LPPM ITB Bangkitkan Keberdayaan Kelompok Wanita Tani di Rancakalong Sumedang

#kirimanulang dari LPPM ITB Bangkitkan Keberdayaan Kelompok Wanita Tani di Rancakalong Sumedang (notif.id)

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) telah membangkitkan keberdayaan kaum ibu di Kecamatan Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat.

Kaum ibu yang tergabung di dalam sejumlah Kelompok Wanita Tani (KWT) dibina secara intensif untuk bisa berdaya dalam pemenuhan gizi dan pulih ekonomi.

Salah satu KWT yang menjadi binaan LPPM melalui Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB ini adalah KWT Hanjuang Bungur di Dusun Pasir, Desa Rancakalong. Di tempat ini, kaum ibu dibina untuk memanfaatkan pekarangan rumah sebagai lahan bercocok tanam sayuran.

Ferdyansyah, yang mewakili LPPM ITB mengatakan bahwa pembinaan di Rancakalong ini adalah program bottom-up yang diusulkan dosen-dosen ITB.

“Setiap dosen mengusulkan model pembinaan apa yang akan diterapkan di tempat tertentu, kemudian dikurasi dan didanai oleh LPPM,” kata Ferdy saat ditemui Notif.id di markas KWT Hanjuang Bungur, Minggu 20 Agustus 2021.

LPPM sendiri masuk ke Dusun Pasir pada 2019. Setelah melakukan riset pada tahun pertama, baru di tahun kedua ada program terapan.

“Ibu-ibu diarahkan untuk menanam sayuran di dalam polibag karena sayuran cepat tumbuh. Itulah trigger (pemicu) supaya ibu-ibu semakin semangat berkembang,” kata Ferdy.

Mia Rosmiati, Dosen SITH ITB sekaligus Ketua Tim Program Pengabdian di Rancakalong berujar, semua pembinaan yang dilakukan diarahkan untuk meningkatkan asupan gizi bagi masyarakat. Selebihnya, adalah membuat masyarakat mandiri.

Ukuran mandiri yang dimaksud adalah ketika KWT yang menjadi binaan tetap hidup dengan kegiatan yang produktif meski tidak lagi mendapatkan stimulus dari LPPM.

“Tetapi jika sudah mandiri, bukan berarti kami lepas pemantauan. Tetap dipantau terus,” kata Mia di lokasi yang sama.

Di KWT Hanjuang Bungur, KWT juga diarahkan untuk memelihara ikan nila dan ayam elba. Ayam yang produksi telurnya sangat baik.

“Kaum ibu juga mengolah ubi yang sering ditinggalkan di kebun jika harga ubi murah. Limbah ubi itu diolah menjadi penganan dodol ubi dan ubi keremes,’kata Mia.

Di Desa Cibunar, Rancakalong, LPPM-SITH ITB juga membina dua KWT lain. Yakni KWT Mekar Mandiri yang berfokus pada budidaya jamur merang dan tiram, pengolahan kopi, dan sejumlah penganan berbahan dasar singkong.

Di KWT Puspa Kenanga, Desa Cibunar kaum ibu lebih respons lagi terhadap pengemasan produk sayuran. Cabai-cabai yang merah matang dikemas di atas wadah sterofoam lantas dibalut dengan plastik. Cantik seperti kemasan sayuran di supermarket.

Euis Maryati (43) Ketua KWT Puspa Kenanga mengatakan, pengemasan hasil bercocok tanam di pekarangan itu tentu meningkatkan harga jual.

“Biasanya 2 ons cabai hanya Rp5ribu, jika dikemas baik seperti ini, malah memakai cap KWT Puspa Kenanga, harganya menjadi Rp7ribu,” kata Euis di Cibunar.

Puspa Kenanga juga mengolah tomat menjadi dodol. Dodol tomat yang merah dan manis itu siapa yang menyangka berbahan dasar tomat basi?

Riset oleh SITH dan diajarkan kepada KWT Puspa Kenanga membuat tomat yang biasanya terbuang menjadi barang yang bernilai jual tinggi. Euis mengatakan dalam proses pembuatannya, tomat dikukus terlebih dahulu sampai matang.

Setelah matang, tomat sebanyak 7 kilogram itu ditiriskan selama 12 jam agar kadar airnya berkurang. Kemudian tomat diaduk dengan campuran gula putih sebanyak 3 kilogram dan sebungkus agar-agar di atas wajah.

Setelah mengental dan dingin, dodol siap dibungkus. Dari 7 kilogram bahan bakuk tomat, dapat dihasilkan 150 cubitan dodol tomat yang dibungkus menggunakan kertas tipis. (MRB/MRB)

974

views