Bukit Sandy yang beralamat di Ciharalang Kulon No.9, Desa Mekarsaluyu, Kecamatan Cimeyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat merupakan lokasi wisata petik buah jeruk Rimau Gerga Lebong. Secara geografis, Desa Mekarsaluyu berada pada ketinggian 900 – 1100 Mdpl dan suhu udara rata-rata 26-29°C sehingga masyarakat yang berkunjung ke Bukit Sandy dapat merasakan suasana asri dengan suhu yang tidak terlalu panas sambal menikmati pemandangan kota Bandung. Selain jeruk, terdapat juga tanaman lain seperti alpukat mentega, nangka, jambu air, cabai rawit dan banyak lagi tanaman lain. Selain itu, terdapat juga koloni lebah tanpa sengat yang sedang dikembangkan oleh Bapak Ir. Sandy Widjaja selaku pemilik Bukit Sandy.
Lebah tanpa sengat atau umumnya juga disebut lebah klanceng atau lebah trigona merupakan salah satu jenis lebah yang saat ini sudah mulai banyak dibudidayakan di Indonesia karena dapat menghasilkan madu yang rasanya khas, berbeda dengan madu yang dihasilkan oleh lebah madu. Selain menghasilkan madu, lebah tanpa sengat juga menghasilkan propolis yang memiliki banyak manfaat kesehatan. Lebah tanpa sengat dapat dibudidayakan dengan mudah di halaman rumah atau di kebun milik warga karena tidak menyengat dan dapat mencari sendiri nektar dan polen yang dibutuhkan oleh koloni lebah tanpa sengat untuk menghasilkan madu dan propolis.
Keberadaan lebah tanpa sengat yang ada di Bukit Sandy menarik perhatian Dr. Muhammad Yusuf Abduh yang merupakan seorang peneliti lebah tanpa sengat dari Kelompok Keahlian Agroteknologi & Teknologi Bioproduk, Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Bukit Sandy. Kegiatan yang didanai oleh ITB ini beranggotakan tim dosen ITB yaitu Prof. Dr. Robert Manurung, Mochamad Firmansyah, S.T., M.Si. dan Khalilan Lambangsari, S.T., M.Si. serta mahasiswa S3 Biologi ITB dan Muhammad Aldi Nurdiansyah, S.T., M.Si. dengan fokus utamanya adalah peningkatan produktivitas tanaman cabai rawit (Capsicum frustescens) di Bukit Sandy dengan bantuan lebah tanpa sengat (Tetragonula biroi).
Budidaya tanaman cabai rawit dapat dibudidayakan dengan relatif mudah dan akan mulai berbunga sekitar 40 hingga 50 hari setelah tanam. Setelah fase pembentukan bunga, bakal buah akan terbentuk sekitar 3 hari setelah dipolinasi baik secara alami atau lewat bantuan polinator seperti angin, burung, lebah tanpa sengat atau serangga agen polinator lain. Integrasi budidaya cabai rawit dan lebah tanpa sengat diharapkan dapat memanfaatkan keberadaan lebah tanpa sengat sebagai agen polinator untuk meningkatkan persentase terbentuknya buah dan meningkatkan produktivitas buah cabai rawit sedangkan untuk lebah tanpa sengat dapat memperoleh nektar dan polen untuk menghasilkan madu.
Percobaan integrasi budidaya cabai rawit dan lebah tanpa sengat dilakukan dengan meletakkan tanaman cabai rawit dan koloni lebah tanpa sengat di dalam rumah kasa untuk kemudian diamati aktivitas dan waktu kunjungan lebah tanpa sengat sebagai polinator tanaman cabai rawit serta menentukan persentase terbentuknya buah dan persentase kenaikan perolehan buah cabai rawit. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa lebah tanpa sengat secara aktif mengunjungi bunga tanaman cabai dengan aktivitas harian tertinggi pada pukul 10.00-13.00 dan menghabiskan waktu sekitar 25 detik per bunga. Jumlah lebah tanpa sengat yang mengunjungi bunga cabai rawit bervariasi dari 0,2 lebah/jam pada waktu pagi, 0,6 lebah/jam pada waktu siang dan 0,3 lebah/jam pada waktu sore hari.
Selain pengamatan terhadap aktivitas lebah, diamati juga pembentukan buah pada tanaman cabai rawit di Bukit Sandy. Set buah yang dihasilkan oleh tanaman cabai rawit yang diintegrasikan dengan lebah tanpa sengat adalah sebesar 71%, jauh lebih besar dibandingkan set buah yang dihasilkan oleh tanaman cabai rawit yang tidak terintegrasi dengan budidaya lebah tanpa sengat. Selain itu, ada juga peningkatan perolehan buah cabai rawit sebesar 25% jika tanaman cabai rawit diintegrasikan dengan budidaya lebah tanpa sengat.
Hasil pengamatan yang diperoleh oleh tim peneliti dari ITB menunjukkan hasil integrasi budidaya tanaman cabai rawit dan lebah tanpa sengat yang cukup menjanjikan untuk mengembangkan sistem pertanian terintegrasi dan taman lebah tanpa sengat di Bukit Sandy. Selain itu, hasil yang diperoleh juga untuk menarik dan bermanfaat untuk didesiminasikan agar dapat diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, ITB bekerjsama dengan pengelola Bukit Sandy melaksanakan kegiatan diseminasi Peningkatan Produktivitas Tanaman Hortikultura dengan Bantuan Lebah Tanpa Sengat pada bulan November 2022 yang dihadiri oleh kelompok tani di sekitar Desa Mekarsaluyu. Selain itu, acara tersebut juga dihadiri oleh anggota anggota dari Komunitas 1000 Kebun dan Rumah Planet yang tertarik dengan konsep integrasi tanaman hortikultura dan lebah tanpa sengat.
Pada acara tersebut, selain memaparkan hasil pengamatan yang sudah diperoleh di Bukit Sandy, para peserta juga mendapatkan pencerahan dari Dr. Rijanti Rahayu Maulani yang merupakan seorang ahli teknologi pasca panen dan juga Ketua Program Studi Sarjana Teknologi Pasca Panen ITB tentang penangananan pasca panen yang baik untuk tanaman cabai dan juga tanaman hortikultura yang lain agar dapat menghasilkan kualitas produk yang baik dan menguntungkan petani. Selain itu, para peserta juga diberikan penjelasan terkait alternatif teknik pengolahan cabai apkir untuk menghasilkan berbagai produk turunan yang dapat meningkatkan nilai tambah dari cabai rawit. Materi yang disampaikan oleh tim dari ITB sangat menarik perhatian peserta sehingga terjadi diskusi dua arah antara peserta dan tim peneliti dari ITB.
Pada kesempatan tersebut, tim peneliti juga menyerahkan cenderamata kepada Bapak Ir. Sandy Widjaja dan koloni lebah tanpa sengat Tetragonula biroi kepada perwakilan peserta agar dapat dibudidayakan di halaman rumah warga atau diintegrasikan dengan budidaya tanaman cabai rawit atau tanaman lain. Harapannya, konsep pertanian yang terintegrasi budidaya lebah tanpa sengat dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Selain itu, petani juga dapat memanen madu dan propolis yang dihasilkan oleh lebah tanpa sengat untuk konsumsi pribadi atau bisa juga dijual sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.