Dedikasi ITB untuk Rotan Cirebon

Lebih dari 1500 unit usaha baik skala mikro, menengah dan hingga skala besar yang aktif beroperasi di industri pengolahan bahan baku rotan menjadi furnitur dan kerajinan di Cirebon. Lebih dari 64.000 tenaga terampil diserap industri rotan di Cirebon. Melalui sejarah yang panjang, kerajinan rotan melibatkan keahlian lokal, warisan budaya, dan berdampak besar secara ekonomi. Rotan, serat alami yang diperoleh dari tanaman palma, telah menjadi bahan utama dalam berbagai produk kerajinan tangan serta furnitur yang eksotik dan fungsional. Indonesia telah lama dikenal sebagai penyumbang terbesar pasokan rotan dunia. Data dari Kementerian Perindustrian, 85% kebutuhan industri rotan dunia disuplai dari Indonesia. Tingkat produksi penghasil rotan di daerah pun sangat besar, yaitu 450 ribu ton/tahun. Indonesia juga memiliki tradisi panjang dalam pengolahan dan pemanfaatan rotan yang dapat dapat ditelusuri kembali ke zaman kolonial Belanda. Pada saat itu, rotan digunakan untuk membuat kursi dan mebel sebagai hasil produksi besar-besaran untuk memenuhi permintaan pasar internasional. Tercatat pada koleksi Museum Victoria & Albert di Inggris ekspor dari Hindia Timur (Pantai Coromandel, Srilanka dan Maluku, Indonesia) telah melakukan ekspor jenis kursi pesisir kayu ebony berpilin (Mollucan chair) dengan anyaman rotan sejak awal abad 1600.

Gambar: Model awal kursi dengan dudukan dan sandaran anyaman rotan dari Hindia Timur diekspor dari Batavia ke Inggris dan Belanda tahun 1670 (kiri). Foto pedagang di Cirebon mengantar furnitur rotan untuk konsumsi pasar lokal tahun 2022 (kanan).

Kab. Cirebon khususnya telah menjadi etalase sentra rotan untuk dunia. Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kabupaten Cirebon mencatat total ekspor furnitur berbahan baku rotan dari Kabupaten Cirebon pada tahun 2023 mencapai 222 kontainer senilai 14,6 juta dolar AS. Pasar dunia untuk produk rotan ini mencakup  Australia, Korea, Amerika Serikat, China, Jepang, Yordania, Singapura, Kanada, dan lainnya. Kota ini dikenal sebagai salah satu sentra produksi rotan terbesar di Indonesia. Berbagai perajin dan pelaku usaha kecil memainkan peran krusial dalam membentuk identitas industri ini.

Kreativitas dan keahlian perajin lokal tercermin dari produk-produk rotan yang berkualitas tinggi dan memiliki nilai estetika tinggi. Industri kecil pengolahan rotan di Cirebon tidak hanya memberikan kontribusi pada perekonomian lokal tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Keterlibatan perajin dari berbagai kelompok usia membuktikan warisan ketrampilan ini terus diteruskan dari generasi ke generasi.

Pentingnya industri kecil pengolahan rotan di Cirebon tidak hanya terletak pada aspek ekonomi, tetapi juga dalam melestarikan budaya lokal dan menjaga keberlanjutan sumber daya alam. Pemerintah setempat dan berbagai pihak terkait perlu terus mendukung pengembangan industri ini dengan menyediakan pelatihan, akses ke pasar, dan dukungan infrastruktur. Dengan peran strategisnya, industri kecil pengolahan rotan di Cirebon tidak hanya menjadi penopang ekonomi lokal tetapi juga menjaga keberlanjutan tradisi dan keahlian yang memperkaya identitas budaya daerah ini.

Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB memiliki sentra laboratorium lapangan yang khusus difokuskan pada industri furnitur di Tegalwangi, Weru, dan Plumbon. Sentra ini berfungsi sebagai pusat pengembangan kerajinan dan furnitur rotan yang bertujuan untuk memberikan kontribusi pada skala global. Sejumlah kegiatan akademik, pelatihan, dan kewirausahaan mahasiswa dilakukan di lokasi-lokasi tersebut.

Tegalwangi, Weru, dan Plumbon menjadi pusat kegiatan yang rutin dikunjungi oleh ITB, dengan hampir setiap bulan dilakukan evaluasi dan pemantauan terhadap perkembangan industri furnitur rotan dan kegiatan di area tersebut. Praktik lapangan ini memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam mengaplikasikan pengetahuan teoritis mereka dalam konteks industri nyata. Dengan tersedianya sentra laboratorium lapangan ini, ITB tidak hanya menjadi lembaga pendidikan namun juga berperan aktif dalam mendukung dan mengembangkan industri furnitur rotan di Cirebon, menciptakan ekosistem industri rotan yang berkelanjutan dan sekaligus menjadi lokus sandboxing bagi riset dan pengembangan akademisi ITB. Keberadaan sentra ini menjadi wujud nyata dari komitmen ITB dalam mengintegrasikan pendidikan dengan pengembangan industri dan masyarakat.

Menjaga IKM melalui teknologi

Salah satu penerima manfaat dari peran ITB dalam memberikan pendampingan bagi industri kecil pengolahan rotan adalah Studio Mastori dan Gebang Kerta Rotan merupakan industri rumahan. Mewakili usaha-usaha industri olahan rotan di Cirebon yang selalu antusias dan ingin mendapatkan masukan dari desain-desain baru, teknik pengolahan bahan mentah rotan hingga menjadi furnitur dan lain-lain. 

Selama 40 tahun sejak 1970 an pendampingan desain dan teknologi oleh ITB bagi industri rotan di Cirebon telah aktif dilakukan. Selain pelatihan desain, teknologi tepat guna juga kerap diperkenalkan di industri ini. Hasil dari program pemerintah termasuk perguruan tinggi dalam bentuk pelatihan desain selama beberapa dekade telah menghasilkan tenaga-tenaga terampil. Bersamaan dengan munculnya wirausaha baru dalam skala home industri mebel rotan. Keterampilan mereka mampu mengisi tren baru pasar desain-produk home-decor kontemporer. Namun demikian, selama puluhan tahun sentra IKM Mebel Rotan di Cirebon dan berbagai daerah hanya mengandalkan penggunaan kaki atau meja pelengkung dengan pipa besi sederhana yang tentu menyerap tenaga sangat besar. Penggunaan kaki untuk menekuk batang rotan jelas menyita tenaga dan kurang praktis bila perajin ingin melengkungkan rotan dengan ukuran kurva yang multi-arah sebagaimana trend pasar home-decor kontemporer saat ini.

Kebutuhan alat bantu pelengkung rotan untuk memenuhi kecepatan kapasitas produksi dan tren-tren desain baru menuntut teknologi produksi khusus. Selain tuntutan lengkungan yang beragam ditambah diameter penampang rotan batang untuk struktur rangka mulai dari 16 mm sampai 34 mm juga jelas membutuhkan alat pelengkung. Saat ini desain kursi rotan juga semakin beragam dengan bentuk-bentuk lengkungan radius yang ekstrim dan juga arah tekukan berbelok ke multi-arah dari sumbu X,Y, Z. Tren desain kontemporer dengan lengkungan radius yang ekstrim serta multi-arah sangat menyita tenaga dan waktu, terlebih untuk produksi massal. Teknologi Tepat Guna ini merupakan hasil litbang perguruan tinggi untuk  pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan produktivitas, nilai tambah, kualitas maupun daya saing produk berbasis ipteks. Solusi ini akan memberikan keluaran berupa alat pelengkung rotan multiarah dengan mekanisme yang meringankan beban kerja, 50% dari tenaga untuk melengkungkan rotan berukuran diameter 20 mm hingga 30 mm akan dapat terbantu oleh mekanisme alat pelengkung. Oleh karena itu, desain alat pelengkung rotan multiarah ini akan menjadi solusi proses produksi yang meringankan beban fisik penggunaan kaki.

Gambar: Perajin menggunakan ekstra tenaga tangan dan kaki dan untuk melengkungkan rotan (kiri); Perajin menggunakan alat pelengkung rotan dengan sedikit tarikan dan dorongan tenaga (kanan)

Gambar: Alat pelengkung rotan Multi arah

Gambar: Contoh produk furnitur dengan trend lengkungan multi arah akan terbantu dengan menggunakan alat pelengkung rotan multi arah.

Mitra yang Terlibat

Sejak tahun 1974, Institut Teknologi Bandung (ITB) telah memainkan peran penting dalam mengembangkan sentra industri rotan di Cirebon. Kolaborasi ini melibatkan Koperasi, Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT. Askrindo (Asosiasi Kredit Indonesia), dan LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial). Selama 40 tahun, terjalin hubungan kemitraan yang erat antara komunitas sentra industri furnitur di Cirebon dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (FSRD ITB).

Saat ini dua mitra utama, yaitu Studio Mastori dan Gebang Kerta Rotan, telah mengelola usaha mereka selama 11 tahun dengan mendapatkan bimbingan dan pelatihan khusus, terutama dalam bidang desain. Pelatihan tersebut diberikan oleh berbagai lembaga, seperti ITB, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan. Partisipasi FSRD ITB dan FTI ITB dalam kegiatan ini melibatkan dua dosen dari Kelompok Keahlian Manusia dan Ruang Interior serta Kelompok Keahlian Sistem Manufaktur. Di samping itu, kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa desain sebagai bagian dari inisiatif Merdeka Belajar, di mana mereka secara aktif berkontribusi di lapangan. Upaya promosi produk melalui pameran akan ditingkatkan melalui kerjasama dengan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dan Pusat Inovasi Rotan Nasional (PIRNAS). Dengan demikian, kolaborasi antara dosen-dosen ITB, komunitas industri, dan mahasiswa telah memberikan dampak positif yang signifikan dalam perkembangan dan kelangsungan sentra industri rotan di Cirebon.

Tantangan yang dihadapi

Memiliki sumberdaya strategis kompetitif seperti ketersediaan rotan untuk suplai kebutuhan dunia lebih dari 80% tidak menjamin negara tersebut menjadi pemain utama dalam industri. Kemampuan kreatif untuk memberikan penambahan nilai seperti desain servis adalah kunci utama. Selain itu, Inovasi dan teknologi menjadi peranan penting dalam menghasilkan produk-produk inovatif yang dapat menciptakan pasar baru serta terhindar dari pasar yang jenuh. Berkah sumberdaya rotan sebagai sumber daya strategis kompetitif membutuhkan teknolog, ilmuwan, desainer dan para ahli yang dapat memberikan kebaruan baik dari hal proses, teknologi, desain serta bisnis dan pemasaran. Tanpa peran serta dari berbagai pihak yang meyakini potensi lokalnya perlu dijaga maka, nilai kompetitif seperti sumberdaya yang berlimpah akan terus menjadi penonton dan bahkan bukan menjadi produsen utama. Pengembangan dan pengolahan industri rotan harus terus menjadi perhatian utama seluruh pentahelix.

Gambar: Grafik eksportir rotan dunia dan Negara pengimport rotan dari Indonesia

699

views