Keanekaragaman Hayati di Desa Matotonan, Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai

Pulau Siberut, yang merupakan salah satu pulau terbesar dari Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat memiliki keanekaragaman hayati dengan tingkat endemisitas tinggi. Masyarakat Mentawai sangat bergantung kepada sumber daya hayati lokal ini dalam kehidupan sehari-hari seperti konsumsi, obat-obatan dan budaya. Namun, dokumentasi mengenai penggunaan keanekaragaman hayati masih sedikit dilakukan sehingga dikhawatirkan informasi tersebut hilang seiring semakin tergerusnya kearifan lokal oleh modernisasi.

Tim Pengabdian Masyarakat dari Insitut Teknologi Bandung yang diketuai oleh Dr. Dian Rosleine melakukan pencatatan pemanfaatan sumber daya hayati lokal oleh Masyarakat Mentawai sebagai upaya perlindungan kekayaan pengetahuan lokal. Selama pengambilan data, tim yang beranggotakan Dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH ITB), Aditya Dimas Pramudya, M. Si; empat mahasiswa Program Studi Biologi (Mutia Salsabiyla, Robi Dandi, Maha Yudha Samawi, dan Hantoro Ilham Mahendra) dan Dr. Nurainas dari Universitas Andalas berhasil mendikumentasikan sebanyak 163 spesies tumbuhan yang digunakan untuk konsumsi, pengobatan, dan kegiatan budaya oleh para Sikerei (dukun); 47 spesies burung; dan memetakan distribusi empat monyet endemik mentawai yaitu: bilou (Hylobates klosii), joja (Presbytis potenziani), Simakobu (Simias concolor), dan bokkoi (Macaca siberu).

Informasi keanekaragaman hayati ini disebarkan ke Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Kejuruan Negri (SMKN), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di daerah Siberut Selatan dan Desa Matotonan dalam bnetuk poster. Selain itu, tim Pengabdian Masyrakat ITB mendiseminasikan informasi ini kepada para siswa di SMA N 1 Siberut Selatan denga harapan generasi muda di Pulau Siberut menyadari kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki sehinga muncul keinginan untuk menjaganya.

791

views