Lemari Pengering untuk Nilai Tambah Jual Hasil Kebun

Lemari Pengering untuk Nilai Tambah Jual Hasil Kebun

Tags: ITB4People, Community Services, SDGs3

Masih segar dalam ingatan kita, tahun lalu beberapa media memberitakan bahwa petani-petani lemon di Lembang menjerit karena harga jeruk lemon jatuh ke titik terendah. Banyak petani  tidak memanen buah lemon dan membiarkannya membusuk di kebun atau bahkan ada yang malah menebang pohonnya karena putus asa dengan harga yang sangat terpuruk.

Secara umum, permasalahan utama yang sering dijumpai di musim panen adalah jumlah produk yang dihasilkan berlimpah, pasokan jauh lebih tinggi dari permintaan, sehingga harga jual buah atau hasil panen lainnya anjlog atau malah tidak dapat terserap pasar. Akibatnya, komoditi yang dihasilkan dari jerih payah para petani kadang menjadi busuk tidak terjual. Untuk mengatasi masalah tersebut, tim ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dipimpin oleh Prof. Lienda A. Handojo terjun langsung ke Desa Jayagiri dan Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, serta Desa Inerie, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengaplikasikan teknologi pengeringan ramah lingkungan yang mampu menghasilkan berbagai produk kering bernilai tambah.

Berawal pada tahun 2021,  dosen Teknik Pangan ITB Prof. Lienda bersama dosen Teknik Bioenergi dan Kemurgi ITB Antonius Indarto, S.T., M.Eng., Ph.D., mengaplikasikan teknologi pengeringan di Desa Jayagiri yang untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh para petani stevia. Stevia adalah pemanis alami pengganti gula yang bebas kalori sehingga sesuai untuk dikonsumsi untuk yang ingin diet rendah gula. Cuaca yang tidak menentu di Lembang sering menyebabkan pengeringan yang mengandalkan sinar matahari tidak berjalan baik, warna daun stevia menjadi cokelat atau rusak. Tim ITB yang diketuai oleh Prof. Lienda melalui program Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Inovasi (PPMI) FTI ITB 2021 membangun lemari pengering untuk memperbaiki proses pengeringan tersebut.

Dengan teknologi pengeringan ini, kualitas daun kering yang diproduksi pun menjadi lebih baik. Selain warna hijau yang dapat dipertahankan, kontaminasi debu dan serangga selama penjemuran dapat dicegah. Lemari pengering tersebut juga dimanfaatkan untuk mengeringkan buah seperti kopi ataupun produk kebun lainnya.

Selanjutnya pada tahun 2022, teknologi pengeringan yang disambut anstusias oleh petani Desa Jayagiri juga diaplikasikan di Desa Suntenjaya melalui program Pengabdian kepada Masyarakat dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB. Teknologi ini digunakan untuk mengeringkan produk-produk kebun yang sering berlimpah di musim panen, seperti buah bit, terong, cabai dan sebagainya. Tim LPPM ITB yang terdiri atas Antonius Indarto, S.T., M.Eng., Ph.D., Prof. Lienda, dan Dr. Pramujo Widiatmoko, S.T., M.T., hadir merancang dan memasang alat pengering bertenaga gas. Melalui kerja sama dengan Tim Bapak Setyo Yanus Sasongko, Direktur Utama PT. Aimtopindo Nuansa Kimia, alat pengering berhasil dipasang di Desa Suntenjaya pada Agustus 2022.

Awalnya memang kedua alat pengering ini digunakan untuk mengeringkan daun, buah dan sayuran, tetapi saat ini masyarakat sekitar antre menggunakan kedua pengering untuk mengeringkan buah lemon. Trend gaya hidup akhir-akhir ini membuat buah lemon kering sangat disukai sebagai bahan racikan berbagai minuman untuk memberikan aroma khas lemon, sehingga pasar buah lemon kering cukup terbuka. Produk buah lemon kering ini awalnya hanya dipasarkan di sekitar Lembang dan Bandung saja namun permintaan saat ini sudah merambah juga ke Jakarta.

”Harga buah lemon segar Rp 3000,00 per kg, kini setelah dikeringkan dapat dijual menjadi Rp 25.000,00 per 50 gram. Dalam bentuk bubuk harga bahkan dapat mencapai Rp 300.000,00 per kg. Para petani lemon sekarang telah dapat tersenyum kembali dan penebangan pohon lemon tidak terjadi lagi”, ucap Pak Thio Setiowekti, Ketua Forum Penyelamat Lingkungan Hidup Jawa Barat yang menjadi mitra tim ITB dalam Program Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Jayagiri. Kini beliau aktif memberikan pelatihan kepada para petani tentang cara mengeringkan buah lemon dengan menggunakan lemari pengering di Lembang. Pelatihan tidak hanya berlangsung untuk para petani di kedua desa, tetapi juga kepada para Ibu PKK dari desa tetangga seperti yang berlangsung pada akhir Februari 2023 lalu.

“Buah atau produk kering memiliki umur simpan yang lebih panjang, sehingga tetap dapat diperoleh di luar musim panen. Teknologi pengeringan yang diaplikasikan juga mampu menjaga nutrisi buah-buahan tersebut karena dilakukan pada temperatur yang rendah,” ujar Lienda yang juga Ketua Kelompok Keahlian Teknologi Pengolahan Biomassa dan Pangan - FTI ITB.

Pada tahun yang sama melalui program Pengabdian kepada Masyarakat LPPM ITB 2021-2022, tim yang dipimpin Prof. Lienda bekerja sama dengan mitra yaitu Ibu Lieta Widiarti Isomartana, CEO dan Founder New Eden Moringa, berhasil mengaplikasikan teknologi pengeringan di Desa Inerie, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Di desa ini banyak dihasilkan buah-buahan dengan rasa yang istimewa dan dalam jumlah cukup melimpah. Bersama dengan Kelompok Tani Wonga Wali aplikasi pengeringan dilaksanakan untuk memproduksi buah kering menggunakan alat pengering yang dibangun olah tim LPPM ITB. Buah yang menjadi target selain pisang dan mangga, juga kelapa, labu kuning, dan nanas yang banyak dijumpai di sana. Diharapkan produk buah kering yang dihasilkan dapat menjadi produk oleh-oleh khas Pulau Flores. Seperti yang diketahui  buah kering saat ini semakin populer karena merupakan cemilan sehat dibanding dengan berbagai produk olahan dari tepung-tepungan  atau hasil penggorengan lainnya.

Kegiatan tim pengabdian masyarakat di Desa Inerie juga mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset, dan Teknologi RI melalui Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB, yaitu dengan Program Bantuan Biaya Luaran Prototipe 2022.  Program Bantuan ini dipimpin oleh Ketua Tim, Ir. Sanggono Adisasmito, M.Sc., Ph.D., IPU, ASEAN Eng., yang sekaligus Ketua Kelompok Keahlian Energi dan Sistem Pemroses Teknik Kimia ITB.

Keberlanjutan Program

Tidak berpuas diri dengan pencapaian tersebut, tim ITB melalui program Pengabdian kepada Masyarakat LPPM 2023 masih terus melakukan pengembangan terhadap alat-alat pengering yang telah terpasang. Saat ini, sumber energi yang digunakan untuk kedua lemari pengeringan di Lembang adalah gas elpiji. Untuk menekan biaya produksi, bersama mitra PT. Aimtopindo Nuansa Kimia, bahan bakar tersebut akan diganti menjadi biogas yang diproduksi dari kotoran sapi.

Sebagai salah satu sentra produksi susu, Kecamatan Lembang mempunyai populasi sapi yang cukup besar. Berdasarkan data lapangan, terdapat sekitar 20.000 sapi perah di daerah tersebut, sehingga kotoran sapi yang dihasilkan juga sangat besar. Beberapa waktu yang lalu sempat diberitakan Lembang beberapa kali mengalami banjir kotoran sapi. Pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan baku biogas mampu memiliki manfaat ganda bagi masyarakat Lembang. Selain menjaga kelestarian lingkungan, biaya produksi buah atau daun kering mampu ditekan karena nantinya para petani tidak perlu membeli gas elpiji lagi. Laba yang diperoleh oleh para petani dari penjualan buah atau daun kering pun akan dapat meningkat.

Sementara itu, alat pengering di Desa Inerie NTT menggunakan energi listrik. Pasokan listrik ke Desa Inerie saat ini masih belum cukup stabil sehingga proses pengeringan sering terhenti di tengah-tengah, sebelum pengeringan selesai. Melihat potensi energi surya dari penyinaran matahari di NTT yang terpapar musim kemarau selama kurang lebih delapan bulan dalam satu tahun, tim LPPM ITB bekerja sama dengan Forum Alumni ITB Angkatan 1973 (Fortuga) berencana memasang panel surya untuk mengurangi ketergantungan alat pengering pada pasokan energi listrik. Selain itu, pendampingan akan dilakukan dalam pengurusan perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) agar produk-produk yang dihasilkan dapat dipasarkan dengan lebih luas.

Bupati Ngada, Andreas Paru, S.H., M.H., sangat menyambut baik kegiatan pengabdian kepada masyarakat dari LPPM ITB ini. “Berkembangnya sektor pertanian melalui aplikasi teknologi pengeringan ini diharapkan dapat menyokong industri pariwisata di daerah Ngada yang sudah mulai terkenal” ungkap beliau dalam sambutannya di acara audiensi yang berlangsung pada 16 Maret 2023 di Kantor Bupati Kapupaten Ngada.

Pemasangan instalasi biogas di Lembang dan panel surya di NTT ini niscaya tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat pengguna alat pengering namun juga masyarakat sekitar untuk menciptakan desa yang mandiri energi. Kedua program ini juga diharapkan dapat menyukseskan program energi baru dan terbarukan yang dikelola oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI.

558

views