Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia, dan ketersediaan sumber air yang layak merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Salah satu poin dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) memastikan agar masyarakat bisa mengakses air bersih dan sanitasi. Diharapkan, pada 2030, akses air minum yang aman sudah secara merata dapat diakses seluruh masyarakat Indonesia. Namun, masih banyak warga, terutama di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) sulit mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Seperti masyarakat di Desa Aimoli, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Kondisi geografis dan iklim Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur menjadi masalah klasik yang terjadi saban tahun. Musim hujan relatif lebih pendek dibanding musim kemarau, membuat warga Desa Aimoli harus bergelut dengan masalah yang sama, sulit mendapat air bersih, dan sering kali harus berjalan jauh mendapatkan air dengan menggotong jeriken.
Untuk mengatasi krisis air minum bersih di Desa Aimoli, tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB) turun tangan. Dipimpin oleh Dr. Ir. Budi Sulistijo, M.App.SC dari KK Eksplorasi Sumber Daya Bumi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, tim LPPM ITB melaksanakan program pengabdian masyarakat di desa ini pada Juli-September 2023. Tim mencari lokasi mata air dan membuat sumur bor untuk pemenuhan air minum bersih masyarakat sehari-hari.
Program pengabdian masyarakat di Desa Aimoli ini merupakan salah satu dari program pengabdian ITB 2023 yang menyasar 74 desa di daerah 3T dan perbatasan di wilayah barat dan timur RI. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 28 kegiatan pengabdian masyarakat.
Butuh perjuangan ekstra bagi tim untuk bisa sampai ke Desa Aimoli. Setelah menempuh perjalanan udara dari Jakarta ke Kupang yang memakan waktu 4 jam disambung penerbangan ke Bandara Mali (Alor) dengan waktu tempuh 1 jam.
Dari Kupang ke Alor via Kalabahi bisa juga menggunakan jasa transportasi kapal cepat selama 5 jam atau menggunakan feri dengan waktu tempuh agak lama, yakni 18 jam. Tak berhenti di sini, untuk menuju Desa Aimoli dari Kalabahi perjalanan harus dilanjutkan dengan perjalanan darat selama 2 jam.
Reaktivasi sumber mata air
Ada yang menarik dari Desa Aimoli di Kabupaten Alor Barat Laut ini. Di desa ini terdapat wilayah yang diberi nama Sei’eng yang dalam bahasa Indonesia memiliki makna mata air, tetapi air bersih sulit didapat oleh warga desa. Tim LPPM ITB kemudian melakukan persiapan berupa pengumpulan data lapangan secara geologi dan hidrogeologi. Selain itu, juga dilakukan pemetaan air dengan metode Modified Self Potential dan Dowsing.
Di dekat Desa Aimoli, ditemukan sumber mata air yang telah lama ditelantarkan. Lokasi mata air tersebut berada di pegunungan dan bisa dicapai dengan perjalanan yang memakan waktu selama 3,5 jam dari desa dengan tanjakan yang cukup tajam.
Jaringan pipa air sebenarnya tampak tersedia, tetapi kondisinya memprihatinkan, banyak yang terputus atau rusak sama sekali. Walaupun begitu, setelah diteliti, sumber mata air tersebut memiliki kualitas air yang sangat bagus dan jernih karena di bawahnya terdapat batuan vulkanik.
Analisis dan kondisi mata air sebelum direvitalisasi
Analisis penentuan prospek dan kedalaman air melalui teknik Dowsing dan Modified Self Potential (silakan dipilih)
Peta 3d jalur pipa air primer dialirkan dari mata air sejauh 3,4 KM ke pipa pembagi sekunder dan lokasi Sumur Bor Dalam
Pekerjaan Revitalisasi mata air saluran (silahkan dipilih)
Dengan kondisi yang ada, tim LPPM ITB memutuskan untuk memanfaatkan kembali mata air tersebut sebagai salah satu sumber air bersih bagi warga. Selain itu, jaringan pipa diperbaiki agar air bisa lancar mengalir ke Desa Aimoli.
Pengeboran dan pemipaan
Untuk menambah kapasitas air bersih yang akan dialirkan ke Desa Aimoli, tim LPPM ITB memutuskan menambah satu titik sumber mata air baru. Pada hari kedua, selain mulai merevitalisasi jaringan pipa, tim mulai melakukan pencarian sumber mata air, menyasar dari wilayah pantai, gunung, dan desa.
Dengan menggunakan metode Modified Self potential dan Dowsing, tim menemukan titik potensial untuk melakukan pengeboran. Menariknya, titik potensial untuk mata air tersebut letaknya berada di halaman Gereja Sei’eng, Desa Aimoli, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur.
Tim mengebor satu sumur dengan diameter cukup besar, yaitu 4 inci dan pompa yang ditanam 2 PK dengan debit air 2,5 liter per detik. Untuk penyimpanan, menara air dengan kapasitas 4 kubik didirikan. Pengeboran juga dilakukan hanya sampai kedalaman 40 meter. Jika lebih dari itu, khawatir terjadi intrusi air laut karena jarak sumur bor dari laut kira-kira hanya 200 meter.
Pengerjaan sumur bor air minum bersih yang dimulai awal Agustus 2023 dilakukan tak lebih dari satu minggu. Untuk penggalian mendapatkan air pun hanya membutuhkan waktu dua hari. Awalnya, tim menargetkan air bersih sudah harus mengalir di Desa Aimoli pada 17 Agustus 2023. Ini sekaligus sebagai kado istimewa bagi warga. Ternyata pada minggu pertama bulan Agustus 2023, air bersih sudah mengalir di Desa Aimoli. Jadi, dari awal tim datang ke Desa Aimoli dan melakukan pengabdian hingga air terdistribusi ke warga hanya perlu waktu kurang dari tiga bulan.
Doa bersama sebelum dimulainya pemboran (silakan dipilih)
Pada pertengahan September 2023, hampir seluruh warga sudah bisa menikmati aliran air bersih lewat jaringan pipa yang terpasang dengan meteran air ke masing-masing rumah. Kapasitas gabungan dua sumber mata air ini mampu mencukupi kebutuhan air minum bersih warga. Kini lebih dari 200 titik meteran air telah terpasang di Desa Aimoli. Air bersih yang sudah mengalir selama 24 jam sehari di Desa Aimoli membuat warga berseri.
Kolaborasi jadi kunci
Keberhasilan program masyarakat yang dilaksanakan tim LPPM ITB di Desa Aimoli bukanlah kerja individu. Program ini sukses berkat kolaborasi luar biasa dari pihak-pihak yang turut terlibat, mulai dari pemerintah lewat Kemendesa PDTT, pihak swasta, perangkat desa, kepala desa, pendamping desa, serta seluruh masyarakat Desa Aimoli.
Karena merupakan desa tertinggal, Desa Aimoli menjadi prioritas desa yang mendapatkan bantuan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) melalui Data Indeks Desa Mandiri (IDM).
Bantuan dana untuk pengabdian ini juga mengalir dari PT Semen Grobogan, Conch Cement South Kalimantan, dan PT Citra Palu Minerals. Bantuan sponsor ini bisa disebut luar biasa karena perusahaan secara sukarela menyumbang dana untuk program di luar wilayah kerja mereka. Dengan adanya bantuan ini, dari sebelumnya hanya akan menjalankan program mengalirkan air dari mata air ke Desa Aimoli, tim juga bisa mengebor satu titik sumur air bersih, penyambungan saluran listrik baru, pembuatan menara air lengkap dengan tendon airnya, serta revitalisasi kantor BUMDes.
Mewakili warga, Kepala Desa Aimoli, Gaddauna E. Beli dan Ketua Majelis Jemaat Sei’eng Pdt. Novi Neonufa, S.Th., dalam acara syukuran menyampaikan apresiasinya terhadap ITB dan semua pihak yang terlibat. Berkat dukungan semua, proses pengerjaan revitalisasi mata air dan sumur bor untuk air minum ini dapat berjalan lancar. Mereka berharap agar ITB akan terus melanjutkan pengabdian masyarakat di Desa Aimoli dengan memperluas jaringan air bersih kepada masyarakat yang berada di perbukitan yang belum bisa menikmati air bersih yang dekat dengan rumah.
Jeriken-jeriken yang biasa digunakan warga mengambil air ke sumber mata air yang cukup jauh, kini terlihat sudah disimpan dan tak lagi digunakan. Warga bersuka ria, “Air Sudekat!
Keberlanjutan dan Kemandirian Pengelolaan dari Warga
Tersedianya air minum bersih tak lantas membuat semua permasalahan teratasi. Manajemen pengelolaan air dari warga perlu juga dibenahi. Sebelumnya, banyak warga kurang terbiasa dalam pengaturan penggunaan air sehingga pembagian air tidak merata.
Agar warga lebih teratur dalam menggunakan air bersih, tim LPPM ITB menginisiasi pemasangan water meter (meteran air) di setiap rumah warga di Desa Aimoli. Dengan adanya meteran air ini warga bisa lebih memperhatikan berapa banyak air yang mereka gunakan.
Lebih dari 200 titik meteran kini telah terpasang di Desa Aimoli. Untuk keberlanjutan program ini, tim ITB juga menghidupkan kembali BUMDes air supaya warga bisa mengelola air secara mandiri. Anggota BUMDes air berasal dari masyarakat yang telah dipilih sehingga mereka menjadi berdaya.
Nantinya BUMDes melaksanakan tugasnya, seperti mencatat pemakaian air setiap dan mengelola iuran dari pelanggan. Saat berkeliling petugas pencatat meteran air pun dilengkapi dengan rompi khusus sehingga terlihat lebih profesional.
Selain melatih perangkat BUMDes, tim LPMM ITB pun membantu kelengkapan keperluan kantor BUMDes, mulai dari pengecatan gedung hingga bantuan meja dan filling cabinet sederhana. Tim pun melengkapi kantor BUMdes dengan laptop, printer, dan software untuk membaca meteran langganan. Mulai bulan Oktober pembayaran air oleh pelanggan air ke Bundes sudah dihitung per meter kubik air. Diharapkan dengan seperti ini, program yang telah ada bisa berkelanjutan dengan pengelolaan yang mandiri oleh warga.
Kabupaten Alor memiliki potensi wisata bahari yang memukau. Selain memiliki pantai yang indah, spot diving yang memesona, juga wisata hutan mangrove yang menakjubkan. Di pantai-pantai tersebut banyak resor dan penginapan bagi para wisatawan yang datang. Di Aimoli juga ditemukan situs archeology yang diindikasikan dengan adanya stupa ukuran kecil yang bentuknya mirip dengan candi Sumberawan di daerah Singosari Malang
Senja di Tongke lima Aimoli
Pembangunan bak penampungan dan revitalisasi pengelolaan dan fasilitas BUMDES untuk pelayanan air bersih kepada masyarakat.
Saat ini BUMDes akan menjual air untuk memenuhi kebutuhan tempat-tempat wisata dan resor-resor yang ada di sana. Tentu saja selain bisa lebih banyak memberdayakan warga, hal ini juga meningkatkan pendapatan BUMDes dan sejalan dengan itu, mempromosikan keberlanjutan program dengan keterlibatan dan membantu mendorong ekonomi masyarakat.***