Desa Sumpur Kudus di Sumatera Barat merupakan salah satu desa yang aktif dalam menjaga kelestarian hutan seluas 4.862 hektar, yang kaya akan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan keanekaragaman hayati. Masyarakat desa memahami pentingnya hutan sebagai sumber kehidupan, sehingga mereka mengatur pelestariannya melalui peraturan adat yang didukung oleh kelompok penjaga hutan adat.
Sejak tahun 2018, masyarakat telah aktif melakukan kegiatan konservasi, termasuk pemantauan hutan, inventarisasi potensi, pencegahan penebangan liar, penanaman pohon, hingga panen rotan lestari sebagai sumber pendapatan utama. Namun, tantangan akses yang sulit di tengah hutan membuat para petani rotan sering kali harus tinggal berhari-hari di pos patroli tanpa suplai listrik. Kondisi ini diperburuk oleh sulitnya membawa generator ke lokasi hutan, memaksa mereka kembali ke desa untuk mengisi daya ulang, sehingga menurunkan efisiensi kerja dan hasil panen.
Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 2024 masyarakat Desa Sumpur Kudus, melalui aplikasi Desanesha, mengajukan permohonan bantuan teknologi kepada Institut Teknologi Bandung (ITB). Tim yang dipimpin oleh Dr. Bryan Denov, S.T., M.T dari Kelompok Keahlian Teknik Ketenagalistrikan, STEI ITB, bersama anggota seperti Dr. Ing. Deny Hamdani, S.T., M.Sc., Dr. Ir. Syarif Hidayat, M.T., Ramadhani Eka Putra, S.Si., M.Si., Ph.D, serta teknisi lapangan Muhammad Alfatha Kurniadi, merancang pembangkit listrik pico-hydro portabel dengan kapasitas 1 kilowatt untuk menyediakan listrik bagi kegiatan panen rotan di dalam hutan.
Teknologi ini memanfaatkan aliran air di hutan sebagai sumber energi. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh mahasiswa Ridwan Fauzan Dhoifullah (NIM 18022043) dan Moses Yohanes Daryl Hutapea (NIM 18022042), debit air di lokasi cukup deras dan stabil untuk menghasilkan tenaga listrik skala kecil. Cara kerja sistem pico-hydro ini dimulai dengan bendungan kecil yang mengarahkan air ke turbin. Aliran air memutar turbin yang terhubung ke generator atau alternator, menghasilkan tegangan 12V DC. Tegangan ini disimpan di aki, yang dapat diisi hingga 14,4V DC, sebelum diubah menjadi 230V AC melalui inverter untuk menghidupkan alat-alat elektronik.
Sistem ini juga dilengkapi dengan panel kontrol listrik yang dirancang untuk memantau tegangan (voltmeter), arus listrik (amperemeter), serta perlindungan menggunakan fuse dan circuit breaker untuk menghindari korsleting. Perakitan komponen mekanik, seperti turbin dan as (shaft), dilakukan di Bengkel Tubilac, Cikutra, Bandung, dengan hasil akhir berupa sistem kompak dan portabel yang dapat digunakan langsung di lokasi.
Berita Terkait:
fokussumbar.com: Dr. Bryan Denov ST, MT: Pembangkit Listrik Pico-hydro Portable Modifikasi untuk Pemanenan Rotan di Hutan Pedalaman Desa Sumpur Kudus