Bio Round, Kontribusi Masyarakat untuk Hidupan Liar Indonesia

TANPA disadari, keberadaan hidupan liar sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Hewan dan tumbuhan liar dapat ditemukan dengan mudah bahkan di dalam rumah kita. Terkadang, kita kaget melihat hewan aneh tiba-tiba muncul dari bawah lantai atau pohon yang tumbuh di celah dinding. Hal seperti itu seringkali membuat rasa penasaran, kebingungan, atau bahkan ketakutan yang berlebihan.

Permasalahan seperti itu salah satunya dapat ditangani dengan menggunakan pendekatan sains khalayak (citizen science). Pendekatan ini melibatkan partisipasi aktif yang bersifat sukarela dari masyarakat umum untuk ikut merekam, dan melaporkan objek serta fenomena ilmiah yang terjadi di lingkungan sekitar tempat mereka biasa beraktivitas.

Bio round (biodiversity around) merupakan sebuah aktivitas ilmiah dengan pendekatan sains khalayak yang digalakkan oleh Museum Zoologi ITB (MZI) untuk merekam hidupan liar Indonesia. Aktivitas ini bertujuan untuk mengajak masyarakat berkontribusi melaporkan hidupan liar yang ditemukan kapanpun dan di manapun. Dengan asumsi bahwa sebagian besar orang di Indonesia memiliki dan dapat mengoperasikan gawai dengan baik, pelaporan digital terkait keberadaan hidupan liar yang ditemukan dapat dilakukan dengan cepat. Data yang dikumpulkan bisa berupa foto, video, hingga suara dari hidupan liar yang ditemukan.

Aktivitas bio round tidak bisa lepas dari penggunaan laman atau aplikasi iNaturalist (www.inaturalist.org) sebagai laman sains khalayak gratis untuk merekam keberadaan hidupan liar terbesar di dunia. Pengguna aktif laman ini merupakan masyarakat umum di seluruh dunia, termasuk para peneliti dengan keahlian spesifik suatu kelompok hewan atau tumbuhan tertentu. 

Hal itu tentu sangat membantu dalam identifikasi, verifikasi, dan validasi data dari unggahan setiap pengguna. Data yang diunggah juga akan memiliki suatu tingkatan tertentu hingga memiliki standar data untuk penelitian sehingga secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Data dengan standar tersebut juga terkoneksi dengan GBIF (Global Biodiversity Information Facility, www.gbif.org ), sebuah jaringan internasional dan bank data untuk menyediakan akses data terkait semua hidupan liar di bumi bagi siapa saja dan di mana saja.

Dengan laman ini, setiap pengguna bisa mengunggah data digital hidupan liar yang dimiliki lalu mendapatkan timbal balik dari pengguna lainnya. Timbal balik paling sederhana yang biasanya diberikan yaitu identifikasi nama spesies dari suatu hewan atau tumbuhan yang diunggah serta diskusi terkait spesies tersebut. Dari diskusi inilah, kita bisa mengenal, mengetahui cara mencegah, hingga cara memanfaatkan hewan atau tumbuhan yang ditemukan. Hal ini diharapkan dapat meminimalisasi potensi konflik manusia-hidupan liar yang semakin banyak terjadi berdasarkan pemberitaan akhir-akhir ini.

Museum Zoologi ITB sebagai pengelola aktivitas bio round juga mendapat timbal balik yang menguntungkan berupa data digital hidupan liar yang diunggah oleh masyarakat umum. Data tersebut akan sangat membantu dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yang melekat pada MZI sebagai salah satu museum universitas di bawah naungan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB. 

Berbagai macam topik dan contoh kasus penelitian mulai dari sejarah sebaran hidupan liar di Indonesia, potensi pemanfaatan dan pengelolaan hidupan liar yang berkelanjutan, hingga perlindungan hidupan liar dari kepunahan dapat dilakukan berdasarkan data yang diunggah melalui laman tersebut. Untuk bidang pendidikan, data yang didapatkan dapat menjadi salah satu bahan perkuliahan program studi atau kelompok keahlian tertentu. 

Pendekatan sains khalayak pun dapat diterapkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Hal itu bisa dilakukan misalnya dalam memberikan seminar atau edukasi ke masyarakat yang hidup berdampingan di sekitar kawasan perlindungan, dan terbiasa memanfaatkan hidupan liar untuk kehidupan sehari-hari.

Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/514972/bio-round-kontribusi-masyarakat-untuk-hidupan-liar-indonesia

483

views