Digital Mindset, sudah Siapkah?
Tags: ITB4People, Community Services, Pengabdian Masyarakat, SDGs8
Berawal dari cerita menarik tentang seorang David Velez yang ternyata telah ditanamkan pola pikir(mindset) pengusaha sejak cilik. Ia sejak usia 6 tahun sudah belajar membantu usaha pabrik kancing orangtuanya di Medellin, Kolombia. Di usia 12 tahun, ia belajar menabung untuk membeli sapi, dan akhirnya uangnya berlipat ganda hlngga bisa membantu membiayai kuliahnya di Standford, Amerika Serikat. Lalu siapakah Velez yang kemudian sukses sebagai pengusaha digital? Dialah pendiri Nubank, sebuah bank digital di Brasil yang tengah hangat diperbincangkan saat ini.
Apa yang menjadi dasar berpikir dari seorang Velez ialah kepemilikan mindset pengusaha yang sesuai eranya, yakni era eksponensial bisnis digital Pakar psikologi Dweck (2006) mendefinisikan, mindset ialah sekumpulan struktur pengetahuan yang dibangun atas pengalaman, meliputi cara berpikir dan bertindak yang sama, dalam menyerap dan memproses informasi.
Sementara itu, pakar digital mindset Benke (2013) menyatakan bahwa digital mindset ialah seperangkat struktur pengetahuan pengalaman mental yang terbentuk karena hidup dalam masyarakat digital yang setiap hari berhubungan dengan teknologi digital.
Bathia (2016) mengategorikan bahwa digital mindset memiliki dua komponen utama, yakni komponen kognitif dan komponen tindakan. Komponen kognitif mengacu pada pengetahuan, sedangkan komponen tindakan terkait penerimaan atau penolakan serta penggunaan teknologi digital. Keputusan tersebut didasarkan pada komponen kognitif yang dimiliki individu tentang teknologi digital. Selanjutnya, dalam digital mindset, faktor keyakinan menjadi salah satu faktor yang membuat seseorang memiliki kemampuan dan kemauan untuk belajar dan menggunakan teknologi baru (Solberg, 2020). Ciri utama dari individu yang memiliki digital mindset ialah fleksibilitas dan kemampuan mengadopsi teknologi. (Lanshear & Amp; Knobel, 2007 p.31).
Manusia sebagai aktor utama dari transformasi digital harus memiliki digital mindset sebagai salah satu elemen penting dalam mendorong transformasi digital. Digital mindset dapat dikembangkan seiring dengan kompetensi individunya.
Bagaimana hubungan digital mindset dengan kesiapan individu sebagai modal insani? Sebuah penelitian terkini tentang pengukuran kesiapan pada salah satu industri perbankan yang dilakukan oleh Parapat dan Hendarman (2021) telah menemukan adanya hubungan yang signifikan antara digital mindset dan kesiapan modal insani dalam mendukung industri 4.0.
Kesiapan masih minim
Dampak pandemi covid-19 telah menuntut percepatan transformasi digital, yakni arus digitalisasi telah masuk pada seluruh sektor ekonomi dan atau industri. Untuk itu, perlu ada pengukuran guna mengetahui kesiapan digital mindset individu sebagai modal insani di industri itu sendiri.
Dari beberapa hasil sampel penelitian lain yang telah dilakukan sejak 2019 hingga 2021, mengenai pengukuran kesenjangan (gap) terkait kesiapan modal insani dalam mendukung industri 4.0, yakni digital mindset memengaruhi tingkat kompetensi (terdiri atas unsur pengetahuan, keterampilan (skills), dan sikap). Penulis menemukan faktor yang perlu mendapat perhatian lebih, terutama individu yang berada pada beberapa sektor industri perbankan, manufaktur, dan telekomunikasi.
Hasil rata-rata gap menunjukkan bahwa faktor pengetahuan terkait industri 4.0, serta hard skills individu yang berada pada sektor industri perbankan, manufaktur dan telekomunikasi, masih minim.
Untuk itu, perlu dilakukan akselerasi intervensi program di organisasi atau perusahaan dalam meningkatkan pengetahuan dan hard skills yang mendukung terhadap peningkatan kesiapan kedua faktor tersebut.
Program intervensi dapat dispesifikkan, sesuai dengan konsep digital mindset yang terdiri dari komponen kognitif dan tindakan. Umpama, untuk meningkatkan faktor kognitif, yakni pengetahuan individu, dapat dilakukan melalui peran aktif individu dalam literasi digital melalui sumber multimedia, program knowledge sharing, pelatihan bertema digital, teknologi, IT, maupun konteks lain terkait industri 4.0, atau bahkan dengan mengambil program pendidikan singkat lainnya.
Sementara itu, pada komponen tindakan, peningkatan hard skills dapat diupayakan dengan mengikuti sertifikasi untuk meningkatkan keterampilan (up-skilling dan re-skilling) dalam menggunakan teknologi digital, misal artificial intelligence (AI) proses magang, rotasi pekerjaan, maupun pembelajaran melalui pengalaman langsung (experencial learning).
Menumbuhkan digital mindset
Pemerintah telah menetapkan dan menggaungkan program akselerasi percepatan transformasi digital 4.0 dan bersiap terhadap ekonomi digital di 2030, dan bahkan Indonesia Emas pada 2045. Oleh karena itu, meningkatkan digital mindset individu di masyarakat dalam mendukung program tersebut dinilai memiliki tingkat urgensi tinggi. Adapun upaya dalam menumbuhkan digital mindset bagi masyarakat secara umum, dengan mengacu pada konsep Houghton & Neck (2020), dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pertama, self regulation. Dorong diri individu untuk menerima keberadaan teknologi baru, tumbuhkan sikap digital, ubah perilaku menuju perilaku digital, hilangkan silo (sekat) individu, tumbuhkan disiplin diri terkait konsistensi terhadap teknologi digital, dan jadilah pembelajar seumur hidup. Sebab, hadirnya teknologi apapun membutuhkan pembelajaran.
Kedua, self motivation. Dorong diri individu agar memiliki keyakinan dan mampu menangkap nilai-nilai dari hadirnya teknologi baru, miliki kepercayaan diri dalam menggunakan teknologi digital, berpikir terbuka terhadap perubahan, tumbuhkan daya inovasi diri melalui eksplorasi cara-cara baru dalam berpikir, bertindak dan pengambilan keputusan, berpikirlah out of the box, dan tumbuhkan mental start-up berupa kesanggupan mengambil risiko dan memitigasinya.
Ketiga, self leadership. Dorong diri individu untuk dapat memimpin dirinya sendiri dalam mengubah mindset dan mengembangkan digital mindset secara mandiri, optimistis, dan visioner. Menjadi pemain tim kolaborasi, memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan secara digital, dan mampu menjadi pemimpin digital untuk dirinya sendiri.
Lain, siapa yang harus berperan dalam menumbuhkan digital mindset masyarakat secara masif? Hampir semua lini dan stakeholder harus bergerak bersama melalui pembangunan ekosistem dan budaya digital, baik pada level mikro pada setiap perusahaan/organisasi, maupun level messo yakni sosial masyarakat. Terlebih peran pemerintah selaku sponsor utama dari program percepatan transformasi digital dan peran institusi pendidikan mulai usia dini hingga bangku perguruan tinggi.
Berbagai elemen teknologi baru di era industri 4.0 harus diperkenalkan sesuai dengan porsi, kebutuhan, dan kepentingannya untuk seluruh sektor ekonomi/industri dan masyarakat. Maka, penulis berpendapat, langkah awal dalam membangun digital mindset dapat dilakukan dengan menumbuhkan kemauan untuk menggeser mindset, juga kemauan untuk belajar mengeksplorasi dunia digital, khususnya terkait dengan konteks industri 4.0 seperti big data analytics, cloud computing, AI, augmented reality, virtual reality, simulasi, robotic dan lain sebagainya. Dengan digital mindset, mari kita dukung Indonesia Tumbuh, Indonesia Tangguh! (M-2)