Kembangkan Kualitas Kader dan Relawan PMI untuk Peningkatan Kualitas Donor Darah, Mimika, Papua

Sebanyak 40 relawan PMI mengikuti pelatihan peningkatan kualitas pelayanan donor darah yang berlangsung di Kantor PMI Mimika, Kamis (25/5/2023).

Kegiatan ini digagas oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM ITB) bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Mimika, Exeins Health Initiative (EHI) dan Pusat Riset BRIN.

Pelatihan ini mengusung tema "Capacity Building Kader dan Relawan Palang Merah Indonesia Mimika untuk Peningkatan Kualitas Pelayanan Donor Darah di Kabupaten Mimika, Papua".

Perwakilan LPPM ITB Dr.rer.nat Fifi Fitriyah Masduki mengatakan, proses transfusi darah merupakan salah satu bagian penting dari pelayanan kesehatan modern yang jika digunakan dengan benar, atas indikasi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan.

Terdapat beberapa kendala dalam pemanfaatan darah yang berasal dari donor, diantaranya adalah keterbatasan stok di Bank Darah PMI maupun unit transfusi darah (UTD) rumah sakit dan juga transfusi darah mengandung banyak risiko. Oleh karenanya berbagai pemeriksaan harus dilakukan sebelum darah ditransfusikan.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan risiko transfusi, namun demikian efek samping seperti munculnya reaksi transfusi atau infeksi akibat transfusi masih mungkin tetap terjadi.

Dikatakan, menurut Kementerian Kesehatan pada Tahun 2014, pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum transfusi darah yakni pemeriksaan infeksi penyakit menular meliputi pemeriksaan HIV dan Hepatitis B, Hepatitis C dan Sifilis.

Berdasarkan data WHO Tahun 2016, terdapat 36,7 juta orang terinfeksi HIV dan di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 242.699 orang.

Menurut data Ditjen PP dan PL pada Desember 2016 dilaporkan jumlah kumulatif infeksi HIV sebanyak 232.323 orang dan di Provinsi Papua menduduki peringkat ke-3 di Indonesia sebanyak 24.725 orang.

Kementerian Kesehatan pada Tahun 2014, melaporkan sebanyak 18 juta orang terinfeksi hepatitis B. Provinsi Papua terinfeksi hepatitis B sebesar 0,8 persen.

Kemudian data Kementerian Kesehatam Tahun 2017 diketahui Infeksi HIV dan Hepatitis B paling banyak terjadi pada kelompok usia dewasa yaitu usia 25 sampai 49 tahun dan 20 sampai 24 tahun.

Tingginya tingkat infeksi penyakit HIV dan hepatitis di Papua menyebabkan screening terhadap darah donor menjadi sangat penting.

Saat ini PMI Mimika, Kabupaten Mimika seringkali mengalami kekurangan donor darah dan tenaga kerja yang diperlukan, untuk melakukan screning terhadap penyakit infeksi menular tersebut pada kantong darah yang diperoleh.

"PMI Mimika mengandalkan relawan yang tidak semua memiliki latar belakang pendidikan kesehatan. Oleh karena itu penting dilakukan peningkatan capacity building para kader dan relawan PMI Mimika agar kualitas pelayanan donor darah dan penyediaan darah dapat meningkat," jelas Fifi.

Selain itu, masalah yang dihadapi di PMI pada umumnya adalah tingginya angka kematian akibat kekurangan darah.

Salah satu buktinya tercermin dari angka kematian ibu yang sebagian besar disebabkan oleh pendarahan yang masih menjadi masalah besar dalam dunia kesehatan khususnya di Indonesia.

"Oleh karena itu, upaya untuk menumbuhkan kesadaran akan manfaat donor darah kepada masyarakat sangat penting untuk dilakukan," tutur Fifi.

Ia mengatakan, upaya untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya donor darah dan juga meningkatkan keterampilan para kader dan relawan dalam melakukan screening penyakit infeksi pada darah, merupakan suatu program yang berkelanjutan dan melibatkan seluruh elemen penting, yaitu masyarakat setempat dan pemerintah daerah dengan didukung oleh institusi pendidikan seperti ITB.

”Menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat yang didukung oleh pemerintah daerah setempat akan pentingnya donor darah dan screening darah, merupakan investasi penting yang berjangka panjang dan memiliki dampak di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakan Mimika,” ungkapnya.

Selain teori, peserta kegiatan juga mengkuti simulasi alur proses donor darah. Dalam kegiatan simulasi ini penyelenggara bekerja sama dengan UTD RSUD Mimika dan Rumah Sakit Mitra Masyarakat.

Ia berharap, setelah peserta mendapatkan materi baik teori maupun praktek bisa menyebarluaskan informasi ini kepada lebih banyak orang.

”Peserta memberi pemahaman kepada lebih banyak orang bahwa mendonorkan darah itu selain untuk kemanusiaan juga bermanfaat kepada pendonor,” jelasnya.

Sementara itu Direktur EHI, Frilasita Yudhaputri menyebutkan pihaknya menyambut baik kegiatan ini karena prinsipnya untuk menolong.

”Kita bahagia bisa sumbang sesuatu di Kabupaten Mimika, berkolaborasi dengan ITB, Pusat Riset Biologi Molekular Eijkman BRIN dan PMI Mimika,” ungkapnya.

344

views