KKN Tematik Dorong Daya Ungkit Masyarakat Desa
Tags: ITB SDGs, Industry, Innovation, and Infrastructure, Infrastructural Development
Pusat Pemberdayaan Perdesaan (P2D) Institut Teknologi Bandung (ITB) menaruh perhatian khusus pada peningkatan infrastruktur desa. P2D ITB adalah salah satu pusat di ITB di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB. Ir. Endra Susila, M.T., Ph.D. yang ditugasi menjadi Ketua P2D ITB pada masa bakti 2012-2020 menjelaskan, P2D didirikan dengan tujuan membantu membangun dan memberdayakan desa-desa di Indonesia, fokus awalnya di Provinsi Jawa Barat.
Bentuk bantuan yang diberikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan desa tersebut agar bisa menjadi lebih mandiri secara berkesinambungan. Infrastruktur (fisik) menjadi salah satu kebutuhan desa yang mendesak, meliputi infrastruktur bangunan sipil (jalan, jembatan, bangunan gedung, dam, dll), infrastruktur daya (listrik) dan infrastruktur IT (informasi dan teknologi). P2D juga mempunyai bidang bidang lain yang memberikan perhatian serius untuk pemberdayaan perdesaan, seperti bidang pertanian, kebijakan desa, serta sistem informasi database desa.
Untuk bidang infrastruktur (fisik), P2D ITB bersama-sama dengan program KKN Tematik ITB telah berkontribusi nyata membangun beberapa infrastruktur jembatan di beberapa desa di wilayah Jawa Barat. Salah satu program pembangunan jembatan ini dilakukan pada tahun 2015 di Desa Cikuya, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Di lokasi pembangunan jembatan itu sebenarnya telah terbangun jembatan. Namun, jembatannya pada saat itu sudah perlu diperbaiki karena telah mengalami kerusakan akibat faktor usia dan dikonstruksi dengan teknik dan bahan-bahan yang sederhana.
"Jembatan ini krusial untuk mobilitas penduduk setempat. Kalau jembatan ini rusak sehingga terputus, masyarakat harus berputar jauh. Anak-anak sekolah, mobilitas hasil pertanian, perkebunan serta peternakan akan sangat terganggu. Kondisi jembatan pada saat itu sangat mendesak untuk diperbaiki," katanya.
Di samping permasalahan infrastruktur jembatan dan jalan, desa ini juga sebenarnya memerlukan pengembangan bidang-bidang lain, seperti pengembangan kesehatan, pendidikan, pertanian, dll. Pembangunan dan perbaikan jembatan di Cikuya diharapkan mampu memberikan daya ungkit bagi masyarakatnya. Akses yang kian mudah akan membantu masyarakat menjangkau layanan pendidikan, kesehatan, juga diharapkan akan mengembangkan perekonomian desa tersebut.
Keputusan membangun jembatan itu berdasarkan hasil tim survei dari ITB (Tim KKN di Cikuya Tematik). Sebelum pelaksanaan, tim survei telah melakukan studi, salah satunya dengan melihat langsung beberapa desa yang menjadi kandidat lokasi KKN Tematik sekaligus calon penerima bantuan infrastruktur ini. Mengingat pendanaan yang terbatas, survei ini diperlukan untuk memastikan lokasi ini benar-benar memerlukannya sekaligus programnya tepat sasaran. "Tim KKN Tematik memilih desa yang paling memerlukan sekaligus bisa memberikan pendidikan pengabdian masyarakat kepada para mahasiswa peserta KKN Tematik. Apabila diperlukan tim meminta data juga ke Pemprov Jabar, desa-desa mana saja yang paling memerlukan. Ada beberapa kandidat, ada tim yang menyurvei. Akhirnya dipilih satu desa," tutur Endra.
Endra mengatakan, saat mendampingi desa, ITB menyerap sebanyak mungkin informasi dari masyarakat sehingga bisa diketahui dengan jelas apa kebutuhan masyarakat. Keputusan untuk membangun jembatan gantung di Cikuya yang menggunakan lokasi jembatan lama juga merupakan hasil berdialog dengan warga setempat. "Karena alokasi anggaran yang terbatas, salah pertimbangan utamanya adalah efisiensi biaya untuk mendapatkan tujuan yang dicapai," ujar Endra.
Anggaran terbatas bukan berarti mengorbankan kualitas jembatan, tim menyesuaikan tipe jembatan yang akan dibangun dan pembangunannya sebanyak mungkin memanfaatkan material yang ada di lokasi. "Jadi harganya bisa efisien," ujar Endra.
Harganya Setelah itu soal sumber daya manusia. ITB juga menggandeng masyarakat setempat untuk pembangunannya. Rupanya masyarakat sudah pernah membuat jembatan gantung yang sederhana," kata Endra. Pembangunan juga dibantu oleh mahasiswa peserta KKN dan anggota Secapa TNI AD,
Terakhir, pembangunan infrastruktur jembatan perlu mengacu pada aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Aturan pemerintah ini perlu dilaksanakan karena aturan-aturan tersebut menjadi acuan pembangunan infrastruktur, misalnya: terkait spesifikasi khusus bangunan di daerah rawan bencana. "Bangunan yang kita buat harus mengikuti aturan yang berlaku," ucapnya.
Setelah mempertimbangkan sisi fungsional, anggaran, sumber daya, serta aturan, kemudian dibuatlah jembatan gantung di Cikuya. Meski dibangun di desa, kualitasnya tidak kalah dengan jembatan-jembatan gantung panjang di dalam negeri, maupun di luar negeri, hanya skalanya lebih kecil. "Ini kan pusat penelitian, produknya mestinya juga paling mengkuti aturan yang berlaku, inovatif, dan efisien. Kalau satunya indah, satunya biasa saja dengan harga yang sama, pasti kita pilih yang indah," tutur Endra
ITB tidak hanya membangun jembatan di Cikuya, juga beberapa jembatan desa di Jawa Barat. Selain infrastruktur jembatan, P2D ITB juga telah mengembangkan infrastruktur-infrastruktur lain, seperti pembangkit listrik mikrohidro, panel surya, juga prototipe rumah yang mengusung konsep ramah lingkungan.
Tantangannya tidak mudah menjangkau desa desa itu. Lokasinya terpencil, tidak mudah diakses dengan kendaraan sehingga proses konstruksinya menjadi sulit. "Dari jembatan ke lokasi mobil itu jalannya 20 menit. Kalau balik jadi lebih dari 301 menit karena jalannya menanjak. Pernah waktu itu saat bulan Ramadan, mengecek langsung ke lokasi, mengecek penulangan fondasi sebelum pengecoran. Itu menjadi puasa yang paling haus karena biasanya perlu minum dua botol air mineral untuk sampai ke lokasi," kata Endra menuturkan pengalamannya.
Meski sulit, semua terbayar lunas dengan senyum bahagia warga desa. Masalah yang selama ini menjadi ganjalan serta kekhawatiran aktivitas mereka bisa diatasi dengan perbaruan jembatan, menjadi jembatan yang lebih aman dan layak. "Kalau bertemu am aman masyarakat desa ini, senyum dan tatapan mereka sangat senang. Masyarakat sangat membantu, bekerja sama dengan mahasiswa dan TNI juga. Jadi menyenangkan," ujar Endra.
la berharap, ITB khususnya P2D ITB ke depan bisa berkontribusi lebih banyak lagi pada kerja-kerja pemberdayaan desa-desa. Desa-desa di Jawa Barat atau di Pulau Jawa relatif lebih baik kondisinya ketimbang desa-desa di pulau terluar Indonesia. Harapannya, kontribusi ITB bisa menjangkau desa desa itu pula. Meski berada jauh dari pusat-pusat kota, desa-desa harus dibantu dan didorong menjadi
lebih mandiri dan lebih sejahtera. ITB membantu masyarakat desa mengenali dan menggali potensi yang dimilikinya sehingga desa mempunyal gambaran untuk mengembangkan potensinya. "LPPM ITB punya desa-desa binaan. Desa-desa yang sudah sukses bisa menjadi prototipe pengembangan desa lainnya," tuturnya. Endra menambahkan, upaya ini dilakukan ITB dengan menggandeng pemangku-pemangku
kepentingan lain. Bersama-sama bahu-membahu membangun desa agar negara Republik Indonesia semakin kuat dan maju, (Deny Willy Junaidy Ph.D/Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat LPPM ITB)***