Raja Ampat telah menjadi destinasi wisata dunia. Hal ini rupanya menjadi sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang akan dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sekretaris Bidang Pengabdian kepada Masyarakat LPPM ITB, Deny Willy Junaidy, Ph.D., mengatakan bahwa, tim LPPM ITB akan melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan dosen-dosen ITB, salah satunya Dr. Yooce Yustiana yang tahun ini ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Misool Raja Ampat.
"Kita melakukan monev dan untuk itu kita juga menghubungi dinas atau pihak terkait di Raja Ampat untuk membangun MoU supaya tidak berhenti sampai di sini. Beberapa desa yang kita sebut desa binaan seperti di Kalimantan Utara dan di Mentawai itu sampai 7 tahun. Salah satu pokok pemikiran kita tidak hanya go internasional, tapi juga pemikirannya dimanfaatkan masyarakat," terangnya kepada Radar Sorong seusai pertemuan Bappeda dan Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat.
Dikatakan pula bahwa prioritas pengabdian masyarakat ITB, yaitu pemberdayaan desa, pemulihan ekonomi, mitigasi adaptasi bencana, industri kreatif, dan pariwisata. "Kita sekarang fokus di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) atau perbatasan RI. Kegiatan kita diseluruh Indonesia ada 1800 kegiatan, tapi di daerah Indonesia timur masih sedikit, maka kita sekarang sedang menyasar wilayah Indonesia Timur, salah satunya Raja Ampat," ungkap Deny.
Sementara itu, Dosen SITH ITB, Dr. Yooce Yustiana yang ditugaskan ke Raja Ampat, mengatakan bahwa, pihaknya prihatin karena banyak tempat wisata di daerah Waigeo Raja Ampat dikelola orang asing. Oleh karena itu, Misool Raja Ampat yang potensi pariwisatanya juga bagus, ia berharap pengusaha domestik yang mengelola wisata di Misool.
"Kita bulan Juni 15 hari berdiam di sana melakukan penelitian, memberikan pengabdian, kita membentuk Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di Kampung Gamta dan Magey. Di sana sudah ada pelaku-pelaku domestik wisata, saya bilang biar ini lebih kuat masyarakatnya juga harus dilibatkan dong, sehingga kami berdayakan masyarakat sekitar," ungkapnya.
Dikatakan bahwa tim dari ITB awal Juni sudah di Misool, kemudian memberikan pelatihan pemberdayaan, apa itu desa wisata, perannya seperti apa, manfaatnya seperti apa, dan manfaat buat mereka seperti apa." Selain memberikan satu motivasi juga apa yang harus disiapkan, kita memeberikan pelatihan bagaimana cara mengidentifikasi potensi yang mereka miliki sesuai dengan kaidah-kaidah desa wisata tapi menunjang kegiatan wisata besar Raja Ampat," terangnya.
Pihaknya juga sudah mendaftarkan 2 Pokdarwis dari Kampung Gamta dan Magey ke Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, dan sudah dikukuhkan. "Sehingga ketika nanti Pemda mengadakan pelatihan-pelatihan bisa diikutkan, atau ada pameran di Jakarta bisa dipromosikan desa wisatanya," ungkapnya.
Sementara itu, Kabid Litbang Bappeda Kabupaten Raja Ampat, Widodo Dwi Suranto, S.Hut., mengatakan bahwa, pada dasarnya pihaknya menyambut baik apa yang sudah dilakukan ITB selama ini terkait penelitian, pengembangan, pengabdian pada masyarakat.
"Harapan kami bisa dilanjutkan dengan kerjasama, tentunya kami harus koodinasi dengan pimpinan kami tertinggi. Harapan kami kegiatan ini bisa sustainable atau berkelanjutan," tandasnya.
Sementara itu, Kabid Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Kerjasama Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Stenlly Rachman, S.Kom., M.M., mengatakan bahwa, pihaknya berharap akan dihasilkan suatu kerjasama antara ITB dan Pemda Raja Ampat dalam bidang teknologi dan juga pengembangan kerpariwisataan di Raja Ampat. Banyak sekali desa wisata maupun desa-desa di Raja Ampat yang butuh sentuhan teknologi yang diperlukan untuk keberlanjutan di sektor-sektor vital seperti listrik, persampahan, sanitasi dan bidang iptek lainnya.
"Kedepannya kalau kerja sama ini berjalan baik kita harap desa yang kami anggap sebagai pilot project yang bisa kita jadikan acuan bagi desa-desa lainnya," ungkapnya.