Kertas Serat Nanas Bentuk Implementasi Ekonomi Sirkular

Kertas Serat Nanas Bentuk Implementasi Ekonomi Sirkular

Tags: ITB4People, Community Services, SDGs12

Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang besar terhadap sektor kesehatan dan perekonomian di Indonesia. Dimulai dari tahun 2021 setelah angka kasus COVID-19 mampu dikendalikan, upaya perbaikan pada sektor kesehatan dan perekonomian nasional terus berlanjut. Berdasarkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, dalam upaya pemulihan ekonomi nasional, pemerintah Indonesia berkomitmen tidak hanya untuk mengembalikan kondisi ekonomi sebagaimana sebelum krisis, namun juga menuju ke kondisi yang jauh lebih baik. Salah satu upaya untuk memenuhi komitmen tersebut adalah dengan melakukan transformasi ekonomi ke arah ekonomi sirkular.

Ekonomi sirkular diketahui sebagai suatu sistem ekonomi dengan pendekatan closed loop. Pada sistem tersebut bahan baku, komponen, dan produk dijaga agar tetap berguna dan berharga sehingga dapat mengurangi jumlah limbah yang tidak digunakan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Prinsip 3R lingkungan (reduce, reuse, dan recycle), menjadi dasar dari pendekatan ekonomi sirkular. Pendekatan tersebut kemudian berkembang menjadi 5R (refuse, reduce, reuse, repurpose, recycle) dan yang terbaru adalah 9R (refuse, rethink, reduce, reuse, repair, refurbish, remanufacture, repurpose, recycle, recover). Perubahan sistemik menjadi landasan dari ekonomi sirkular. Hal tersebut dimulai dari memikirkan kembali cara-cara untuk memperpanjang masa pakai dan siklus hidup dari suatu material dan produk. Serta menghalangi sampah untuk berakhir di TPA. Penerapan ekonomi sirkular di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2017 dan sistem ekonomi tersebut hanya bisa terjadi dengan kerja sama dari produsen, konsumen, pemerintah, dan tokoh masyarakat lainnya sebagai pelaksana pembangunan berkelanjutan.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menerapkan sistem ekonomi sirkular sebagai salah satu solusi bagi pelaku industri untuk dapat berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan tetap memperhatikan ketersediaan sumber daya energi dan dampak lingkungan. Sistem tersebut diterapkan diseluruh industri di Indonesia, tidak terkecuali industri kecil dan menengah (IKM). Para pelaku IKM dituntut untuk dapat beradaptasi dengan perubahan pasar dan mampu bersaing dengan produk-produk industri besar maupun produk yang berasal dari luar negeri. Untuk dapat menggali potensi para pelaku IKM, dapat dimulai dengan menggali bahan baku lokal yang menjadi kekayaan dan kearifan daerah tersebut. Salah satunya adalah serat daun nanas yang banyak diproduksi di berbagai daerah di Indonesia. Melalui program penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru di Kota Prabumulih yang diselenggarakan oleh Kemenperin melalui Direktorat Jenderal IKMA, dijelaskan bahwa pemanfaatan serat daun nanas harus terus dimaksimalkan karena sesuai dengan prinsip efektivitas dan efisiensi terhadap sumber daya alternatif yang berkelanjutan.

NANAS, KABUPATEN SUBANG, DAN POTENSINYA

Nanas yang dikenal dengan nama latin Ananas comosus merupakan salah satu buah tropis yang banyak berkembang di daerah Indonesia. Terdapat sekitar 165,690 hektar perkebunan nanas, diantaranya 3,367 hektar berada di daerah Kabupaten Subang yang mencakup sekitar 95% total perkebunan nanas di Jawa Barat dengan hasil produksi perkebunannya yang khas yaitu buah nanas madu. Selain buahnya yang terkenal akan rasa manis dan asamnya dan banyak diolah menjadi berbagai macam produk seperti dodol nanas, keripik nanas, coklat nanas, dan pie nanas ada bagian dari tanaman buah nanas yang dapat diolah menjadi suatu produk yaitu, daun dari tanaman buah nanas.

Pada masa panen buah nanas, daun dari tanaman buah nanas tersebut menjadi limbah. Hal tersebut dikarenakan ketika panen, tanaman nanas tersebut harus diganti dengan tanaman nanas yang baru atau setelah 2-3 kali masa panen. Dikarenakan belum banyak dimanfaatkan, maka daun tersebut menjadi limbah dan menumpuk. Limbah daun tersebut biasanya digunakan untuk pakan ternak atau untuk arang. Padahal daun dari tanaman buah nanas dikarenakan tidak mempunyai tulang daun, adanya serat-serat dalam daun nanas tersebut akan memperkuat daun nanas saat pertumbuhannya. Sehingga serat yang dihasilkan dari serat tersebut memiliki karakter yang kuat, halus, dan mirip seperti sutera serta memiliki kandungan serat selulosa sebesar 69.5-71.5 %. Sifat yang halus namun masih kuat menjadikan serat daun nanas memiliki banyak kegunaan. Kain tenun dari serat daun nanas memiliki kualitas yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai bahan utama tirai, kain pelapis dinding, hingga berbagai kerajinan tangan. Serat yang belum ditenun pun dapat dihancurkan menjadi pulp, bahan baku kertas. Kertas yang dihasilkan dari serat daun nanas memiliki karakter yang kuat dan halus namun mudah terurai jika terkena air yang banyak.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik untuk data produk hortikultura, pada tahun 2020 hingga 2021 jumlah produksi dari buah nanas di Indonesia meningkat, dari 2.447.243 ton menjadi 2.886.417 ton. Jumlah produksinya pada tahun 2021 pun terbesar kedua setelah pisang  Bukan hanya permintaan terhadap buah nanas yang meningkat, tetapi juga permintaan terhadap serat daun nanas. Serat dari daun buah nanas tidak hanya diproduksi untuk kebutuhan dalam negeri tapi, juga sudah diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, Malaysia, Singapura, dan Jerman.

WORKSHOP KERTAS SERAT DAUN NANAS

Alfiber, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang didirikan oleh Pak Alan Sahroni, A.Md dari tahun 2013 adalah sebuah industri kecil yang bergerak di dalam bidang produksi pengolahan daun nanas untuk menjadi helaian-helaian serat yang kemudian disebut dengan nama serat daun nanas. Alfiber tidak hanya memproduksi serat daun nanas, namun juga sudah berkembang ke dalam proses pembuatan produk-produk berbahan dasar serat daun nanas seperti benang dan kain dari serat daun nanas. Adapun latar belakang dari didirikannya Alfiber dikarenakan terdapatnya banyak limbah daun nanas hasil panen buah nanas yang belum termanfaatkan dengan baik di Kota Subang. Serat nanas tersebut pun sekarang sudah mulai banyak menarik minat pasar tidak hanya dalam skala Nasional tapi juga pasar Internasional. Serat daun nanas yang diproduksi Alfiber sudah mulai  diekspor ke luar negeri, salah satunya ke Singapura.

Dikarenakan terdapatnya permintaan pasar yang meningkat, Alfiber tidak hanya meningkatkan jumlah pekerja dan jumlah target produksi. Mereka mulai selektif terhadap kualitas serat yang mereka produksi. Serat daun nanas yang dikategorikan sebagai serat nanas yang bagus adalah rata-rata yang mencapai panjang kurang lebih 60 cm. Hal tersebut berakibat terdapatnya serat-serat yang menjadi limbah akibat tidak mencapai kategori tersebut. Serat daun nanas yang kemudian dianggap sebagai limbah adalah serat nanas yang kusut akibat proses penyisiran dan panjangnya tidak mencapai 60 cm. Limbah serat daun nanas ini pun kerap bertambah jumlahnya karena tidak ada yang berminat untuk membeli atau memakainya padahal tujuan dari Alfiber pada awalnya adalah untuk memanfaatkan seluruh bagian dari tanaman buah nanas selain buahnya yang memang menjadi khas Kota Subang sehingga tidak ada limbah yang dihasilkan. Harapan tidak adanya limbah yang dihasilkan memperlihatkan bahwa UMKM tersebut menerapkan sistem ekonomi sirkular dalam proses pengolahan produknya.

Salah satu kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari KK Kriya dan Tradisi FSRD ITB pada tahun 2022 berfokus pada pengolahan dari limbah serat daun nanas tersebut dan potensi atau inovasi yang bisa dihasilkannya. Kegiatan yang diketuai oleh Innamia Indriani, S.Ds., M.Ds. bersama dengan Sabrina Ilma Sakina, S.Ds., M.Ds. dan mahasiswa yang terlibat Arya Putra Nasri, Ken Kayla Smaradhina, Stephanie Graciela Wiryadinata bekerja sama dengan Alfiber untuk mengolah limbah serat daun nanas tersebut. Kegiatan diawali dengan diskusi dan kemudian dilakukannya studi serta eksperimen untuk diketahui produk tepat guna apa yang sesuai dengan kondisi di Alfiber dan juga kondisi bahan bakunya, yang kemudian diperoleh kertas dengan teknik cetak saring sebagai produk tepat guna yang paling memungkinkan untuk dihasilkan. Kertas merupakan produk yang memiliki kegunaan sepanjang waktu dan dalam perkembangannya dapat diproduksi menjadi shifu, sebuah tali yang dipelintir dari potongan kertas tipis yang dipelintir secara bertahap menjadi benang dan kemudian dibuat menjadi tekstil. Shifu yang berasal dari Jepang telah digunakan untuk barang-barang rajutan dan anyaman, keranjang, tikar, tas, pakaian, dan benda-benda seni. Sehingga, dengan menghasilkan limbah serat daun nanas tersebut menjadi kertas diharapkan mampu mengembangkan dan memproduksi kertas tersebut ke produk-produk lainnya.

Pada bulan Agustus 2022 diberlangsungkan kegiatan “Workshop Pembuatan Kertas Berbahan Dasar Serat Nanas” di Balai Desa Cikadu, Kabupaten Subang. Peserta dari kegiatan tersebut adalah para pekerja dari Alfiber dengan total peserta delapan orang peserta. Para peserta tidak hanya diberitahukan mengenai cara membuat kertas tapi, juga proses pembuatannya dari awal hingga akhirnya menjadi lembaran kertas. Pembuatan kertas dengan teknik cetak saring menjadi salah satu solusi yang dihasilkan untuk kondisi yang dihadapi oleh Alfiber dikarenakan proses pembuatannya mudah dan alat yang digunakannya sederhana dan mudah untuk diperoleh sehingga tidak mempersulit para peserta apabila mereka hendak mengulang proses produksi kertas tersebut. Dengan diselenggarakannya workshop tersebut diharapkan tidak hanya sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi Alfiber namun juga memberikan inspirasi atau variasi dari produk yang bisa mereka hasilkan dari serat daun nanas yang tentunya diharapkan bisa diperjualbelikan dan meningkatkan pendapatan UMKM tersebut.

1045

views