Sebanyak enam puluh delapan mahasiswa yang berasal dari tiga negara bersama-sama dengan sembilan dosen pendamping telah mendapatkan pengalaman kolaborasi yang luar biasa melalui aktivitas pendidikan berbasis proyek dengan tajuk Learning Express 2023 atau yang lebih dikenal sebagai LEX 2023. Kegiatan ini menjadi media belajar bagi mahasiswa Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung (FTI-ITB), Singapore Polytechnic (SP), dan Kanazawa Institute of Technology (KIT) untuk menghadapi tantangan nyata di Desa Jingkang, yang terletak di Kabupaten Sumedang.
Kegiatan LEX 2023 dilaksanakan pada tanggal 4-15 September 2023 di ITB kampus Ganesha dan Desa Jingkang. Selama periode tersebut, para mahasiswa diwajibkan menginap bersama masyarakat selama tiga hari. Mereka aktif terlibat dalam dialog dengan warga desa dan secara mendalam memahami seluruh tahapan penanaman, perawatan, pemanenan, hingga pengolahan kencur. Hal ini dilakukan agar para mahasiswa dapat memahami dengan lebih baik permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Jingkang.
Proses pengembangan solusi dalam kegiatan LEX 2023 melibatkan mahasiswa dari tiga perguruan tinggi yang didampingi oleh sembilan dosen dengan beragam latar belakang keilmuan. Perwakilan dari Institut Teknologi Bandung adalah Dr. Anugrah Sabdono Sudarsono, Dr. Burhanudin, dan Dr. Rully Tri Cahyono. Singapore Polytechnic diwakili oleh Dr. Noel Kristian, Dr. Roger Chiun, dan Dr. Tan Hai Su. Sementara itu, Kanazawa Institute of Technology diwakili oleh Prof. Yoshito Dobashi, Prof. Fumihiko Tochinai, dan Prof. Muneaki Sakamoto. Seluruh kegiatan ini diketuai oleh Dr. Anita Kusuma Wardani dari Institut Teknologi Bandung.
Kegiatan LEX 2023 ini diarahkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani Desa Jingkang, terutama terkait dengan komoditas unggulan mereka, yaitu kencur. Desa ini dahulu pernah menjadi produsen kencur terbesar di Indonesia. Dalam kegiatan ini, fokus utama adalah pada dua aspek penting, yakni peningkatan kualitas penanaman kencur dan upaya meningkatkan perekonomian yang berkelanjutan. Kedua topik ini sejalan dengan Sustainable Development Goals nomor 2 (zero hunger), 9 (industry, innovation and infrastructure), dan 15 (live on land) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Identifikasi permasalahan serta pengembangan solusi dilakukan dengan menerapkan konsep Design Thinking yang berfokus pada pemahaman mendalam terhadap kebutuhan dan keinginan para petani.
Dalam konteks pengembangan solusi, kegiatan LEX 2023 ini memiliki dua tahapan awal yang penting, yaitu identifikasi masalah dan pengembangan solusi. Identifikasi masalah melibatkan dua tahap, yakni Sense and Sensibility serta Problem Formulation. Pada tahap Sense and Sensibility, mahasiswa diarahkan untuk memahami permasalahan secara mendalam dari sudut pandang petani, dengan melakukan riset, wawancara, dan merasakan langsung kehidupan sehari-hari para petani. Setelah tahap ini, mahasiswa kemudian masuk ke tahap Problem Formulation, di mana mereka merumuskan masalah utama yang dihadapi oleh petani kencur, dengan mempertimbangkan karakteristik petani, kebutuhan mereka, serta tantangan yang dihadapi.
Setelah merumuskan masalah, langkah selanjutnya adalah tahap Ideasi, di mana mahasiswa menciptakan berbagai gagasan kreatif untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan dari tahap ini adalah menghasilkan beragam opsi solusi yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut. Dalam proses ini, penting untuk tetap mempertimbangkan pandangan dan kebutuhan para petani. Setelah itu, dilanjutkan dengan tahap pembuatan prototipe, di mana ide-ide yang dipilih pada tahap sebelumnya diwujudkan menjadi representasi fisik solusi yang dipilih. Tujuan dari tahap ini adalah untuk berkomunikasi dengan petani mengenai ide yang diusulkan.
Tahap berikutnya adalah co-creation, di mana para petani secara aktif terlibat dalam pengujian prototipe yang telah dikembangkan oleh mahasiswa. Mereka memberikan masukan berharga yang digunakan untuk mengembangkan prototipe lebih lanjut. Kegiatan co-creation ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Camat Tanjungmedar, Kepala Desa Jingkang beserta stafnya, para petani kencur, dan siswa-siswa SMP-SMA di wilayah Desa Jingkang. Respons positif dari masyarakat setempat menunjukkan pentingnya kolaborasi ini.
Selama kegiatan ini, berbagai prototipe telah diciptakan. Kencur-X dan Kencur-N merupakan nama prototipe yang dihasilkan oleh salah satu kelompok peserta LEX 2023. Kencur-X, sebuah tongkat pemanen ergonomis dengan cakar berbentuk inovatif, menghadirkan solusi untuk mengatasi rasa sakit di pinggang yang sering dialami petani saat mereka membungkuk dalam proses pemanenan kencur. Di sisi lain, Kencur-N, sebuah bioreaktor sederhana yang dapat mengatur suhu, kelembaban, dan nutrisi, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemberian nutrisi pada tanaman kencur.
Tidak berhenti di situ, para peserta LEX 2023 juga menciptakan berbagai prototipe lainnya yang menginspirasi. Diantaranya adalah alat pengatur aliran air di perkebunan kencur yang menjelma menjadi atap transparan dengan lubang-lubang yang strategis. Tujuannya? Meminimalkan risiko pembusukan kencur akibat kadar air yang berlebihan di dalam tanah. Sementara itu, kelompok lain mengembangkan alat pencabut rumput yang efisien dengan ujung yang dapat diatur, dan sistem pemantauan kondisi tanah yang menggunakan teknologi Internet of Things (IoT), alat pembuatan cuka kayu untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan pemanfaatan limbah perkebunan, sistem pengelolaan kelompok tani yang efisien, produk-produk berbahan dasar kencur, dan berbagai inovasi lainnya. Prototipe-prototipe ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut demi meningkatkan kesejahteraan petani Desa Jingkang.
Kegiatan LEX 2023 membuktikan bahwa pendidikan bukan hanya dapat dilakukan dalam kelas, tetapi juga melalui pengalaman kolaboratif yang mendalam dan langsung terhadap permasalahan nyata masyarakat. Pendekatan Design Thinking yang melibatkan dukungan para ahli telah terbukti mampu menghasilkan produk-produk yang memberikan manfaat konkret kepada masyarakat. Selain memberikan manfaat kepada masyarakat, kegiatan ini juga memberikan mahasiswa kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam mengatasi permasalahan di masyarakat, memperluas jaringan antara komunitas pendidikan di tiga negara, dan membuka pintu untuk kolaborasi yang lebih luas di masa yang akan datang.