak mudah rusak, keterjangkauan lokasi penjualan dan harga. Selanjutnya materi kepercayaan konsumen berisi materi menjaga hubungan dengan konsumen secara jangka panjang. Para petani kopi sudah mengerti tujuan dari meningkatkan kepercayaan konsumen yaitu untuk menjaga mutu dan sustainabilitas pasokan kopi secara berkelanjutan. Adapun teknis di kebun produksi kopi masih menjadi kendala petani kopi untuk meningkatkan sustainabilitas pasokan kopi. Petani kopi menginginkan bimbingan dari para penyuluh pertanian dan program bimbingan teknis untuk pengolahan kopi sampai menjadi serbuk kopi. Sedangkan retensi konsumen bertujuan untuk mempertahankan konsumen yang sudah sangat puas terhadap produk dan layanan. Kunci dari retensi konsumen adalah mendapatkan sebanyak-banyaknya konsumen yang setia.

Para petani kopi juga berharap adanya bimbingan teknis tentang digital marketing. Platform digital ini juga sangat berguna untuk peningkatan pendapatan petani kopi di akhir masa pandemi Covid 19 karena mereka menjadi bisa berkomunikasi dan berinteraksi secara virtual. Di samping itu, petani kopi bisa meningkatkan perannya di rantai pasok kopi dengan membuat pemasaran secara daring (digitalisasi marketing) dan global, artinya bisa langsung berhubungan dengan pembeli. Program ini belum kami laksanakan tahun ini, semoga dapat terealisasikan pada tahun 2024.

335

views