Dampak Stunting terhadap Kemampuan Kognitif Anak

Dampak Stunting terhadap Kemampuan Kognitif Anak

Tags: ITB4People, Community Services, SDGs1

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Walaupun begitu, pemenuhan gizi yang buruk terutama pada anak menjadi salah satu masalah penting yang masih dihadapi oleh Indonesia saat ini. Pertumbuhan ekonomi yang berbeda di setiap daerah dan kurangnya edukasi orang tua mengenai pemenuhan gizi yang baik pada anak menyebabkan tingginya kasus kekurangan gizi pada anak di Indonesia. Salah satunya adalah masalah stunting pada anak.

Stunting merupakan masalah pertumbuhan tubuh yang mengalami penghambatan akibat kekurangan gizi. Kondisi ini dapat disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi, baik sebelum maupun setelah bayi lahir dalam waktu cukup lama yang berdampak pada gangguan pertumbuhan pada anak, sehingga memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan standar usianya. Tidak hanya pada perkembangan fisik saja, stunting juga dapat berdampak pada perkembangan kognitif yang kurang optimal dan berakibat pada kemampuan untuk memahami yang lebih lambat pada anak seusianya. Walaupun begitu, stunting juga dapat disebabkan adanya infeksi yang berulang dan aspek psikososial yang tidak memadai.

Tingkat prevalensi stunting di Indonesia sendiri mencapai 24.4% pada tahun 2021. Walaupun mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya, tetapi angka ini masih cukup tinggi, terutama pada daerah-daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di Indonesia. Inilah yang menjadi alasan utama dilakukannya kegiatan pengabdian kepada masyarakat pada 6-13 Agustus 2022 oleh anggota Kelompok Keahlian Fisiologi, Perkembangan Hewan, dan Sains Biomedika dari Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH-S ITB) yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten Kupang dalam melakukan diseminasi pengetahuan gizi masyarakat dalam bentuk seminar terkait stunting dan gizi anak bagi guru dan orang tua. Dilakukan pula uji kemampuan kognitif dan pengukuran gelombang otak pada anak-anak yang mengalami stunting di Nusa Tenggara Timur untuk mengetahui dampaknya terhadap perkembangan otak, terutama dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan.

Pada anak berusia 6-8 tahun (middle childhood), umumnya terjadi perubahan kognitif yang signifikan, yaitu anak mulai mengenal proses berpikir logis melalui pengolahan informasi untuk memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Hal ini didukung dengan pertumbuhan lobus frontal dan temporal pada otak anak yang berperan dalam fungsi kognitif. Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, dilakukan uji kemampuan kognitif pada siswa SD yang berusia 6-8 tahun menggunakan permainan puzzle geometri yang harus diselesaikan dalam waktu dua menit. Permainan puzzle yang diberikan tersebut terinspirasi dari tes psikologi WISC yang menjadi salah satu jenis pengujian IQ pada anak.

Sejalan dengan proses uji kemampuan kognitif pada siswa, dilakukan pula pengukuran gelombang otak yang telah mendapatkan persetujuan dari pihak sekolah yang dikunjungi. Pada bagian kepala siswa akan dipasangkan alat Muse elektroensefalogram (EEG) yang bertujuan untuk merekam aktivitas gelombang otak siswa yang sedang menjalankan fungsi kognitif ketika bermain dengan puzzle. Tampilan visual gelombang otak yang terekam oleh Muse EEG dapat diamati langsung melalui aplikasi Mind Monitor yang terdapat pada smartphone. Berdasarkan keterkaitannya dengan kemampuan kognitif terkait memori dan decision making, maka jenis gelombang otak yang difokuskan pada kegiatan ini adalah gelombang gamma. Gelombang tersebut akan direkam ketika siswa menyelesaikan permainan puzzle yang diberikan.

Pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, proses pengambilan data dilakukan pada dua daerah berbeda, yaitu Kota Kupang dan Kecamatan Takari. Pada hari pertama dan kedua, pengambilan data dilaksanakan pada enam sekolah dasar yang berada di Kecamatan Takari dengan total keseluruhan siswa yang menjadi naracoba sebanyak 87 siswa. Dari keseluruhan siswa tersebut, diketahui bahwa 80.5% siswa mengalami stunting yang ditunjukkan oleh tinggi badan yang lebih rendah dibandingkan standar tinggi usianya. Hal ini berarti tingkat stunting yang terjadi di Kecamatan Takari masih tergolong tinggi. Kondisi lingkungan di Kecamatan Takari yang tergolong dalam bioma sabana menyebabkan kurang mendukungnya pertumbuhan beberapa tanaman pertanian, sehingga masyarakat di sana umumnya mengonsumsi jagung dan sorgum sebagai makanan pokok sehari-hari. Lingkungan padang rumput yang terik akan cahaya matahari juga menyebabkan daerah di Kabupaten Kupang, seperti Kecamatan Takari dan Amfoang Tengah mengalami krisis air bersih. Beberapa faktor tersebut mampu mengakibatkan kurangnya akomodasi bahan pangan dan sanitasi yang baik dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pada hari ketiga, pengambilan data dilaksanakan pada dua sekolah dasar yang berada di Kota Kupang total keseluruhan siswa yang menjadi naracoba sebanyak 25 siswa. Berbeda dengan Kecamatan Takari yang memiliki prevalensi tingkat stunting anak yang tinggi, diketahui bahwa hanya 44% siswa saja yang mengalami stunting di Kota Kupang. Hal ini berarti lingkungan perkotaan mampu menyediakan akses yang lebih baik terhadap bahan pangan dan sanitasi, sehingga lebih optimal dalam menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Walaupun begitu, data yang diperoleh ini hanya berasal dari dua sekolah dasar saja, sehingga perlu dilakukan pendataan yang lebih luas lagi di Kota Kupang untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat untuk menggambarkan kondisi stunting di sana.

Mekanisme Kognitif Pada Otak

Otak merupakan salah satu organ yang berperan utama dalam menjalankan fungsi kontrol dan koordinasi pada saraf dan otot yang terdapat di tubuh. Segala bentuk stimulus yang diterima oleh organ sensori berupa panca indra akan diproses oleh otak, sehingga akan dihasilkan reaksi berupa suatu respon terhadap stimulus tersebut. Hal ini disebabkan otak mampu menghasilkan sinyal listrik yang dapat disebut pula sebagai gelombang otak. Sinyal listrik tersebut dapat terjadi akibat potensial aksi sel pada serangkaian aktivitas polarisasi yang memicu terjadinya penghantaran respon menuju sel atau jaringan target. Dengan bantuan alat elektroensefalogram (EEG), maka dapat diperoleh informasi mengenai dinamika aktivitas gelombang otak manusia secara langsung. Tidak hanya desain yang ringan dan praktis untuk digunakan, alat Muse EEG juga memiliki resolusi temporal yang tinggi. Dalam proses pengambilan data, alat Muse EEG yang digunakan telah dimodifikasi agar mampu menangkap sinyal gelombang otak secara stabil pada anak-anak. Hal ini disebabkan ukuran kepala anak-anak yang jauh lebih kecil dibandingkan orang dewasa.

Otak dapat dibagi menjadi dua, yaitu hemisphere kiri dan kanan. Setiap hemisphere dapat terbagi lagi menjadi empat lobus berupa temporal, frontal, parietal, dan oksipital. Lobus frontal terletak di bagian depan dan bertanggung jawab dalam proses berpikir, memori, kontrol perilaku, emosi, dan decision making. Tidak hanya itu, bagian hipokampus yang terdapat pada sistem limbik juga berperan dalam fungsi kognitif, yaitu proses konsolidasi informasi yang diterima oleh otak sebagai sistem saraf pusat. Proses kognitif yang terjadi mengakibatkan terbentuknya aktivitas sinyal listrik pada otak yang kemudian terekam pada alat Muse EEG sebagai gelombang otak.

Gelombang otak gamma merupakan salah satu jenis gelombang yang umum ditunjukkan ketika sedang melakukan aktivitas yang memerlukan proses berpikir dan konsentrasi penuh. Gelombang ini mengindikasikan individu dalam kondisi sadar, tetapi terlibat dalam aktivitas fungsi kognitif yang tinggi. Gelombang gamma memiliki frekuensi berkisar 38-100 Hz dan berperan dalam proses pembelajaran, brainstorming ide, pemahaman bahasa, dan pemrosesan memori. Rendahnya aktivitas gelombang gamma mengindikasikan individu tersebut mengalami kesulitan dalam memahami, memproses, dan mengingat suatu informasi.

Kemampuan Kognitif Pada Anak

Kemampuan kognitif pada anak merupakan kemampuan berpikir dan mengolah informasi yang diperoleh untuk memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Hal ini ditunjukkan melalui kemampuan anak dalam berbahasa, memutuskan pilihan, mengingat, dan lain sebagainya. Diketahui bahwa perkembangan kognitif pada anak akan sangat berkembang, sehingga diperlukan stimulus khusus berupa permainan edukatif yang mampu memberikan informasi baru dan melatih kemampuan kognisi anak. Salah satu contohnya adalah permainan puzzle geometri yang tidak hanya memperkenalkan jenis-jenis bangun datar, tetapi juga melatih kemampuan mengingat dan decision making pada anak. Kemampuan mengingat ini sangat berperan bagi seorang individu untuk menyimpan informasi yang diterima sepanjang waktu. Ketika menerima informasi, seseorang akan mengalami tiga tahap proses mengingat, yaitu belajar (learning), retensi (retention), dan retrieval (retrieval). Tentunya proses tersebut melibatkan serangkaian sel saraf, terutama hipokampus dan bagian cortex yang berperan dalam proses kognitif.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui bahwa rata-rata kemampuan kognitif siswa yang mengalami stunting di Kecamatan Takari lebih rendah dibandingkan siswa normal. Begitu pula hasil yang ditunjukkan pada data kognitif di Kota Kupang, yaitu siswa yang mengalami stunting memiliki rata-rata kemampuan kognitif yang lebih rendah dibandingkan siswa normal. Terdapatnya perbedaan kemampuan kognitif antara siswa yang mengalami stunting dan siswa normal mengindikasikan adanya pengaruh yang diberikan oleh kondisi stunting terhadap perkembangan kognitif pada anak. Pemenuhan gizi yang kurang baik menyebabkan terjadinya maturasi yang lebih lambat pada sel saraf, terutama sel-sel yang berada pada sistem saraf pusat. Hal ini dapat menyebabkan perkembangan kognitif dan motorik yang terhambat pada anak. Asupan gizi yang tidak sesuai mengakibatkan proses stimulasi sel saraf pada otak yang kurang baik, sehingga mampu berdampak pada konsolidasi informasi yang disampaikan. Rendahnya kemampuan kognitif menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam mengingat, memahami, dan memutuskan suatu pilihan (decision making).

608

views