Kedaulatan Ekonomi Petani Lewat Ecobiz
Tags: ITB4People, Community Services, SDGs8
Jawa Barat merupakan provinsi dengan produk-produk unggulan yang terdiri atas berbagai hasil pertanian, baik produk hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, maupun perikanan. Namun, nasib para petaninya tidak banyak mengalami perubahan. Itu tecermin dari indikator kesejahreraan petani, yakni indeks nilai tukar petani (NTP) di Jawa Barat, yang pada triwulan II 2021 merupakan penurunan NTP tertinggi di Pulau Jawa. Penurunan NTP Jawa Barat pada triwulan 11 2021 terutama terjadi pada dua subseklor, yaitu tanaman pangan dan tanaman hortikultura.
Kelompok Keahlian Strategi Bisnis dan Pemasaran SBM ITB berupaya membahas permasalahan tersebut dalam kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat sejak 2015 hingga 2019. Kegiatan ini melibatkan 2.700 petani, peternak, nelayan, juga usaha kecil pengolahan yang merupakan anggota koperasi.
Untuk penelilian ini, tim berkolaborasi dengan Dewan Koperasi Indonesia Wilayah (Dekopinwil) Jawa Barat di bawah kepemimpinan Dr. Mustafa Djamaludin, juga 27 Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) di setiap kota dan kabupaten Jawa Barat beserta pengurus dan karyawannya. Selain itu, dengan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat serta mahasiswa sarjana, magister manajemen, dan magister administrasi bisnis SBM ITB.
Permasalahan yang terjadi pada pemangku agribisnis (Purwanegara et al, 2015) merupakan masalah umum yang dihadapi oleh kelompok bottom of pyramide (BOP) di dunia. Kondisi ini diperparah dengan persaingan antara komoditas Jawa Barat dan produk asing imbas dari era liberalisasi, globalisasi, dan digitalisasi ekonomi. Jika tidak diselesaikan segera, masalah ini akan menyebabkan ketergantungan pangan impor.
Solusi agribisnis untuk UMK
Model bisnis yang umum dipakai selama ini umumnya menekankan pada penciptaan nilai untuk menghasilkan keuntungan yang besar (value of proposition) yang tidak mungkin dilakukan oleh komunitas petani. nelayan, peternak, juga usaha pengolahan dan produksi berskala mikro serla kecil yang pendidikannya rendah dan memiliki banyak keterbatasan dari segi ekonomi dan sumber daya lainnya (Purwanegara el al 2015, Gradl and Jenkins, 2011 dan UNDP, 2006). Selanjutnya, komunitas ini disebut sebagai komunitas produsen.
Untuk menciptakan pembangunan sosial dan kemakmuran bagi kelompok BOP ini diperlukan model bisnis inklusif (Purwanegara et al, 2019). Model ini berupa penguatan rantai pasok produsen-konsumen melalui kegiatan gotong royong dari para pemangku kepentingan, yang meliputi pemerintah, lembaga penelitian, universitas, organisasi masyarakat sipil, pemerintahan, lembaga keuangan dan pendanaan, serta perusahaan yang memiliki pengetahuan, informasi, dan aset berlebih.
Model bisnis berbasis ekosistem tersebut memerlukan kehadiran karakteristik berikut:
1. Setidaknya ada dua kelompok pemain yang berbeda (pasar dua sisi). Misalnya, adanya komunitas produsen dan pembeli. Komunitas pembeli dapat diwakili koperasi karyawan yang berfungsi sebagai koperasi konsumen.
2. Adanya kelompok ketiga, misalnya pemangku kepentingan sebagai pemilik informasi, pengetahuan, ataupun aset berlebih untuk berbagi kepada kedua kelompok sebelumnya.
3. Adanya orkestrator yang dapat memperbaiki situasi berbagai kelompok dengan cara mengoordinasikan semua anggota kelompok untuk saling memberi manfaat dan memenuhi kebutuhan mereka.
4. Adanya platform digital untuk media berinteraksi real time dari pihak yang beragam. Di sinilah platform digital Ecobiz.id (d/h ecobiz.sbm.itb.ac.id) diperlukan untuk mencapai target efektivitas dan efisiensi dari proses berbagi pengetahuan, informasi, maupun aset berlebih (Purwanegara et. al 2019).
Platform Ecobiz.id
Platform Ecobiz.id sesungguhnya bukan hanya diperuntukkan bagi koperasi. Namun, pada akhirnya, koperasi yang anggotanya terdiri atas komunitas produsen akan menjadi salah satu pilihan jenis usaha yang paling menguntungkan anggotanya jika dikelola dengan baik.
Melalui koperasi produsen itu akan didapat skala ekonomi produksi yang lebih besar, tingkat efisensi bisnis yang lebih tinggi, serta pengelolaan mutu yang lebih mudah dalam memenuhi tuntutan pasar modern dan ekspor.
Bayangkan jika koperasi produsen itu dapat berkolaborasi dengan koperasi konsumen. contohnya koperasi karyawan pemilik toko. Target utama koperasi konsumen ialah melayani pemenuhan kebutuhan anggotanya (captive market dengan jumlah permintaannya terukur).
Jenis koperasi konsumen saat ini hanya menampung sejumlah kecil produk komunitas produksi usaha mikro dan kecil karena jumlah maupun kualitasnya tidak memenuhi standar. Koperasi konsumen dapat diprioritaskan untuk berkolaborasi dengan komunitas produsen dan menjadi target penjualan awal bagi produk•produk yang dihasilkan melalui pendampingan Ecobiz.id.
Dengan kolaborasi ini tidak mustahil koperasi dapat menjalankan peran dengan baik dalam memotong jalur pemasok-pasar yang selama ini dikuasai tengkulak, retail yang hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri alias kapitalis. Lebih dari itu, para anggota juga akan mendapat keuntungan bisnis dalam bentuk sisa hasil usaha (SHU). Melalui penggunaan platform digital ini beragam kegiatan pun dapat dilakukan sebagai upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh para produsen dan anggota koperasi. Contohnya ialah:
1. Pelatihan komunitas produsen dan koperasi produsen di Jawa Barat terkait teknik produksi, pascapanen, dan pembiasaan diskusi untuk menambah ilmu.
2. Pelatihan kepada toko-toko yang dimiliki koperasi konsumen dalam memenuhi kebutuhan anggota. Toko-toko koperasi ini diharapkan dapat meningkatkan pasokan yang dihasilkan para anggota produsen dari koperasi.
3. Pendampingan komunitas produsen/koperasi produsen dan koperasi konsumen oleh seluruh stakeholder terkait melalui sarana berbagi informasi.
4. Membentuk forum diskusi untuk membantu penyelesa.ian berbagai permasalahan yang diajukan anggota ekosistem.
5. Berbagi pengetahuan dan informasi melalui konten dan website mitra Ecobiz.id
6. Berbagi pemanfaatan aset/teknologi/peralatan (sharing economy) untuk yang memerlukannya.
Ecobiz.id dalam pembelajaran di kelas
Ecobiz.id juga dapat digunakan dalam ecosystem based learning. Dosen dapat mengajak mahasiswanya aktif terlibat dan mengamati interaksi yang terjadi pada forum yang berisi 'curhatan' para anggota komunitas produsen.
Dari situ pula, Ecobiz.id dapat menjadi kasus nyata yang bisa didiskusikan dalam kelompok-kelompok di kelas dan setelahnya mahasiswa dapat belajar menuliskan saran-saran dalam halaman 'Kiat-Kiat' pada Ecobiz.id. Mahasiswa juga meningkatkan kompetensi sesuai mata kuliahnya, misalnya kegiatan berjualan atau berkomunikasi lewat medsos, atau praktik pengendalian mutu.
Sistem pembelajaran berbasis ekosistem ini pula telah diselenggarakan pada kuliah Kelompok Keahlian Strategi Bisnis dan Pemasaran SBM ITB pada 2018 dan 2019. Pada kuliah Integrated Business in Asia II, mahasiswa berperan sebagai manajer trading house dari produk-produk unggulan untuk dicoba ditawarkan ke mancanegara. Mahasiswa-mahasiswa tersebut akan berkunjung dan membina hubungan dengan pemasok-pemasok di daerah pertanian dan perkebunan di Jawa Barat, mengolaborasikan produsen dan seluruh stakeholder dalam Ecobiz.id.
Para mahasiswa juga melakukan tes pasar di pasar internasional, membina hubungan dengan pembeli potensial di luar negeri, menganalisis pasar luar negeri, dan membuat rencana ekspor. Pada akhir kuliah mereka akan memamerkan produk-produk yang telah diadaptasi sesuai temuan tes pasar, mencoba menjualnya di e-commerce, dan mengomunikasikannya di media sosial. (M-1)