Bandung, 01 Agustus 2024
Program pendampingan penguatan kapasitas masyarakat untuk mitigasi gempa dan tsunami di Desa Wapia-Pia, Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, berhasil meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Program yang digagas melalui kolaborasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Halu Oleo (UHO) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bertujuan untuk mempersiapkan Desa Wapia-Pia menghadapi kemungkinan terjadinya gempa dan tsunami.
Geografi dan Ancaman Bencana
Indonesia adalah negara maritim yang dikelilingi oleh laut dan samudra, dengan wilayah tektonik yang aktif. Hal ini menyebabkan Indonesia sering mengalami gempa dan tsunami. Kabupaten Wakatobi, yang terletak di antara Laut Banda dan Laut Flores, merupakan salah satu daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap bencana ini. Desa Wapia-Pia, yang terletak di Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, berdekatan dengan Sesar Kendari yang merupakan salah satu sumber ancaman bahaya gempa yang berdampak terhadap wilayah ini. Pun demikian, ancaman tsunami dapat terjadi, sekiranya gempa terjadi di Sesar Flores ataupun sesar-sesar utama di Maluku.
Kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat Desa Wapia-Pia dalam menghadapi bencana gempa dan tsunami dilakukan atas inisiasi ITB melalui Program Pengabdian Masyarakat 2024 dan berkolaborasi dengan Fakultas Teknik – UHO dan BRIN. Program ini dirancang tidak hanya untuk memberikan pelatihan teknis tetapi juga untuk membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya mitigasi bencana. Dengan pendekatan yang menyeluruh, diharapkan masyarakat Desa Wapia-Pia dapat menjadi lebih mandiri dan tangguh dalam menghadapi ancaman bencana. Berikut ini kegiatan penguatan kapasitas masyarakat untuk mitigasi gempa dan tsunami yang dilakukan oleh tim kolaborasi ITB-UHO-BRIN tersebut.
(1) Pembuatan Peta Bahaya Tsunami
Tim kolaborasi ITB-UHO-BRIN membantu menyiapkan Peta Bahaya Tsunami yang didalamnya terdapat model rendaman tsunami di Desa Wapia-Pia. Pemodelan tsunami dihitung menggunakan skenario gempa terbesar dari sumber Sesar Flores. Data batimetri berasal dari Peta Laut Indonesia dan data topografi hasil dari survei pemetaan menggunakan drone. Hasil pemodelan tsunami menunjukkan bahwa Desa Wapia-Pia termasuk daerah yang terdampak.
Peta ini menjadi alat penting dalam merencanakan evakuasi dan memahami area yang paling berisiko. Peta ini juga mencakup wilayah yang dianggap aman untuk dijadikan titik kumpul saat evakuasi. Melalui pendekatan partisipatif ini, masyarakat tidak hanya menjadi penerima informasi tetapi juga berperan aktif dalam proses mitigasi bencana. Penyusunan peta ini melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat, yang memberikan informasi tentang lokasi rumah, fasilitas umum, dan infrastruktur penting lainnya.
(2) Identifikasi Kelompok Rentan
Setidaknya pada Juli 2024, jumlah penduduk Desa Wapia-Pia sebanyak 746 jiwa, terdiri dari 358 laki-laki dan 388 perempuan. Data sebaran penduduk ini dikumpulkan melalui perangkat Desa Wapia-Pia. Data sebaran penduduk berdasarkan usia dan kondisi rentan juga telah dihimpun, yang menunjukkan adanya kelompok usia rentan seperti bayi, ibu hamil, difabel, dan lansia. Informasi ini sangat penting untuk merencanakan evakuasi yang efektif, terutama untuk kelompok-kelompok yang membutuhkan perhatian khusus. Oleh karena itu, upaya mitigasi perlu difokuskan pada wilayah-wilayah ini untuk memastikan keselamatan seluruh penduduk.
(3) Inventaris Sumber Daya Desa
Desa Wapia-Pia memiliki sumber daya ekonomi, infrastruktur, politik, dan sosial yang signifikan untuk mengurangi risiko bahaya tsunami. Infrastruktur penting seperti SMKN 1 Wangi-Wangi dijadikan lokasi evakuasi saat terjadi bencana gempa dan tsunami. Dukungan ekonomi didapatkan melalui adanya dana khusus untuk penanggulangan bencana yang bersumber dari APBDes. Selain itu, sudah terpasang rambu bencana di desa berupa arah jalur evakuasi sejumlah 4 rambu. Selain SMKN 1 Wangi-wangi, infrastruktur sekolah lain yang dimiliki desa meliputi sekolah PAUD Nurmala. Selain itu, Desa Wapia-Pia memiliki fasilitas kesehatan berupa Puskesmas Desa Wapia-Pia dan praktik Dokter Umum. Rumah ibadah yang berada di desa ini hanyalah satu masjid yaitu Masjid Ikhwatun Khasanah. Tak hanya itu, infrastruktur berupa tempat usaha yang terdapat di desa ini, seperti misalnya Dinis Cemara Dive Center. Kemudian, terdapat organisasi masyarakat yaitu Karang Taruna Ampanako. Inventarisasi ini mencakup identifikasi sumber daya yang tersedia untuk mendukung operasi darurat dan pemulihan pasca-bencana, seperti misalnya sekolah yang dapat dijadikan tempat penampungan sementara. Dengan memetakan semua sumber daya ini, desa dapat lebih siap menghadapi situasi darurat.
(4) Pembuatan Peta Evakuasi
Peta evakuasi tsunami yang sederhana dan mudah dipahami telah dirancang dengan kerja sama antara kolaborasi ITB, UHO, BRIN dan partisipasi masyarakat. Peta ini menunjukkan jalur evakuasi yang aman menuju titik kumpul yang telah ditentukan. Peta ini juga mencantumkan lokasi fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, dan tempat ibadah. Pembuatan peta evakuasi ini melibatkan pelatihan dan simulasi evakuasi yang dilakukan oleh masyarakat. Simulasi ini membantu masyarakat memahami jalur evakuasi dan menguji kesiapan mereka dalam menghadapi situasi darurat.
(5) Pembuatan dan Peresmian Papan Informasi Publik Siaga Tsunami
Papan informasi publik siaga tsunami dibuat oleh tim kolaborasi ITB-UHO-BRIN dengan mencantumkan potensi rendaman yang dapat terjadi di Desa Wapi-Pia. Selain itu, papan informasi ini juga mencantumkan informasi dasar mengenai pengertian tsunami, ciri-ciri terjadi tsunami, dan apa yang perlu dilakukan saat terjadi tsunami. Selain itu, penggunaan bahasa lokal dari tsunami yaitu ‘Eka U Mafi’ yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat, juga dicantumkan pada papan informasi ini.
Papan Informasi Publik dipasang dekat Pantai Cemara, Desa Wapia-Pia, dan merupakan papan informasi pertama yang dipasang di Wanci, Kabupaten Wakatobi. Papan ini menyediakan informasi penting mengenai langkah-langkah yang harus diambil saat terjadi gempa dan tsunami, serta rute evakuasi yang harus diikuti. Papan informasi ini juga mencakup informasi-informasi terkait tsunami yang mudah dimengerti masyarakat sekitar. Peresmian papan informasi ini dilakukan pada tanggal 23 Juli 2024 yang dihadiri langsung oleh Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Wakatobi, Bapak Ketua Pelaksana BPBD Kabupaten Wakatobi, dan Bapak Sekretaris Desa Wapia-Pia.
Pemasangan papan informasi ini merupakan langkah penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. Dengan informasi yang mudah diakses, masyarakat dapat lebih cepat merespons saat terjadi bencana. Selain itu, papan informasi ini juga dilengkapi dengan peta evakuasi yang menunjukkan jalur-jalur aman menuju titik kumpul.
(6) Pembuatan dan Penyebaran Materi Edukasi
Materi edukasi dan pelatihan mengenai kesiapsiagaan tsunami telah disusun dan didistribusikan kepada masyarakat. Materi ini mencakup panduan tentang cara bertindak saat terjadi gempa dan tsunami, serta langkah-langkah untuk menyelamatkan diri dan orang lain. Materi ini juga mencakup informasi tentang tanda-tanda alam yang dapat menunjukkan kemungkinan terjadinya tsunami, seperti surutnya air laut secara tiba-tiba.
Buku berjudul “Mari Kita Siaga Tsunami Eka U Mafi” karya tim kolaborasi ITB-UHO-BRIN berisikan materi tentang gempa dan tsunami, penyebabnya, histori tsunami di Wapia-Pia, dan cara tanggap tsunami. Buku Materi Edukasi ini didistribusikan bagi masyarakat Desa Wapia-Pia melalui Kantor Desa dan sekolah-sekolah. Penyebaran Materi Edukasi untuk para siswa SD diklasifikasikan berdasarkan rentang kelasnya, yaitu kelas 1-2, kelas 3-4, dan kelas 5-6. Pengklasifikasian ini bertujuan untuk penerimaan yang lebih optimal di setiap kelasnya. Materi ini disusun dengan bahasa yang mudah dipahami dan dilengkapi dengan gambar-gambar ilustratif untuk memudahkan pemahaman. Selain itu, materi ini juga tersedia dalam bentuk digital yang dapat diakses melalui ponsel pintar.
(7) Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan
Kegiatan pendidikan terkait bahaya tsunami telah diselenggarakan di Desa Wapia-Pia yang melibatkan masyarakat luas, termasuk anak-anak sekolah, untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman mereka tentang bahaya tsunami dan cara menghadapinya. Tim kolaborasi ITB-UHO-BRIN telah melakukan sosialisasi untuk warga Desa Wapia-Pia terkait kesiapsiagaan terhadap tsunami, yang kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi edukasi untuk para siswa SDN 2 Waha terkait bencana tsunami. Kegiatan pendidikan ini sebagai pembekalan sebelum dilakukannya pelatihan tsunami.
(8) Pelatihan Simulasi Tsunami
Tim kolaborasi ITB-UHO-BRIN bersama dengan masyarakat Desa Wapia-Pia melakukan pelatihan simulasi evakuasi dengan cepat dan efisien saat terjadi tsunami. Masyarakat melakukan simulasi evakuasi menuju titik aman yang telah ditentukan yaitu SMKN 1 Wangi-wangi. Seluruh proses dilakukan dengan penuh keseriusan dan diikuti oleh hampir seluruh warga desa, menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga keselamatan bersama. Selain itu, pelatihan evakuasi tsunami dilaksanakan di SDN 2 Waha. Kegiatan ini melibatkan seluruh siswa dan staf pengajar. Pelatihan ini juga melibatkan simulasi gempa dan tsunami, sehingga masyarakat dapat merasakan langsung bagaimana situasi darurat tersebut. Pelatihan ini sangat penting dalam memastikan bahwa para siswa dan guru siap menghadapi situasi darurat dengan tenang dan terorganisir.
(9) Pembuatan Rencana Operasi Kedaruratan Tsunami
Tim kolaborasi ITB-UHO-BRIN bersama dengan Desa Wapia-Pia menyiapkan rencana operasi darurat khusus untuk menghadapi tsunami. Rencana operasi darurat ini juga mencakup pembagian tugas yang jelas bagi setiap anggota masyarakat. Misalnya, ada tim yang bertugas memberikan peringatan dini, tim keamanan, logistik, medis, evakuasi, dan diseminasi. Dengan pembagian tugas yang jelas, proses evakuasi dan penanganan darurat dapat berjalan lebih efisien dan terkoordinasi. Selain itu, telah dibagi juga berdasarkan proses keadaan darurat, mulai dari peringatan dini tsunami, PDT 1 informasi gempa dengan informasi potensi tsunami, PDT 2 pemutakhiran informasi dengan parameter gempa, informasi waktu tiba, dan ketinggian tsunami, PDT 3 pemutakhiran informasi dengan informasi daerah yang telah terdampak, dan PDT 4 informasi bahwa bahaya tsunami akibat gempa yang terjadi sudah berakhir.
(10) Kapasitas Tanggap Darurat di Masyarakat Desa
Masyarakat Desa Wapia-Pia memiliki kapasitas yang signifikan untuk mendukung pelaksanaan tanggap darurat tsunami. Mereka telah menjalani pelatihan mendalam dan mempersiapkan diri secara teknis untuk menghadapi situasi darurat. Selain itu, masyarakat juga menunjukkan kesadaran tinggi tentang peran dan tanggung jawab masing-masing, mulai dari tim tanggap darurat hingga relawan lokal. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki memastikan bahwa respons terhadap bencana akan cepat, terkoordinasi, dan efektif, sehingga meningkatkan keselamatan serta ketahanan komunitas secara keseluruhan.
(11) Penerimaan dan Penyebaran Informasi Bencana Gempa dan Tsunami
Tim kolaborasi ITB-UHO-BRIN mengenalkan Sistem Peringatan Dini Tsunami berbasis web dan aplikasi (WRS) kepada sekretaris dan perangkat Desa Wapia-Pia. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa perangkat desa memiliki akses ke informasi peringatan dini yang cepat dan akurat, sehingga dapat menyebarkannya kepada masyarakat dengan segera. Oleh karenanya, Desa Wapia-Pia kini memiliki sistem peringatan dini yang dapat diakses 24/7 melalui berbagai saluran komunikasi yang andal. Sistem ini memastikan bahwa masyarakat dapat menerima peringatan dini dan menyampaikannya ke publik dengan cepat dan akurat. Di Desa Wapia-Pia, penyampaian informasi dilaksanakan dengan pengumuman peringatan dini melalui pengeras suara masjid dan teriakan antar warga yang saling bersahutan.
Kolaborasi Membangun Masyarakat Tangguh Bencana
Kegiatan pendampingan penguatan kapasitas masyarakat untuk mitigasi gempa dan tsunami di Desa Wapia-Pia dalam menghadapi ancaman gempa dan tsunami telah ditingkatkan melalui kegiatan yang dilakukan. Melalui pendampingan yang intensif tersebut, masyarakat diharapkan kini lebih siap menghadapi bencana, sehingga dapat mengurangi jumlah korban jiwa dan kerugian material. Desa Wapia-Pia menjadi contoh bagaimana kolaborasi antara ITB, UHO, BRIN dan masyarakat lokal dapat menghasilkan perubahan positif dalam mitigasi bencana.
Keberhasilan ini tidak hanya memberikan rasa aman bagi masyarakat tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam menghadapi bencana. Masyarakat yang tadinya merasa cemas dan tidak berdaya kini memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk menghadapi situasi darurat. Dengan kesiapsiagaan yang lebih baik, diharapkan masyarakat dapat kembali menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih tenang dan fokus pada pembangunan dan kemajuan desa.
Peresmian papan informasi publik pertama di Pulau Wanci, Wakatobi merupakan keberhasilan program yang diharapkan dapat diadopsi oleh pulau-pulau lain di Kabupaten Wakatobi dan wilayah pesisir lainnya di Indonesia yang memiliki risiko tinggi terhadap bencana tsunami. Dengan peningkatan kapasitas masyarakat dan kesiapsiagaan yang lebih baik, diharapkan dampak bencana dapat diminimalisir, dan keselamatan masyarakat pesisir dapat lebih terjamin.
Desa Wapia-Pia dengan keindahan alam dan potensi pariwisatanya, kini tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai contoh dalam mitigasi bencana. Upaya ini menunjukkan bahwa dengan kerja sama yang baik antara berbagai pihak, risiko bencana dapat dikelola dengan lebih efektif, dan masyarakat dapat hidup dengan lebih aman dan tenang.
Keberhasilan ini juga memberikan dorongan bagi pemerintah daerah dan nasional untuk terus mendukung program-program mitigasi bencana di seluruh Indonesia. Dengan alokasi sumber daya yang tepat dan dukungan yang konsisten, diharapkan lebih banyak desa yang mampu bersinergi sehingga dapat mengurangi risiko bencana secara signifikan. Program ini juga menyoroti pentingnya edukasi dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana alam. Melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan, generasi muda Desa Wapia-Pia diharapkan akan terus meneruskan tradisi kesiapsiagaan dan mampu menghadapi tantangan bencana di masa depan dengan lebih baik.
Edukasi bencana di sekolah-sekolah menjadi salah satu fokus utama program ini. Dengan memasukkan materi kesiapsiagaan bencana dalam kurikulum sekolah, anak-anak dapat belajar sejak dini tentang pentingnya kesiapsiagaan dan langkah-langkah yang harus diambil saat terjadi bencana. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler seperti klub siaga bencana juga dapat menjadi media untuk melatih keterampilan praktis siswa dalam menghadapi situasi darurat.
Dengan keberhasilan ini, Desa Wapia-Pia tidak hanya siap menghadapi bencana, tetapi juga menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengambil langkah serupa dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Keberlanjutan program dan dukungan dari semua pihak akan menjadi kunci utama dalam menciptakan masyarakat yang tangguh dan siap menghadapi segala kemungkinan bencana di masa mendatang.
Pemerintah daerah juga diharapkan dapat mengambil peran lebih aktif dalam mendukung program-program mitigasi bencana. Dukungan berupa anggaran, regulasi, dan fasilitas dapat mempercepat pencapaian tujuan program dan memastikan keberlanjutannya. Selain itu, keterlibatan lembaga pendidikan dan penelitian juga sangat penting untuk memberikan bantuan teknis dan pematerian yang dibutuhkan.
Program pendampingan penguatan kapasitas masyarakat untuk mitigasi gempa dan tsunami di Desa Wapia-Pia, Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, kolaborasi yang kuat, dan komitmen yang tinggi, masyarakat dapat dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi bencana. Dengan demikian, diharapkan tidak hanya Desa Wapia-Pia, tetapi juga seluruh daerah rawan bencana di Indonesia dapat menjadi lebih siap dan tangguh dalam menghadapi berbagai ancaman alam.